‘’Kenapa?”
“Katanya dia . . .” kali ini Siska benar-benar ragu dan merasa jika sarannya tadi sedikit sembrono karena akan menyerahkan keponakannya masuk kedalam lubang buaya.
“Kenapa, Tante. Cepetan ih, ngomongnya. Aku penasaran.”
“Rumor yang menyebar didalam rumah itu ada sangkut pautnya dengan terusnya diganti perawat bu Lita. Katanya itu karena . . . mereka . . . , em, mereka selalu diminta melakukan hubungan layaknya suami istri dengan Adhitama. Dan setelah bosan, para perawat itu ditendang keluar dari rumah itu.”
“Hah? Sungguh?”
“Itu hanya dugaan sementara bu Yanti. Karena beberapa kali ia melihat perawat bu Lita masuk kedalam kamar tamu bersama Adhitama.”
“Semua perawatnya mudah-muda kah, Tante?”
“Nampaknya sih, iya.”
“Mungkin saja karena para perawat itu memerlukan uang, Tante. Ada sesuatu yang mendesak.”
“Tapi apa mungkin semuanya begitu, Ca? atau jangan-jangan Adhitama yang merayu mereka?”
“Merayu mereka untuk mau melakukan hubungan badan?” Carissa bertanya dengan pandangan penuh tanya.
“Tentu saja! Kamu pasti sudah lihat bagaimana wajah cucu satu-satunya keluarga Syahreza itu. Dia sangat tampan, Ca. Andai saja tante masih muda, uh!”
“Idih, Tante. Lagi serius juga.”
“Maaf, maaf, ya.”
“Jadi gimana, Tante. Apa aku tetap bisa masuk kesana?”
“Sekali lagi tante tanya padamu. Apa kamu sudah yakin, Ca? ini bahaya loh. Kamu masuk kerumah laki-laki pemangsa para gadis muda.”
“Tenang saja, Tante. Aku kan bukan perawat biasa. Aku tak akan bisa jatuh kedalam rayuan laki-laki semudah itu.”
“Tapi bagaimana jika papamu tahu? Kamu menjadi perawat dan tinggal dirumah itu saja sudah resiko besar, apalagi jika Mas Bagas tahu jika kamu akan tinggal dengan laki-laki seperti itu?”
“Yang penting jangan sampai papa tahu ya, Tanteku sayang. Lagi pula itu bukan rumor yang berkembang diluaran sana kan? Jadi aku rasa papa tidak akan tahu.”
“Kamu yakin, Sayang?”
Carissa menganggukkan kepalanya dengan pasti, “Yakin, Tante. Ini semua untuk mama.”
“Baiklah. Tante akan tanya lagi ke bu Yanti kapan kira-kira kamu bisa masuk kedalam rumah itu.”
“Sekali lagi terima kasih, Tanteku sayang.” Carissa memeluk tantenya dengan sayang. “Tante adalah ibu pengganti terbaik bagi aku. Muaaahhh!” Carissa mencium pipi tantenya dengan sayang.
“Tante juga sangat sayang padamu, Ca.”
***
Brak!!! Suara benturan pintu terbuka secara paksa.
“Sikap tidak sopan apa yang kamu lakukan ditengah malam seperti ini?” geram laki-laki bersurai hitam itu.
“Saya mohon, Tuan. Tolong biarkan saya bicara sebentar dengan Tuan.”
“Lepaskan dia!” perintah Adhitama pada para pengawal pribadinya.
Gadis itu duduk berlutut dihadapan Adhitama yang sedang lelah dikursi kerjanya. “Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan sampai-sampai membuat gaduh seisi rumah? Awas saja jika nenek terbangun karena merasa terganggu!”
“Tidak, Tuan. Saya tidak akan membuat kegaduhan seperti ini lagi. Tapi tolong, jangan usir saya, Tuan. Saya sudah menyerahkan milik saya yang berharga kepada Tuan, tapi bagaimana bisa . . . bagaimana bisa Tuan dengan mudahnya membuang saya setelah merenggut kesucian saya?” gadis itu menangis merana.
“Apa kamu sudah pikun? Bukankah barusan kamu mengatakannya sendiri jika kamu menyerahkan milikmu yang berharga itu padaku? Bagaimana bisa di kalimat berikutnya aku menjadi merenggutnya, hah?"
Gadis itu terkejut dan gelagapan, “Ka-karena Tuan yang meminta saya untuk menyerahkannya.”
“Apa aku memaksamu? Apa aku melakukannya dengan paksa? Apa kamu tidak menginginkannya?”
“Tidak, tidak, Tuan. Tuan sama sekali tidak memaksa saya. Saya . . . saya memberikannya kepada Tuan.”
“Baguslah jika kamu menyadarinya. Jadi sekarang pergilah dari tempat ini.”
“Itu semua karena saya mencintai Tuan!” teriak gadis itu dengan putus asa. “Saya sangat mencintai Tuan. Jadi saya mohon, jangan usir saya dari sini.”
“Justru karena perasaanmu itu aku mengusirmu dari sini. Aku muak dengan perempuan yang selalu merengek meminta perhatian lebih karena hanya merasa mencintai dan itu sangat merepotkan untukku. Aku hanya bermain-main denganmu, tidakkah kamu sadar itu? Dan jangan pernah bermimpi menjadi nyonya dirumah ini.” jelas Adhitama dengan kejam.
“Tuan?”
“Apa aku pernah menyatakan perasaan cinta padamu? Apa aku pernah menciummu, hah? Aku bahkan tidak pernah melakukan obrolan ringan denganmu. Jadi dengan dasar apa kamu mengharapkan hubungan yang lebih serius? Kita hanya melakukan hubungan badan karena sama-sama menginginkannya, tanpa ada perasaan.”
