05. Perjanjian

Buat para readers aku minta bantuannya ya. Bantu aku promosikan cerita aku ini keteman-teman kalian ya. Buat yang bantu aku aku ucapkan banyak terimakasih. ❤❤

∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆

Jangan biarkan perjanjian dan ide bodoh memasuki pikiranmu karena kau akan masuk dalam sandiwara yang harus melibatkan dirimu dan hatimu untuk mengambil peran yang akan menjadi bumerang bagimu

-Author-

Happy Reading.....

Shasa's POV

Aku tak tau harus menjawab apa. Kenapa harus aku yang kau pilih menjadi penggantinya? Mengapa aku? Mengapa harus aku?. Ingin sekali aku mengutarakan hal itu tapi tak tau kenapa bibir ini tak bisa berkata apapun.

Aku bisa merasakan napasnya yang beraroma mint membelai wajahku saat ini. Ia menjauhkan wajahnya dari wajahku, aku kembali menundukkan kepalaku. Melihat lantai yang ada dibawahku.

" Ayo, acara akan dimulai sebentar lagi. Para tamu sudah menunggu kita. " ucapnya sambil mengulurkan tangannya kehadapanku.

Aku menyambut uluran tangannya. Kami berjalan beriringan menuju altar pernikAhan. Saat memasuki ruangan nan megah itu. Aku melihat pendeta berdiri didepan sana.

Aku mengedarkan pandanganku, semua tamu disini merupakan orang-orang kelas atas. Para tamu wanita terlihat sangat anggun dibalut dengan gaun mahal. Para tamu Pria terlihat sangat  berwibawa dibalut dengan jas mahal mereka.

Pandanganku beralih menatap pria disampingku saat ia sedikit meremas tanganku. Dia memberitahuku bahwa kami telah tiba dihadapan pendeta.

Kami mengubah posisi menjadi saling berhadapan sekarang. Pendeta memulai khotbahnya. Setelah selesai pendeta menyuruh Arkan untuk mengucapkan janji pernikahan.

" Saya, Arkan Putra Pradipta, meminta engkau, Shasa Saputri, sebagai istri saya. Dalam suka dan duka. Dalam keadaan sakit dan sehat. Saya akan menjaga dan melindungi engkau dengan sepenuh hati saya. " ucapnya begitu lancar bahkan ia tau siapa nama lengkapku.

Aku bisa melihat kebingungan dan keheranan diraut wajah para tamu. Bagaimana tidak karena dalam undangan bukan namaku yang tertulis tapi nama Karla.

Pendeta beralih menatapku dan memberitahu bahwa kini giliranku yang mengucapkan janji pernikahan. Aku menelan salivaku, rasa gugup menyerangku. Aku meremas gaunku, apakah aku harus mengucapkannya? Aku menarik napasku dan memejamkan mataku. Aku membuka mataku lalu menghembuskan napasku.

" S-sa-saya, Shasa Saputri, me-menerima engkau, A-Arkan Putra Pradipta, sebagai suami saya. Saya akan setia mendampingi engkau dalam keadaan sakit maupun sehat,  dalam keadaan suka maupun duka. S-sa-saya akan menghormati dan melayani engkau,

se-sepenuh hati saya. " ucapku gugup.

Setelah aku mengucapkan janji itu. Ia mendekat kearahku, ia mengcium dahiku sedikit lama. Arkan menjauhkan dirinya kemvali kepada keposisi awalnya.

" Kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sekarang pakaikan cincin ini pada pasangan kalian. " kata pendeta memberikan kotak cincin kearah kami.

Arkan mengambil kotak itu lalu membukanya. Cincin yang cantik, ia mengambil salah satu cincin itu. Ia menarik tangan kananku lalu menyematkan cincin itu dijari manisku. Begitu pula diriku aku menyematkan cincin yang satu lagi dijari manisnya.

Para tamu bertepuk tangan dengan riuh. Pendeta berlalu pergi turun dari altar. Arkan menggenggam tanganku dan menarik diriku kearah pelaminan.

Kami mendudukkan diri kami dikursi yang telah disediakan. Para tamu mulai berdatangan untuk menyalami kami dan memberi selamat kepada kami.

" Hai bro, akhirnya kau melepas masa lajangmu juga. Aku sedikit terkejut saat mendapat undangan pernikahanmu waktu itu. Hmm... Aku ingin bertanya bukankah diundangan tersebut kau akan menikah dengan orang yang bernama Karla lalu mengapa nama pengantinmu ini Shasa? " Aku menegang ditempat dudukku. Jawaban apa yang Arkan akan berikan.

" Oh itu, aku lupa memberitahu kalian bahwa ada kesalahan penulisan nama dalam undangan itu. Aku memang akan menikah dengan Shasa. Mungkin karena terlalu repot sehingga mereka salah menulis nama istriku ini " aku menatap wajah Arkan. Arkan tersenyum, dia memang sangat pandai bersandiwara.

" Oh.. Oke, aku akan pergi, selamat untuk kalian " kata orang yang mungkin merupakan teman Arkan. Ia berlalu pergi.

*💍💍💍*

Hufttt.... Akhirnya aku bisa juga untuk beristirahat. Aku sekarang berada di rumah Arkan. Yah.. Sebenarnya butuh waktu lama kami sampai dirumah ini.

Wow... Rumah ini begitu megah. Interior rumah ini begitu banyak dan mewah. Barang-barang yang ada didalam rumah ini pun pasti bernilai puluhan juta mungkin ratusan juta. Aku masih berdiam ditempat aku berdiri saat ini.

" Duduklah " katanya membuat diriku yang memandang kepenjuru rumah ini beralih menatapnya.

" Hah? " tanyaku. Aku tak mendengar jelas  apa yang ia katakan.

