Tok . . . tok . . . tok . . . “Pa, ini Ca.”
“Masuklah, Sayang.”
Carissa masuk kedalam ruang kerja papanya. Seperti dugaan tantenya, jika saat ini Bagas sedang tidak bekerja. Ia hanya sedang merenung dan berfikir di ruang kerjanya.
“Ada yang kamu perlukan, hm?” Bagas menarik putrinya untuk duduk disebelahnya.
“Pa . . .”
“Jika kamu ingin membahas tentang nenek Lita, maka papa menolak!”
“Dengar dulu, Pa. Aku tahu alasan Papa tidak mengizinkanku untuk datang kerumah keluarga itu. Tapi aku juga mempunyai sebuah janji yang harus kutepati, Pa. Ini adalah permintaan mama. Permintaan terakhir dari mama.” Carissa menggenggam kedua tangan papanya dan berusaha meyakinkan. “Aku juga tahu kenapa Papa selama ini tidak mau menikah lagi padahal Papa masih muda. Itu juga karena janji Papa dengan Mama yang akan membahagiakanku, kan?”
Bagas terdiam dan merasa haru karena ternyata selama ini Carissa mengerti dan memahami keputusan yang ia ambil untuk putri kesayangannya itu. “Papa hanya ingin kamu bahagia tanpa harus memikirkan hal lainnya, Ca. Papa tidak mau kamu bersedih karena merasa Papa mencari pengganti Mama.”
“Sekarang sudah tidak masalah, Pa. Aku sudah besar. Aku juga sudah menjadi gadis yang sangat bahagia. Waktunya Papa memikirkan kebahagiaan Papa sekarang. Dan sekarang juga waktunya aku untuk mengabulkan permintaan terakhir mama.”
“Kamu sumber kebahagiaan terbesar bagi papa, Ca.”
“Aku tahu, Pa. Tapi aku tak bisa selamanya berada di samping Papa. Aku nanti kan juga harus menikah.” Ucap Carissa sembari bergelayut manja di lengan papanya.
Bagas mendadak berubah suram, dia merasa sedih saat mendengar kalimat Carissa. “Apa kamu tak bisa tetap tinggal disamping Papa?” tanya Bagas dengan lesu.
“Papa tahu sendiri bagaimana anak perempuan jika sudah menikah. Aku akan tetap keluar dari rumah, Pa. Walaupun ini menyedihkan, tapi suatu saat hal ini pasti akan terjadi. Jadi aku mohon, mulai hari ini pikirkan kebahagiaan Papa terlebih dahulu. Dan biarkan aku melaksanakan tugasku dari mama. Ok?” Carissa mengangkat kelingkingnya dan menunggu jawaban dari papanya.
“Baiklah.” Bagas menggabungkan kelingkingnya dengan kelingking mungil putri cantiknya. “Tapi kamu harus berjanji! Kalau ada apa-apa, kamu harus langsung melapor pada Papa.”
“Siap, Bos! Kalau begitu, aku keluar dulu ya, Pa.” Carissa berdiri dari duduknya dan mendekati pintu. “Tante Geby juga baik kok, Pa. Ca suka. Apalagi dia juga masih muda, bisalah ya kasih adik buat aku.” Seloroh Carissa pada ayahnya yang sekarang tanpa sadar membuka mulutnya lebar-lebar.
“Ka-kamu kenapa bisa bicara begitu?” Bagas berdiri hendak mengejar Carissa yang sedikit berlari keluar dari ruang kerja ayahnya, “Carissa, tunggu! Papa belum selesai bicara. Ca!!!” panggilannya sama sekali tidak dihiraukan oleh gadis kecilnya yang tertawa keras melihat papanya yang salah tingkah karena kejahilannya.
Carissa memasuki kamarnya dan mengambil foto yang selalu ia pajang disebelah ranjangnya. “Ma, sebentar lagi aku akan menemui nenek Lita seperti yang Mama inginkan. Sekarang aku sudah bahagia, Ma. Jadi, tak apa kan jika Papa juga bahagia? Mama pasti merestui kami dari surga sana, kan?” Carissa mengecup foto mamanya dan memeluknya sambil menitihkan air mata. Rasa rindu terkadang masih singgah didalam relung hati, tapi sekarang perasaan Carissa lebih tenang karena memang benar apa yang dikatakan orang, jika waktu adalah obat.
Setelah bercerita sedikit kepada foto mamanya, Carissa membuka laptopnya dan mengetikkan nama Syahreza dimesin pencarian tersebut. Sambil menunggu info dari tantenya, Carissa mencoba mencari info tambahan dari internet. “Siapa tahu aku bisa menemukan sedikit informasi.” Gumamnya.
Saat nama itu diketikkan, muncullah website perusahaan besar yang bergerak dibidang perhotelan dan restaurant itu. Saat Carissa mengunjungi web tersebut, terpampang jelas dihalaman pertama pemimpin tertinggi diperusahaan tersebut. Yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur. Adhitama Elvan Syahreza. Dari tampangnya, Carissa dapat meyakini jika laki-laki tersebut masih sangat muda. Carissa cukup terpesona dengan ketampanan pemimpin utama perusahaan tersebut. Alis yang tebal, kedua mata yang tajam dengan bola mata berwarna coklat. Rahang yang tegas membuatnya terlihat sangat mempesona. “Ternyata cucu nenek Lita sangat tampan. Tapi kenapa bisa dia yang menjadi presdir? Bukannya ayahnya masih hidup, ya?”
