Malam harinya, selepas acara dinner dan lempar buket bunga dilakukan kini para tamu undangan dan juga kedua mempelai pengantin tengah menikmati alunan musik klasik sembari berdansa bersama.
Suasana terasa lebih romantis dan hangat bahkan kini Sheilla yang sedang duduk memperhatikanpun terbawa suasana.
Perlahan Sheilla melirik ke arah Adam yang hanya diam menatap ke arah kerumunan orang yang sedang berdansa bersama dengan wajahnya yang datar dan kedua tangan yang ia silangkan di depan dada.
Persis sekali seperti patung, hanya duduk tanpa melakukan pergerakan apapun. Mungkin jika ia tidak bernafas, orag-orang akan mengira dirinya adalah patung sungguhan.
Sheilla tak tahan dengan pemandangan ini, sungguh.. Adam benar-benar membuatya tidak bisa diam saja. Sheilla bangkit dari duduknya, menghampiri Adam yang duduk tak jauh dari dirinya dan berdiri tepat di depannya.
"Dam."
Adam beralih menatap Sheilla yang sedang berdiri di depannya dengan wajah datarnya, "Kenapa Shei?" tanyanya.
"Ikut dansa yuk, bosen duduk mulu." ajak Sheilla sembari menunjuk kerumunan tamu yang sedang asik berdansa dengan pasangannya.
"Nggak deh, gue disini aja." tolaknya.
Sheilla membuang nafasnya kasar, sudah ia duga Adam pasti akan menolaknya bagaimanapun caranya.
"Lo gak bosen duduk mulu? plis mau ya gue yang minta loh." bujuknya lagi.
Agam yang mendengar Sheilla berusaha membujuk abangnya ikut merasa kesal, kenapa abangnya memiliki sifat yang begitu dingin dan mengesalkan seperti itu? padahal mereka berdua tumbuh didalam perut bundanya bersama dan lahir dari rahim yang sama pula dan bisa dibilang kedua orang tuanya juga tidak terlalu irit bicara.
Tapi kenapa mereka berbeda sekali?
"Dek, temenin abang dansa yuk." ajak Agam pada sang adik, Ayu.
Ayu yang sedang bermain rubik milik Agam langsung menganggukkan kepalanya.
Agam langsung menggenggam tangan adiknya dan berdiri di depan Adam juga bersama dengan Sheilla, ini adalah cara agar ia bisa membantu Sheilla mendekati abangnya.
"Gue sama Ayu mau dansa bareng ayah sama bunda, lo dansa juga sama Sheilla, jangan duduk aja." ucapnya.
Adam menggelengkan kepalanya, "Kalian aja."
Agam melirik ke arah adiknya, cara paling ampuh untuk meluluhkan hati Adam adalah dengan adiknya.
"Dek.."
"Bang, ayuk dansa bareng.. masa abang duduk terus disini, olahraga bang takutnya jadi patung disini aja." kata Ayu.
Walaupun usianya masih 10 tahun, tapi Ayu pintar sekali berbicara.
"Sama kak Sheilla ya, Ayu mau sama abang Agam dulu." kata Ayu kemudian langsung menarik Agam bergabung dengan ayah dan bundanya.
"Yuk!" ajak Sheilla lagi.
Adam diam berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengalah dan menganggukkan kepalanya. Adam bangkit dari duduknya dan langsung berjalan beriringan denga Sheilla untuk gabung berdansa dengan adik-adiknya.
Sheilla dan Adam pun akhirnya berdansa bersama, dengan kedua tangan Sheilla yang bertengger di bahu Adam dan kedua tangan Adam yang berada di pinggang Sheiila.
Adam menatap ke arah lain dengan wajah datarnya, dirinya terlalu malu jika harus bertatapan dengan Sheilla di situasi seperti ini, katakanlah Adam tidak romantis sama sekali.
Tapi Sheilla tetap menyukainya, terlihat dari wajahnya yang cerah dengan pipi merah merona dan bibirnya yang terus tersenyum manis.
Agam yang berada tak jauh dari mereka pun terus memperhatikan keduanya, memperhatikan Sheilla yang sepertinya begitu senang bisa berdansa bersama dengan Adam.
Baiklah, tak apa jika Sheilla senang dengan semuanya. Jika Sheilla senang bersama dengan Adam, maka Agam juga akan menyukainya.
"Bang, liatin apa sih?" tanya Ayu.
Agam kembali menunduk menatap adik cantiknya, "Gak ada, cuma liatin bintangnya aja banyak banget."
Ayu tersenyum sinis, "Perasaan abang liatnya ke samping deh bukan ke atas."
Agam tertawa mendengarnya dan refleks tangannya mengacak-acak rambut adiknya itu, "Pinter banget kamu ya."
Agam dan Ayu kemudian tertawa bersama, akur sekali kali ini tidak seperti biasanya dimana Agam sering menjahili sang adik.
"Pah, liat tuh anak kamu." kata Clarissa sembari menunjuk anak sulung mereka.
Alex ikut melirik ke arah Sheilla dan Adam, terlihat jelas diwajah anak mereka bahwa ia menyukai Adam dari caranya tersenyum dan menatap.
"Kayaknya kita harus siap-siap sebentar lagi ma."
Clarissa menautkan kedua alisnya, "Maksudnya pah?"
"Sebentar lagi kita bakalan besanan sama Raffa dan Kaila." jawabnya.
Clarissa langsung tertawa mendengarnya kemudian menghela nafasnya pelan, "Sebentar lagi dia beranjak dewasa pah.. Sheilla udah merasakan cinta pertamanya. Mama masih merasa dia adalah putri kecil kita." ucapnya sembari tersenyum simpul.
Ah, Clarissa jadi sedih jika harus membayangkan anaknya akan menikah nantinya. Mungkin tidak dalam waktu lama lagi. Ia harus mempersiapkan diri jika nantinya anak sulungnya akan menikah dengan seseorang.
"Atau kita jodohin aja mereka dari sekarang ma?" tanya Alex memberikan ide.
"Raff!"
Raffa langsung menengok ke arah Alex yang memanggilnya, "Kenapa?" tanyanya.
"Mau langsung dijodohin aja gak?" tanyanya to the point kemudian menunjuk ke arah Sheilla dan Adam.
"Ck, anak gue belom kerja. Mau dikasih makan apaan anak lo nanti?" tanyanya.
"Elo kan banyak duitnya." balas Alex.
"Gak, biarin aja mereka saling jatuh cinta secara alami. Gue mau anak-anak kita selesain sekolahnya dulu, belajar yang bener. Ada-ada aja lo mau main jodoh-jodohan." tolaknya dengan tegas.
Raffa tak ingin anaknya merasakan hal yang sama dengan dirinya hanya karena mengikuti keinginan kedua orang tua. Raffa mau anak-anaknya sendirilah yang memilih pasangan hidup mereka.
"Tapi kalo Adam sama Sheilla beneran jodoh gimana?" tanya Alex.
Raffa diam sejenak sampai kemudian ia berkata, "Gak masalah, berarti kita besanan. Kita liat aja nanti." ucapnya.
*******
Setelah menghadiri acara pernikahan Ravi dan Ajeng yang digelar secara tertutup di Bali, kini mereka semua kembali menjalani aktivitas seperti biasanya kecuali kedua pengantin yang sedang dalam perjalanan menuju ke Maldives untuk menikmati bulan madu mereka.
"Gam! pinjem penghapus!" pekik Sheilla.
Agam yang sedang asik bermain game pun pura-pura tidak mendengar suara Sheilla, hingga sang pemilik suara akhirnya mendekat ke arah teman sejak kecilnya itu.
"Heh! budek banget dipanggilin." kata Sheilla dengan wajah kesalnya dan memukul pelan lengan Agam.
"Sssttt.... gue masih main game, sabaran bentar."
"Ck, ya udah dimana penghapus lo?" tanya Sheilla, dirinya lupa membawa penghapus padahal jika jam istirahat seperti ini Sheilla senang menggambar di bukunya.
"Coba cari sendiri di tas gue." balas Agam, kedua matanya masih fokus menatap layar ponselnya.
Sheilla mengambil tas Agam yang ada di atas meja, mencari penghapus milik laki-laki itu namun setelah ia membongkar seluruh isi tasnya, Sheilla sama sekali tidak bisa menemukan benda yang ia cari.
"Woi, gak ada nih! seriusan dimana penghapus lo?" tanyanya lagi.
"Nyariin ya?" ejek Agam sembari melirik Sheilla sebentar sebelum akhirnya kembali fokus dengan ponselnya.
"IHH NGESELIN BANGET SIH!!! DIMANA PENGHAPUS LO HAH?!" Tanyanya sembari berkacak pinggang.
Agam tertawa, senang sekali melihat Sheilla kesal seperti ini.
"Malah ketawa! buruan kasih tau dimana." pintanya lagi.
"Laci." ucap Agam singkat.
Sheilla langsung melirik ke dalam laci dan benar saja, penghapus milik Agam tergeletak disana.
Sheilla langsung meliriknya sinis, sengaja sekali sepertinya mengerjainya. Namun bukan Sheilla namanya jika tinggal diam, ia menyunggingkan senyumannya sebelum akhirnya tangannya menekan power button di ponsel Agam membuat layarnya padam seketika.
Agam diam dengan wajh shocknya sebelum akhirnya melirik ke arah Sheilla yang sedang tertawa puas.
"SHEILLA!!!!!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor adam tuh dingin bgt ya kayak siapa sih kutu buku dia hangetnya hanya sama keluarga ya
2023-02-22
0