INDONESIA
Jam 9 pagi, di Jakarta.
Tok... T**ok... Tok...
Pintu ruangan COO atau bisa juga di sebut dengan wakil direktur, diketuk dari luar.
"Masuk" titah orang yang ada di dalam ruangan itu.
Ceklek...
Pintu ruangan dibuka dan orang yang masuk tersebut langsung menghampiri pemilik ruangan dan berhenti tepat di depannya yang terhalang oleh meja kerja.
"Ada apa?" tanya pemilik ruangan tersebut tanpa menoleh kepada orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan nya.
"Assalamualaikum" orang itu memberi salam.
Orang itu menghentikan pekerjaannya sesaat karena seperti mengenali pemilik suara tersebut.
"Waalaikumsalam" balas pemilik ruangan itu lalu ia kembali melakukan pekerjaannya.
Setelah menjawab salam, terjadi keheningan beberapa saat, hanya suara jari-jemari yang mengetik laptop terdengar.
"Apa yang ingin kamu katakan, hah?!" tanya pemilik ruangan tersebut dengan kesal tetapi matanya masih tetap menatap laptop yang berada di depannya.
''Kamu berbicara dengan siapa, Ghifari?" tanya balik orang itu.
Ghifari-pemilik ruangan tersebut menoleh kepada orang yang menyebutkan namanya seraya berbicara "Tentu saja dengan kamu ...."
"Rizal?" Ghifari terkejut.
''Itu lo, Rizal?" Ulang Ghifari.
"Ya, tentu saja. Apa kabar, bro?" Tanya Rizal seraya menjabat tangan Ghifari.
"Gue baik. Lo sendiri?" Ghifari bertanya balik.
"Alhamdulillah gue baik. Kalo nggak, ngapain gue kesini" Rizal terkekeh. Ghifari tertawa, ada benarnya juga dengan apa yang dikatakan Rizal.
"Lama gak ketemu, bro. Udah makin keren aja, lo" Ghifari memuji.
"Teşekkürler" (makasih) balas Rizal.
"Lo juga makin keren, kok. Tapi, ya tetep aja gue yang paling keren" lanjut Rizal terkekeh dengan ucapannya sendiri.
"Gaya lo, kuliah di Turki sampe dibawa-bawa ke Indonesia. Apa lagi yang lo bawa dari Turki?" ledek Ghifari.
"Nih buat lo"
"Gak usah. Gue cuma bercanda, gak usah dianggap serius. Lo kenal gue udah lama, Zal, malahan dari bayi" tolak Ghifari tanpa melihat apa yang diberikan oleh Rizal. Fahrizal Al-Faruq-teman kecil Ghifari.
"Kalo gue kasih, diliat dulu, kalo lo gak mau baru boleh lo tolak" suruh Rizal.
Ghifari menunduk, melihat apa yang diberikan oleh teman bahkan sahabatnya dari kecil.
Ghifari melihat sebuah kartu undangan ditangan Rizal. "Apa-an nih?" tanya Ghifari.
"Diterima, dong" suruh Rizal.
"Yeh .... Gue kira lo kasih gue oleh-oleh" ucap Ghifari.
"Kepede-an lo" Rizal tertawa.
"Udah, cepet diambil" lanjut Rizal
Ghifari hanya mengangguk lalu ia mengambil apa yang diberikan oleh Rizal kepadanya.
"Wah, dah dapet calon aja, lo" ucap Ghifari setelah membaca isinya. Rizal hanya tersenyum.
"Widih .... Di Turki nikahannya. Dapet orang Turki, lo?"
"Iya dong" balas Rizal seraya menaik turunkan alisnya.
"Siapa namanya?"
"Di situ ada, kok, namanya"
"Selyn Ayse..." ucap Ghifari membaca apa yang ada dikartu undangan tersebut.
"Ini namanya?" Tanya Ghifari.
"Iya, lah. Menurut lo apa emang?" Sinis Rizal.
"Ya elah .... Gue cuma tanya kali ...."
"By the way, selamat ya, bro" lanjut Ghifari seraya menjabat tangan Rizal.
"Thanks"
"Lo nikah seminggu lagi, bro?" Ghifari terkejut.
"Iya"
"Lah, lo kenapa masih keliaran di Indonesia? Nikahan lo, kan di Turki?" heran Ghifari.
"Ya, emang kenapa? Lagian ke Turki kan gak sampe seminggu"
"Bukan itu maksud gue. Lo kok masih keliaran disini? Bukannya ngurus apa yang diperlu-in dinikahan lo" Ghifari menjelaskan.
"Udah kelar, tinggal tunggu tamu sama ucap ijab qobulnya aje" balas Rizal santai.
"Terserah lo, deh"
"Oh iya, hampir lupa. Nih ...." Rizal memberikan sesuatu lagi kepada Ghifari.
"Kagak usah. Satu undangan cukup kok. Ngapain banyak-banyak" tolak Ghifari tanpa melihat kembali apa yang diberikan oleh Rizal.
"Lo, tuh, ya .... Udah gue bilang diliat dulu apa yang gue kasih, baru lo boleh tolak" Rizal sedikit geram.
Ghifari kembali menunduk melihat apa yang di berikan oleh Rizal. Terdapat shopping bag besar ditangan Rizal.
"Udah kagak usah" tolak Ghifari.
"Jeh .... Main tolak tolak bae. Ini tuh buat keluarga lo, bukan buat lo doang"
"Ya udah langsung kasih ke rumah aja" titah Ghifari.
"Lo, tuh, ya, bener-bener .... Dari dulu sampe sekarang gak berubah-berubah, tetep bikin gue kesel, tau gak?"
"Nggak" balas Ghifari cuek.
"Darah tinggi gue, kalo lama-lama debat sama lo, kagak ada kelarnya. Gue yang waras ngalah aja" ucap Rizal santai.
"Apa lo bilang?"
"Kagak, tadi kucing lewat naik sepeda"
"Gila lo, mana ada kucing bisa naik sepeda. Lagian kagak ada kucing di ruangan gue. Aneh banget lo"
"Ada, kucing sirkus bisa naik sepeda"
"Emang ada kucing di sirkus?" Ghifari tertawa meremehkan.
"Ada" kekeh Rizal.
"Di mana?"
"Ntar gue yang bikin, lah, sirkusnya"
Ghifari kembali tertawa meremehkan "Lo mau jadi tukang sirkus? Lagian lo sama kucing aja takut" sindir Ghifari.
"Dih .... Gue bukan takut, tapi trauma" elak Rizal.
"Sama aja. Takut sama trauma, kan, sodara-an" kekeh Ghifari.
"Tau, ah .... Pokoknya, dateng ya, lo ke pernikahan gue. Gue aja jauh-jauh dari Turki ke Indonesia cuma untuk ngasih undangan, serasa rumah gue di sini aja" Rizal mengingatkan.
"Emang rumah lo di sini!" Kesal Ghifari.
Rizal cengengesan "Tapi gak tau nanti. Tergantung istri gue mau tinggal dimana" ucap Rizal.
"Pokoknya dateng lo, ya. Lebih bagus ajak sekeluarga sekalian. Gue cabut ya, salam buat tante Alisya, om Farhan sama adek-adek lo. Assalamualaikum" pamit Rizal.
"Waalaikumsalam. Iya ntar gue sampe-in ke mereka"
__________
Seminggu kemudian.
TURKI.
Lunara beserta keluarganya datang lebih cepat ke pernikahan Selyn-sahabat kecilnya daripada waktu yang ditentukan. Fatma-ibu dari Selyn juga sahabat dari Emira-Mamah Lunara dan Harika semasa kuliah mereka.
"Tebrikler Fatma, kızınız evleniyor" (Selamat ya, Fatma, putri mu akan menikah) ucap Emira kepada sahabatnya-Fatma.
"Teşekkürler. Umarım Luna çabucak
yetişir" (Makasih. Semoga Luna cepat menyusul, ya) balas Fatma.
"Aamiin"
"Ne, bakın Sis Luna, değil mi?" (Ma, lihat kak Luna, gak?) tanya Harika setelah menyalimi Fatma.
"Teyzem önce Selyn'in odasına gitmemi söyledi, böylece daha sonra çok gergin olmayacaktı" (Tadi Tante suruh masuk duluan ke kamarnya Selyn supaya tidak terlalu gugup nantinya) balas Fatma.
"İsterseniz Selyn'in odasına gitmeniz yeterlidir. Biliyor musun, oda nerede?" (Kalau mau, langsung aja masuk ke kamar Selyn. Kamu tau kan, dimana kamarnya?) lanjut Fatma.
"Evet, biliyorsun teyze. Rika girdi?" (Iya, tau kok, Tante. Rika masuk ya?) izin Harika dan diangguki oleh Fatma.
"Teşekkürler, teyze. Ne, içeri giriyorum?" (Makasih, Tante. Ma, aku masuk ya? ) Emira dan Fatma mengangguk menjawabnya.
Harika berjalan menuju kamar Selyn. Tanpa diketuk, Harika langsung main masuk begitu saja dan menyebabkan orang yang di dalam kaget, begitupula dengan Lunara yang sempat melepas niqabnya. Ia takut orang lain akan melihat wajahnya.
"Rika, kalau mau masuk, pintunya harus di ketuk dulu" suruh Lunara yang sudah memakai niqabnya.
"Hehe .... Maaf, aku lupa"
"Kak Selyn, selamat, ya" lanjut Harika seraya memeluk tubuh Selyn yang sudah memakai pakaian pengantin.
"Makasih, adik-ku" balas Selyn kepada Harika. Selyn sudah menganggap adik dari sahabatnya itu adalah adiknya juga, karena dirinya tidak punya adik perempuan.
Lunara dan Aigul-sepupu Selyn hanya tersenyum melihat keduanya begitu akrab.
__________
GIMANA BAB YG INI? MASIH PENASARAN? TUNGGU BESOK YA, UPDATE LAGI, KOK😁
JANGAN LUPA TINGGAL JEJAK TEMAN2😉
Tangerang, 1 Juli 2020.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Penjaga Hati
lanjuuuut
hai kk aku mampir lagi
salam dari Cinta Maya dan Aku mencintai dosenku
2020-07-15
0