" Aku menyuruhmu untuk duduk. Ada yang ingin kubicarakan padamu " katanya dingin.

Aku menatapnya. Bukankah kita sudah menikah tapi kenapa dia sama sekali tak bisa berbicara dengan lembut padaku. Setidaknya ia bisa berbicara denganku tanpa nada dingin itu.

" Jangan berpikir yang tidak-tidak. Walaupun kita telah menikah tapi aku tak akan merubah sikapku terhadapmu. Kita menikah hanya untuk menyelamatkan nama baik keluargaku " What!? Jadi dia hanya memanfaatkanku, dasar pria angkuh yang menyebalkan.

" Duduklah, aku ingin membicarakan sesuatu " katanya menunjuk sofa yang ada diruang tamu ini.

Aku melangkahkan kakiku menuju sofa tersebut. Aku mendudukkan diriku di sofa itu. Arkan juga duduk disofa yang satu lagi. Kami duduk saling berhadapan hanya ada sebuah meja yang memisahkan tempat duduk kami sekarang.

" Kau ingin membicarakan apa denganku? " tanyaku meletakkan tanganku diatas lututku.

" Bacalah berkas ini dulu. Kalau ada yang tak kau mengerti kau bisa menanyakannya padaku " katanya mengeluarkan sebuah berkas dari tas yang ada disampingnya. Ia meletakkan berkas itu diatas meja.

Aku memperhatikan berkas yang ada diatas meja itu. Aku mengambilnya lalu membukanya. Aku membaca keseluruhan berkas itu dengan dahi berkerut. Aku tak mengerti apa maksud dari semua isi berkas ini.

" Apa maksud dari semua isi berkas ini? " tanyaku bingung dan meletakkan kembali berkas itu kemeja.

Ia menyandarkan badannya disandaran sofa. " Berkas itu merupakan surat perjanjian pernikahan kita " Ia menatapku.

" Surat perjanjian? Aku masih tak mengerti arti semua ini " Aku memang tak mengerti semua ini.

" Pernikahan ini hanya untuk menyelamatkan nama baik keluargaku. Aku pun masih mencintai kekasihku Karla. Pernikahan ini akan berakhir dalam waktu 7 bulan. Sampai Karla kembali kenegara ini. " jelasnya. Aku mulai sedikit mengerti disini.

" Lalu bagaimana kehidupan pernikahan 7 bulan ini? Apa aku harus tetap memenuhi kewajibanku sebagai istri dan kau sebagai suamiku? " tanyaku ingin memperjelas semuanya.

" Aku tak akan mencampuri kehidupan dan segala urusan pribadimu. Kau juga sebaliknya jangan ikut campur dalam kehidupan dan segala urusan pribadiku. Kau tak perlu melakukan kewajibanmu melayaniku sebagai istri, cukup layani dirimu sendiri saja. Aku tetap akan memberi uang kepadamu untuk memenuhi kebutuhanmu. " jelasnya

" Aku tak perlu uangmu aku masih punya pekerjaan dan aku nyaman dengan pekerjaanku ini. Satu pertanyaan lagi, apa kita akan tidur satu kamar? " kataku untuk memperjelas lagi.

" Kita tidur dikamar terpisah. Dilantai dua ada dua kamar. Pintu warna putih adalah kamarmu dan yang warna cokelat adalah kamarku. " katanya menegakkan duduknya. Dia tak lagi bersandar pada sandaran sofa.

Arkan mengambil berkas yang ada diatas meja. Ia mengeluarkan pulpen dari dalam jasnya. Arkan membuka berkas itu lalu menandatanganinya.

Ia meletakkan pulpen itu diatas berkas yang terbuka lalu mendorongnya kearahku.

" Tandatanganilah berkas itu. Itu sebagai bukti bahwa kita telah setuju. " katanya menunjuk kearah berkas itu.

Aku langsung mengambil berkas itu dan tanda tangan diberkas itu. Setelah selesai aku kembali menyerahkan berkas itu kepada Arkan.

" Aku akan kekamar aku ingin istirahat " kataku beranjak dari tempat dudukku. Aku berjalan kearah tangga.

" Aku akan memberimu salinan berkas ini padamu nanti " katanya. Aku berbalik lalu mengangguk kearahnya.

Aku menaiki anak tangga menuju kearah kamarku. Aku mencari keberadaan  pintu berwarna putih itu. Setelah menemukannya aku membuka pintu itu masuk kedalam kamar itu.

Aku memerhatikan sekeliling kamar ini. Kamar yang cantik semua bernuansa warna putih. Mulai dari lemari, meja rias, tempat tidur, kasurnya, selimutnya bantalnya bahkan hiasan dikamar ini berwarna putih.

Aku melangkahkan kakiku kearah kamar mandi. Aku membersihkan diriku. Aku keluar kamar mandi lalu duduk ditepi ranjang, baru beberapa saat aku duduk ditepi ranjang aku mendengar suara pintu sebelah terbuka lalu tertutup. Arkan. Dia pasti telah masuk kekamarnya.

Ya Tuhan apa yang harus kulakukan? Aku bahkan membenci kata pernikahan. Tapi sekarang aku telah menikah dengan orang yang belum aku kenal. Apakah nasibku seburuk ini untuk kujalani?

Aku merebahkan diriku berusaha untuk memejamkan mataku. Aku harap saat esok aku bangun semuanya akan baik-baik saja. Aku merasakan ada sebulir air yang mengalir dipipiku. Aku lelah menghadapi hal ini. Aku sangat lelah. Lelah ini membuat mataku terasa berat. Aku memejamkan mataku tak lama kemuadian aku memasuki alam mimpiku.

Terpopuler

Comments

Her Man

Her Man

lanjut thor mkin seru ni.

2023-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!