“Tapi, tapi bukannya kita sudah melakukannya beberapa kali, Tuan? Bukankah artinya Tuan juga memiliki perasaan terhadap saya?”
“Kelihatannya aku hanya berbicara dihadapan angin yang langsung menghilangkan makna ucapanku barusan. Sekarang, jika kamu tidak ingin kehilangan nyawamu dirumah ini, cepat penghilang dari pandanganku dan jangan sampai muncul lagi dihadapanku. Mengerti!” tatapan tajam Adhitama membuat sekujur tubuh gadis itu bergetar hebat. Hanya melalui tatapan dan suaranya, Adhitama berhasil membuat orang yang dibencinya merasakan kengerian yang luar bisa.
“Pengawal! Cepat seret dia keluar! Dan pastikan ia menutup mulutnya jika ingin selamat.”
“Baik, Tuan.” Pengawal itu menyeret gadis yang merupakan mantan perawat neneknya itu keluar ruangan.
“Hah! Bisa gila aku. Kenapa semakin lama mereka semakin ngelunjak!”
“Itu semua karena ulahmu sendiri, Tama.” Tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari balik pintu. Laki-laki gagah itu bersandar disisi pintu masuk.
“Apa kamu bilang? Beraninya kamu!”
“Ini sudah diluar jam kerjaku sebagai sekretaris pribadimu. Jadi sekarang aku akan bicara sebagai teman baikmu. Jika kamu tidak ingin terus-terusan mendapatkan kebencian dari semua gadis perawat yang pernah kamu nodai itu, kamu harus berhenti melakukannya lagi.”
“Lagi pula mereka sendiri yang dengan mudahnya menyerahkannya padaku hanya dengan satu kalimat saja.” Adhitama membela diri.
“Tapi itu bukan berarti kamu harus selalu merusak hidup para gadis itu, Tam.”
“Bukankah di zaman seperti ini sudah biasa? Gadis rasa janda. Hahahaha! Lagi pula mereka juga menerima uangku dengan senyuman lebar.”
Allen sendiri terkadang merasa ngeri melihat kebengisan temannya dan juga pimpinannya itu. “Berhentilah. Kasihan nenek harus terus menerus berganti perawat. Beliau pasti sedih jika tahu kamu berbuat seperti ini.”
“Sudahlah jangan cerewet. Cepat sana balik kekamarmu. Beberapa jam lagi pagi datang. Kita harus cepat ke bandara.”
“Baiklah kalau begitu.”
“Tunggu, Allen. Carikan perawat pengganti untuk nenek.”
“Baiklah.” Jawab Allen dengan ogah dan berlalu menuju kamarnya. Karena jadwal kerja yang padat, Tama meminta Allen untuk tinggal dirumahnya agar mudah kapanpun mengkonfirmasi semua pekerjaannya.
Dua hari berlalu semenjak kepergian perawat yang telah di usir oleh Tama. Nenek Lita tidak tahu masalahnya dan hanya diberi tahu jika perawatnya-lah yang meminta berhenti bekerja karena tidak betah. Di usianya yang sudah tua, ia sering sekali merasa kesepian.
“Yanti? Bisakah kekamarku sebentar?”
“Ya, Nyonya.” Kepala asisten rumah tangga itu mendatangi kamar nenek Lita setelah mendapatkan panggilan dari telepon.
“Bisakah membawaku berjalan-jalan ditaman?”
“Tapi cuaca sedang tidak bagus, Nyonya. Anginnya sedang kencang.”
“Tak apa. Aku sungguh bosan dua hari ini selalu didalam kamar.”
“Maafkan saya, Nyonya. Anda pasti sangat kesepian.”
“Tidak apa. Itu sudah biasa.”
“Bagaimana kalau saya antarkan Nyonya ke balkon saja? Tentunya Nyonya harus memakai jaket tebal terlebih dahulu.”
“Ide bagus.”
Bu Yanti memanggil penjaga rumah untuk membantu mengangkat tubuh nenek Lita ke atas kursi roda. Setelah itu, Bu Yanti mendorong kursi itu dengan perlahan ke arah balkon. Bu Yanti duduk dikursi yang berhadapan dengan majikannya itu.
“Bagaimana, Nyonya? Apa masih terasa dingin?”
“Tidak. ini sungguh nyaman untukku.”
“Nyonya, ada sesuatu yang ingin saya katakan.”
“Hm? Tentang apa itu?”
“Apa Nyonya masih ingat dengan nona Anita?”
“Tentu saja aku masih sangat mengingatnya. Putri kecilku itu yang sudah mendahuluiku menghadap sang penguasa. Bagaimana bisa ia sekejam itu meninggalkanku tanpa menemuiku sekali saja.”
“Saya tahu kesedihan Nyonya. Namun saya membawa kabar baik. Nona Anita memiliki putri semata wayang yang sangat cantik, dan beliau akan masuk kerumah ini dua hari lagi.”
“Apa? Apa kamu serius? Bagaimana caranya ia bisa masuk kerumah ini?”
“Nona Carissa akan masuk sebagai perawat Nyonya. Beliau membawa pesan yang ingin disampaikan pada Nyonya, dari mendiang nona Anita.”
“Betulkah?” nenek Lita terharu, “Tapi bagaimana bisa gadis yang berharga seperti itu akan berperan menjadi perawatku? Bukankah itu pekerjaan yang berat?”
“Nona Carissa sendiri yang menginginkannya, Nyonya. Jadi mohon bersabar dan tetap sehat, Nyonya.”
Senyum mengembang diwajah tua itu. Ada senyuman bahagia, haru dan juga kesedihan yang bercampur menjadi satu bersama turunnya air mata seorang wanita tua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments