"Lo sejak kapan suka sama abang gue?" Tanya Agam.
Kini ia dan Sheilla sedang berada di kantin sekolah, menikmati semangkuk bubur ayam yang Sheilla inginkan.
"Kenapa lo tanya gitu?" Tanya Sheilla balik.
Agam menghedikkan bahunya, "Pengen tau aja sih, soalnya gue liat elo bucin banget sama abang gue."
Sheilla meletakkan sendoknya, beralih mengambil gelas berisikan es teh manis miliknya dan meminumnya sembari tersenyum manis.
"Gue bakal ceritain ke elo kalau begitu."
.
.
.
.
.
.
Tukk.. tuk..
Sheilla menendang kecil bebatuan yang ada di dekat kakinya.
Wajahnya ditekuk dalam, perasaan Sheilla hari ini benar-benar buruk, bahkan untuk tersenyum kepada orang lainpun ia tidak bisa.
Sheilla rasanya ingin menangis namun ia menahannya sejak tadi karena mama dan papanya mengatakan jangan menangis. Alhasil, Sheilla hanya bisa meremat jari jemarinya sendiri sebagai penyaluran dari rasa terlukanya.
Gadis berusia 11 tahun tersebut dipaksa untuk menahan perasaannya sendiri, menyembunyikan emosi yang dirasakan olehnya.
Namun tiba-tiba saja ada seseorang yang mengelus rambutnya pelan kemudian duduk disampingnya dan mengulurkan tangannya kepada Sheilla memberikannya sebuah permen.
"Buat kamu."
Sheilla mendongakkan wajahnya, menatap ke arah anak seumurannya yang sedang duduk disampingnya saat ini.
Sheilla mengerjapkan kedua matanya, "Kamu kenapa ada disini?" tanyanya bingung.
"Temenin kamu, biar gak sendirian." jawab Adam.
Ya, anak itu adalah Adam.
Sheilla terus menatap Adam bingung, selama ini Adam selalu menyendiri dan bersikap cuek dengan dirinya, bahkan Adam jarang mau berbicara atau bermain dengan dirinya dan juga Agam.
Lalu mengapa Adam tiba-tiba duduk disampingnya seperti ini?
"Kamu tau darimana aku ada disini?" tanya Sheilla.
Adam menatap Sheilla balik dengan wajah datarnya, "Tadi aku lewat trus liat kamu disini sendirian."
Sheilla mengangguk paham dan setelah itu ia kembali dengan posisinya yang tadi, kepala yang menunduk ke bawah dan kaki yang terus menendang pelan bebatuan di dekatnya. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja, Sheilla tidak ingin bermain.
Tidak ada hal yang terasa menyenangkan sekarang, bahkan permen manis kesukaannya yang dibawakan oleh Adampun terasa hambar di matanya.
"Nangis aja, mama sama papa kamu kan gak liat." ucap Adam.
Sheilla menggelengkan kepalanya, "Kata mama kalau Sheilla nangis nanti nenek bakalan sedih disana."
"Nenek kamu gak akan sedih, dia pasti paham kenapa kamu nangis." ujar Adam.
Adam menepuk-nepuk pelan pundak Sheilla, memberikan semangat kepada gadis yang baru saja kehilangan nenek tersayangnya.
Ibu dari Clarissa meninggal dunia karena kanker otak yang diidapnya selama setahun terakhir. Setelah berusaha berjuang dengan kemoterapi yang menyakitkan, kini sang nenek menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.
"Beneran gak papa kan?" tanya Sheilla sembari menatap Adam dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
Adam menganggukkan kepalanya dan setelah itu Sheilla langsung menangis tersedu-sedu, bayangan akan neneknya yang selama ini begitu menyayanginya menyayat hati Sheilla dalam. Neneknya biasanya akan menyambut Sheilla dengan suka cita jika kembali ke Bandung, selalu menyimpan sebungkus permen kesukaannya dan memasak makanan yang disukai oleh Sheilla.
Namun kini neneknya pergi meninggalkannya disaat ia masih kecil.
"Nenek kamu udah gak ngerasain sakit lagi, dia pasti udah bahagia di surga sekarang." kata Adam berusaha menenangkan Sheilla.
Entah darimana Adam mendengar atau belajar kalimat seperti itu, tapi nyatanya Adam memang jauh lebih dewasa dari usianya dalam berpikir dan itu semua disadari oleh Kaila dan Raffa.
"Nenek aku udah di surga?"
Adam menganggukkan kepalanya, "Iya nenek kamu sekarang pasti ada di surga, nenek kamu sekarang pasti lagi tersenyum, udah gak sakit lagi dan sehat."
Adam kemudian menggenggam kedua tangan Sheilla, "Semua orang pasti bakalan pergi suatu saat nanti. Allah manggil nenek kamu duluan karena Allah sayang." ucapnya lagi.
Sheilla meneteskan air matanya mendengar itu, tak menyangka Adam yang seusianya bisa berkata seperti itu, bisa menenangkan dirinya dengan baik.
"Tapi kenapa tangan kamu dingin banget? padahal cuacanya lagi panas." tanya Sheilla saat merasakan bagaimana dinginnya tangan Adam yang sedang menggenggam tangannya.
Adam tersenyum, untuk pertama kalinya Sheilla melihat Adam yang tersenyum begitu lebar kepadanya seperti ini.
"Itu karena aku punya hati yang hangat."
.
.
.
.
.
.
"Karena itu gue suka sama abang lo. Dia yang berusaha buat bikin mood gue membaik waktu itu." ucap Sheilla setelah menceritakannya.
Agam langsung termenung, ia tidak menduga jika abangnya yang selalu bersikap cuek bisa bersikap baik dan hangat seperti itu kepada orang lain dan orang itu adalah Sheilla.
"Gue jadi penasaran, waktu itu abang lo belajar dimana ya cara buat nenangin orang begitu, bahkan nih ya Gam ucapan abang lo juga gak mencerminkan umurnya yang masih 11 tahun tau gak."
Agam menghela nafasnya kasar, "Itu karena abang gue dewasa jauh lebih cepat, dia sering baca buku-buku yang berat banget makna tulisannya sejak kecil."
"Sejak kapan abang lo suka baca buku-buku begitu?" tanya Sheilla.
Agam bergumam berusaha mengingat kenangan masa kecilnya, "Sejak umur 8 tahun kayaknya. Bunda gue suka banget baca buku begitu kalau pulang dari rumah sakit katanya sih buat tenangin pikirannya yang lelah abis kerja."
"Trus?"
"Ya Adam ikutan tuh karena penasaran apa yang bunda baca. Bunda sih biarin aja karena nganggep Adam pasti gak bakal tertarik sama buku yang isinya cuma tulisan semua dan ribet tapi ternyata dia suka bacanya sampai sekarang deh." jelasnya lagi.
"Hah.. pantes aja abang lo pinter bisa masuk kelas unggulan beda sama elo yang malah nyasar dikelas bontot sama gue."
Agam langsung berkacak pinggang mendengar penuturan Sheilla barusan, "Lo barusan bilang kalo gue goblok gitu?" tanyanya.
Sheilla menghedikkan bahunya, "Gue gak ada bilang gitu, heran aja kenapa lo malah dikelas ini sama gue padahal tuh abang lo aja yang satu rahim sama lo bisa pinter banget."
"Karena kita anak kembar jadi bagi-bagi." jawabnya santai sembari menyingkirkan mangkuknya karena sudah selesai makan.
"Bagi-bagi gimana maksud lo?"
"Ya bagi-bagi, dia kedapetan pinternya bunda, rajinnya kayak bunda nah kalo gue kebagian ganteng perpaduan bunda sama ayah, mudah bergaul mirip sama ayah gue dan keren mirip sama ayah juga."
Sheilla langsung memasang wajah shock, "Pede banget gue liat, ck ck ckk... dah ah gue mau lewat ke kelas Adam dulu, mau liat mas crush lagi ngapain."
Sheilla langsung bangkit dari duduknya dan melenggang pergi meninggalkan Agam sendirian di meja mereka.
"Eh woi tungguin gue!" teriaknya.
"JANGAN NGIKUTIN GUE! AWAS KALO NGIKUTIN, GUE GEPLAK PAKE SEPATU GUE!" pekik Sheilla dari ujung lorong.
Agam langsung menghentikan langkahnya, beralih hanya menatap punggung mungil Sheilla yang menjauh dari dirinya.
"Ternyata gue telat buat narik hati lo She.." gumamnya pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Aulia Julianti
Lanjut thor semangat buat up lagi ditunggu thor agam suka sama shei juga ya semangat gam kl jodoh gak kemana
2023-09-18
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor agam suka sama shei jg ya semangat gam kl jodoh gak kemana 😘😘😘😂😂💪💪
2023-02-23
0