Carissa mencoba mencari tahu dari artikel-artikel yang dikeluarkan oleh website perusahaan itu, namun tidak ada artikel yang memberitahukan tentang alasan kepemimpinan diganti dengan seseorang yang masih sangat muda. “Apa karena memang dia jenius? Kalau dia bisa memimpin perusahaan pusat dengan anak cabang yang tersebar hampir diseluruh negeri, pastinya dia laki-laki yang hebat. Aku harus menemui tante Siska dan menanyakannya.”
Keesokan harinya, setelah makan siang, dia mendapatkan pesan dari tantenya dan mengabarkan jika ia sudah mendapatkan info yang Carissa perlukan. Betapa girangnya gadis cantik itu, setelah menyelesaikan gambar desain bajunya, ia langsung berlari untuk menemui tantenya diteras belakang rumah.
“Tante!” panggilnya dengan napas yang ngos-ngosan.
“Kenapa kamu lari-lari, Ca? Bahaya tahu!”
“Habisnya aku sudah tak sabar lagi ingin dengar info dari Tante.”
“Duduklah. Dan minum ini!” Siska menyodorkan satu gelas air putih dingin kepada keponakannya.
Carissa langsung menenggak segelas air putih itu sampai tak bersisa, “Siapapun yang tahu, pasti mengira kamu habis lari mengelilingi rumah ini, Ca.” ucapan Siska hanya dibalas cengiran oleh keponakannya itu.
“Jadi, Tante. Bagaimana?”
“Tante sudah dapat informasinya. Dengarkan baik-baik.” Perintah Siska. Carissa menegakkan duduknya dan memfokuskan pandangan dan telinganya.
“Saat ini Bu Lita masih dalam keadaan sehat walaupun usianya sudah tua. Walaupun begitu, selalu ada satu perawat yang menjaganya dan berada disisinya.”
“Bagus itu. Berarti nenek Lita bisa dipastikan aman.”
“Tidak juga.”
“Hah? Kenapa?” tanya Carissa heran.
“Kata bu Yanti, perawat bu Lita sering diganti. Paling tidak, setelah satu sampai dua bulan, perawatnya selalu berganti dengan perawat yang baru.”
“Apa karena nenek Lita cerewet dan menyebalkan?”
“Kurasa bukan karena bu Lita kalau mendengar bagaimana beliau selama ini dari mamamu.”
“Lalu?”
“Ada kemungkinan karena cucunya. Cucu satu-satunya.”
“Adhitama?”
“Kamu mengenalnya, Ca?”
“Tidak, Tante. Hanya saja semalam aku sempat mencari tahu sedikit.”
“Sudah empat tahun terakhir ini bu Lita hidup berdua dengan cucunya itu. Karena anak perempuan bu Lita sedang menemani terapi suaminya yang sedang sakit dan dirawat di Amerika.”
“Oh, pantas kalau akhirnya posisi itu dijabat oleh Adhitama.” Gumam Carissa.
“Kenapa, Ca?”
“Oh, enggak, Tante. Terus, terus?”
“Jadi, dugaan sementara karena cucu laki-lakinya itu yang terus mengganti perawat yang menjaga bu Lita.”
“Jadi, apa nenek Lita baik-baik saja selama ini?”
“Kata bu Yanti, bu Lita hanya sering merasa kesepian, karena anak perempuan satu-satunya yang tidak ada dirumah, dan cucu laki-lakinya yang sering keluar kota untuk mengurus pekerjaan.”
Carissa terdiam dan merasa iba mendengar kabar tentang orang yang sangat disayangi oleh mamanya itu. “Adakah cara untuk masuk kedalam rumah itu, Tante? Karena Tante tahu sendiri jika keluarga kita masuk daftar black list mereka.”
“Tante sudah carikan cara. Kamu bisa masuk dan bertemu dengan bu Lita saat dokter Andi melakukan check-up setiap satu bulan sekali. Dan lusa nanti adalah waktunya.”
“Bukan untuk satu kali bertemu, Tante. Tapi aku ingin masuk kedalam rumah itu dan merawat nenek Lita.”
“Apa? Kamu tidak salah bicara kan, Ca?”
“Tidak, Tante. Aku ingin memastikan secara langsung selama beberapa hari keadaan nenek Lita. Beliau adalah penolong mama.”
Siska sedikit ragu untuk mengutarakan pendapatnya, banyak sekali yang perlu dipertimbangkan, namun akhirnya ia memilih mengutarakannya, “Sebenarnya ada cara lain jika kamu menginginkan itu, Ca.”
“Apa itu, Tante?” kedua mata Carissa berbinar-binar.
“Kamu bisa masuk kerumah itu sebagai perawat bu Lita.”
“Ide bagus itu, Tante.”
“Apa tak masalah jika kamu menjadi seorang perawat? Pekerjaan itu berat, loh.”
“Tak akan menjadi masalah, Tante. Lagi pula bukankah kata Tante masa kerja perawat nenek Lita hanya satu sampai dua bulan saja? Setelah itu aku pasti akan diganti dan bisa pulang kembali kerumah. Dan masalah pekerjaannya, aku akan mencoba membiasakan diri.”
“Apa tidak masalah dengan papamu, Ca?”
“Tante cukup membantuku membuat alasan untuk papa. Bukannya papa juga minggu depan akan dinas keluar negeri? Seperti biasa papa akan kembali setelah tiga bulan, kan?”
“Betul juga, sih . . . tapi . . .”
“Tapi kenapa, Tante.”
“Tante rasa ini bahaya. Karena rumor yang menyebar didalam rumah itu tentang cucu laki-laki keluarga Syahreza.”
“Kenapa?”
“Katanya dia . . .” kali ini Siska benar-benar ragu dan merasa jika sarannya tadi sedikit sembrono karena akan menyerahkan keponakannya masuk kedalam lubang buaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments