My Perfect Husband 2
Tap Tap Tap..
"Selamat malam pak, selamat beristirahat."
"Iya, selamat istirahat juga untuk kalian."
Langkah kaki panjang pria tersebut melangkah dengan cepat, menarik koper kecil yang dibawanya dengan sebelah tangannya dan sebelah tangan lagi ia masukkan ke dalam saku celana bahannya.
Ravi.
Pria berusia 35 tahun itu masuk ke dalam mobil setelah meletakkan barang-barangnya di bagasi. Sudah 4 hari ia meninggalkan mobil kesayangannya itu di parkiran bandara untuk penerbangan internasionalnya ke Berlin. Hanya sesekali saja Ravi membawa dan meninggalkan mobilnya disana, biasanya dia lebih memilih menaiki taksi jika ada penerbangan hingga beberapa hari.
Ia melirik ke jam tangan Rolex yang melekat di tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 2 malam ternyata. Perjalanan jauh cukup membuatnya lelah hingga akhirnya Ravi langsung mengendarai mobilnya menuju ke apartementnya.
Tak sampai 15 menit, Ravi sampai di apartementnya yang terletak cukup dekat dengan bandara. Apartement yang Ravi beli 8 tahun yang lalu dengan uangnya sendiri. Tahukan kalau Ravi berasal dari keluarga kaya raya? apalagi ia termasuk pilot dengan jam terbang tinggi saat ini.
Apartement seharga 10 Miliar dengan lokasi strategis yang dekat dengan bandara, mall, sekolah dan rumah sakit internasional. Disinilah Ravi menghabiskan waktunya selama beberapa tahun terakhir, sendirian.
Ting
Ravi berjalan keluar dari lift sembari menarik kopernya menuju ke pintu apartementnya. Hanya ada satu unit di lantai 15 dari apartement yang ia beli, tidak ada unit lain dilantai yang sama dengannya.
Ravi memasukkan kata sandi pintunya, dan setelah itu terdengar suara pintu yang terbuka.
"Udah balik?"
Ravi tersenyum lebar lalu menganggukkan kepalanya, "Udah, sejak kapan disini?" tanyanya kemudian meletakkan kopernya di ruang tamu.
"2 jam yang lalu."
Ravi melepas seragam pilotnya, meletakkannya di atas sofa kemudian mendekat ke arah mini bar yang ada di dekat dapurnya, menghampiri gadis yang tengah duduk disana dengan tenang sembari menegak winenya.
"Tumben kamu mampir disini dulu, mau nginap malam ini?" tanya Ravi.
Gadis itu menggelengkan kepalanya, gila saja rasanya kalau ia menginap di apartement laki-laki itu.
"Nggak, aku balik sebentar lagi. Gak baik ada di deket om-om kayak kamu terlalu lama, takut ada hal yang gak diinginkan." jawabnya sedikit menyindir Ravi.
Ravi berdecak, "It's okay deh dipanggil om-om, emang umur boleh 35 tahun tapi aku masih tetep ganteng kan? buktinya kamu mau sama aku." balasnya sembari tersenyum miring.
Gadis itu tersenyum mendengarnya dan terkekeh kecil setelah itu, ia kembali menikmati wine yang ada ditangannya dengan perlahan, menikmati aroma anggur yang begitu harum pada wine tersebut.
"Soalnya kamu konsisten banget deketin aku sejak kita satu penerbangan."
Ravi tertawa, ia mengacak-acak rambut panjang gadis yang ada di depannya.
Ajeng Pramesti, gadis berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai pramugari di maskapai yang sama dengan Ravi selama 5 tahun terakhir.
Gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai yang bertemu dengan Ravi 3 tahun yang lalu saat mereka melakukan penerbangan ke New York bersama. Sebuah ketidaksengajaan saat koper keduanya tertukar, saat itulah Ravi pertama kalinya jatuh cinta dengannya.
Ingat dengan perkataan Ravi 11 tahun yang lalu saat ia masih berusia 24 tahun?
"Gue udah anggep mereka kaya keluarga, udah gue anggep saudara juga."
Jawaban Ravi yang terdengar sangat meyakinkan saat Alex menyarankan dirinya untuk mendekati pramugari di maskapainya.
Dan bak menjilat ludah sendiri, Ravi benar-benar jatuh cinta pada seorang pramugari di pertemuan pertama mereka yang tidak disengaja karena insiden salah koper saat itu.
"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama dan umur aku saat itu udah 32 tahun, aku gak mau ngulur waktu terlalu lama." jelasnya.
Ajeng menganggukkan kepalanya paham, ia tau kalau kedua sahabat dari calon suaminya ini sudah berkeluarga bahkan anak dari sahabat-sahabatnya sudah berada di tingkat SMA sekarang. Bukankah wajar kalau Ravi ingin segera menikah?
Ajeng mengulum senyumnya saat menyadari ia baru saja mengatakan kalau Ravi adalah calon suaminya. Ya, mereka akan menikah bulan depan di Bali dengan pemandangan laut yang indah sesuai permintaan Ajeng.
"Kamu gak lupa kan kita ada rencana apa?" tanya Ajeng dengan wajahnya yang berubah tegas menelisik pada calon suaminya itu.
Ravi terpaku sejenak, kedua matanya mengerjap berulang kali berusaha mengingat apa rencana yang ia punya dengan Ajeng namun semakin lama Ravi berusaha untuk mengingat, tatapan Ajeng semakin menyipit kesal.
"Lupa kan?!" tanyanya.
Ravi tertawa canggung dengan kedua tangan yang bergerak cepat menepis ucapan Ajeng.
"Enggak sayang, masa aku lupa sih sama rencana kita."
Ajeng langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap Ravi dengan tatapan menusuk.
"Coba kamu kasih tau aku apa rencana kita."
Ravi menelan ludahnya sendiri, Ajeng memang terlihat tegas sekali jika seperti ini. Berbeda dengan dirinya yang selalu terkenal selengekan sejak masih muda.
"Fit-fitting gaun kan?" jawab Ravi gugup.
Ajeng diam sejenak kemudian menghela nafasnya lega, "Ternyata inget juga, padahal tadi rencananya kalo gak inget aku bakal batalin pernikahan kita.." ucapnya santai.
"JANGAN!" Pekik Ravi yang langsung panik.
Mana rela Ravi jika harus gagal menikah karena sang kekasih yang meninggalkannya hanya karena ia lupa dengan janji mereka.
"Jangan gitu dong sayangku Ajeng Prameswari... kita udah siapin semua ini sejak tahun lalu masa mau dibatalin."
Ajeng tersenyum tipis, "Makanya kamu jangan pernah coba-coba buat lupa okay?"
Ravi menganggukkan kepalanya, "Iya sayang..."
"Ya udah kalo gitu aku balik dulu, jangan lupa besok kita fitting untuk gaunnya."
Ajeng berdiri, mengambil coatnya yang ia letakkan di kursi dan mencari kopernya. Ia juga baru saja kembali dari penerbangan ke Jepang beberapa jam yang lalu dan begitu kembali ia langsung menuju ke apartement Ravi untuk menunggunya.
"Mau balik sekarang?" tanya Ravi dan langsung diangguki oleh Ajeng.
"Kenapa gak nginap disini aja? kamu baliknya pagi nanti aja ya? gak baiklah cewek nyetir sendiri di jam segini." pintanya.
Ajeng tertawa, ia mendekat ke arah calon suaminya yang berbeda 10 tahun dengannya itu. Ajeng menangkup kedua pipi Ravi dengan tangan mungilnya yang hangat.
"Lebih bahaya lagi kalo aku lama-lama disini. Aku gak mau terjadi sesuatu before marriage okay?"
Ravi mendengus kesal namun bagaimana lagi, apa yang Ajeng ucapkan barusan ada benarnya juga. Tidak baik bukan kalau mereka berada di ruangan yang sama hanya berdua saja?
Dan satu hal yang perlu diingat, Ajeng berasal dari keluarga konglomerat dengan beberapa aturan dan pakem ketat, salah satunya ya.. menjaga keperawanan.
"Jangan gitu wajahnya, udah tua nanti makin tua kalo ditekuk gitu. Aku balik ya om-omku sayang!!" ucap Ajeng sebelum akhirnya ia menarik kopernya dan meninggalkan apartement Ravi.
Ravi tersenyum setelahnya, tak menyangka akhirnya ia bertemu juga dengan jodohnya yang selama ini ia tunggu-tunggu dengan cara yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
********
Satu tahun yang lalu
"Gue mau nikah."
"SERIUS LO?!" Tanya Alex gempar.
Ravi menganggukkan kepalanya kemudian menunjukkan foto saat ia melamar Ajeng di Paris.
"Ini beneran? cewek siapa yang elo lamar?" tanya Raffa heran.
Selama ini Ravi memang tidak memberitahukan kekasihnya yang telah menjalin hubungan dengannya selama satu tahun pada kedua sahabatnya, ia menutupnya rapat hubungannya.
"Beneranlah ngapain juga gue bohong sama kalian berdua. Udah umur segini emangnya pantes buat gue main-main soal beginian?" tanyanya balik.
Alex dan Raffa saling bertukar pandang mendengarnya, kaget karena sahabatnya yang menjomblo selama ini akhirnya mengumumkan pernikahannya secara tiba-tiba.
"Wahh.. akhirnya setelah 34 tahun hidup sendiri, lo bakalan nikah woi!!!!" Kata Alex heboh sekaligus senang.
"Congrats bro! wah akhirnya lo nyusul kita berdua juga buat menikah." ucap Raffa juga.
"Thanks!"
"Tapi keliatannya masih muda calon lo, umur berapa?" tanya Raffa.
"24 tahun, beda 10 tahun sama gue." jawab Ravi sambil tersenyum penuh kemenangan karena dirinya berhasil mendapatkan jodoh yang masih muda.
Alex dan Raffa langsung bertepuk tangan mendengarnya dengan wajah speechless.
"Pantes aja lo kemaren-kemaren jomblo, ternyata jodoh lo masih kecil ya waktu itu. Kita umur 20 eh jodoh lo masih umur 10 tahun, masih SD." Celetuk Alex yang membuat ketiganya tersadar kemudian tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
manda_
aku hadir thor semangat buat up lagi ya ditunggu
2023-02-21
1