02. Baju Pengantin Dan Pertemuan

Shasa masih saja setia duduk berhadapan dengan laptopnya padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 subuh. Dengan ditemani secangkir kopi ia masih terus melanjutkan pekerjaannya.

Pada pukul 5 pagi akhirnya pekerjaan telah selesai. Shasa mematikan laptopnya lalu beranjak dari duduknya menuju ke kasur kesayangannya.

Baru saja ia ingin memejamkan matanya handponenya bebunyi dan itu berhasil mengganggu tidurnya. ****!! Siapa yang mengganggunya pagi-pagi begini. Dengan keadaan malas ia mengambil handphonenya diatas nakas

"Halo?" sapa Shasa dengan nada yang malas

"Halo Sha, apakah kau sudah selesai mengerjakan semua rencana kita untuk pernikahan besok? Aku harap kau sudah menyelesaikannya" Tanya orang diseberang sana

"Ya ampun Rani kenapa kau meneleponku jam segini. Kau tau kau mengganggu waktu istirahatku." kata Shasa sedikit kesal

"Maafkan aku, tapi aku sangat panik karena pernikahan itu akan dilaksanakan besok. Kau tau andai saja aku punya penyakit yang parah mungkin sekarang aku akan masuk rumah sakit karena stress" ucap Rani yang lebaynya sejagat

"Kau sangat lebay Rani. Aku sudah menyelesaikan semuanya. Kita akan berangkat nanti siang untuk mendekor pernikahan itu digedung yang telah ditentukan. Kau tenang saja, oke?" ucap Shasa

Rani menghembuskan nafas lega. Dia sangat beruntung mempunyai bos sekaligus sahabat seperti Shasa "Hahh..syukurlah, tapi apa kau yakin kita bisa menyelesaikan semua dalam sehari. Kau tau aku dengar orang yang akan menikah sangatlah kejam. Kalau sampai dia tau tentang hal ini maka habislah kita" ucap Rani

"Tenanglah tidak akan terjadi apa-apa pada kita. Sebaiknya kau tutup teleponnya aku butuh istirahat sekarang" kata Shasa yang sudah dihinggapi rasa ngantuk sedari tadi

"Baiklah sampai jumpa nanti siang. Istirahatlah yang cukup, bye" Rani memutuskannya teleponnya

Shasa menaruh kembali ponselnya diatas nakas. Lalu ia memejamkan matanya dan mulai memasuki alam mimpinya

_________________________

Sinar matahari menembus masuk melalui celah jendela sehingga membuat seisi kamar terkena sinarnya. Arkan mengerjapkan matanya karena sinar matahari tepat mengenai wajahnya. Dia bangun dari tidurnya lalu turun dari tempat tidur. Dia menuju kekamar mandi.

Setelah beberapa menit ia keluar dari kamar lalu menuju lemarinya dan mengambil pakaiannya. Sekarang Arkan terlihat sangat tampan dengan menggunakan pakaian formal. Ia berjalan menuju nakas lalu mengambil handphonenya, ia mencari nomor seseorang lalu meneleponnya.

Setelah dering ketiga akhirnya telepon tersebut diangkat.

"Halo Arkan, ada apa??" tanya orang diseberang sana dengan suara khas bangun tidur

"Halo sayang, aku akan menjemputmu sebentar lagi jadi bersiaplah" kata Arkan dengan senyum menawannya

"Oke, aku akan segera bersiap" ucap orang tersebut yang tak lain adalah Karla

"Oke, bye sayang" kata Arkan lalu memutuskan sambungan telepon setelah mendengar balasan dari Karla

Kini Arkan ada didalam mobilnya. Ia menuju rumah Karla untuk menjemput sang kekasih. Tak butuh waktu lama Arkan telah tiba didepan rumah Karla. Ia turun dari mobil lalu menuju kedepan pintu rumah Karla.

Didalam kamar Karla telah selesai bersiap dan ia mendengar suara bel berbunyi. Ia tau siapa yang datang, ia segera keluar kamar lalu menuju pintu utama.

Karla membuka pintu rumahnya dan sudah ada Arkan berdiri disitu untuk menjemputnya. Karla memeluk Arkan begitupula dengan Arkan.

Mereka melepaskan pelukan mereka. "Ayo kita berangkat sekarang sayang" kata Arkan

"Tunggu sebentar aku mengambil tasku dulu dikamar" kata Karla lalu berjalan meunuju kamarnya

Beberapa menit kemudian Karla kembali. Mereka memasuki mobil lalu Arkan menjalankan mobilnya.

Mereka sampai disebuah butik ternama. Mereka turun dari mobil dan memasuki butik tersebut. Mereka berjalan beriringan.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu Tuan" kata seorang pegawai butik itu

"Saya ingin mencari baju pengantin" kata Arkan terkesan dingin dan tegas

"Baiklah lewat sebelah sini Tuan" ucap pegawai itu menunjukkan jalan menuju kearah area khusus baju pengantin

"Silahkan di lihat-lihat dulu Tuan" kata Pegawai tersebut

"Sayang pilihlah gaunmu, aku akan melihat jas dibagian sana" kata Arkan seraya mengelus lembut rambut Karla

"Baiklah, mbak bisa bantu saya untuk mencobanya nanti" ucap Karla

"Bisa Nona, mari ikuti saya" kata pegawai tersebut

 

______________________________________________

Hari yang cerah cukup bagus digunakan untuk beristirahat dan bersantai. Tapi bagi Shasa hari yang cerah adalah hari tersibuk dalam hidupnya. Lihat saja sekarang dia sudah duduk didepan laptopnya untuk mengerjakan pekerjaan yang belum tuntas.

Dia duduk dikursi depan rumahnya menunggu Rani untuk datang menjemput tapi walaupun hanya untuk menunggu Shasa tak pernah membuang waktunya, dia pasti bekerja terlebih dahulu.

Yap itulah yang dia lakukan semenjak perceraian kedua orang tua sewaktu ia duduk dibangku kuliahan, selalu menyibukkan dirinya. Sekarang pun ia enggan untuk menemui kedua orang tuanya itu ia lebih memilih untuk tinggal sendiri dan menjauh dari keluarganya. Karena alasan yang begitu menyakitkan ia tak mau melihat wajah kedua orang tuanya.

Shasa menepis semua pikirannya itu jauh-jauh. Dia tidak ingin mengingat itu lagi karena itu terlalu menyakitkan baginya. Dia kembali fokus dalam pekerjaannya.

Tak lama terdengar suara klakson mobil. Itulah jemputannya, dia adlah orang yang selalu ada untuknya siapa lagi kalau bukan sahabatnya itu.

"HEY,, AYO CEPAT NAIK KITA AKAN TERLAMBAT NANTI" teriak Rani dari dalam mobilnya itu

"TUNGGU SEBENTAR AKU MENGUNCI RUMAH DULU " balas Shasa lalu beranjak dari duduknya untuk mengunci pintu rumahnya.

Shasa mengambil perlengkapan WOnya yang terletak diatas meja terasnya. Ia sedikit berlari saat menuju mobil Rani.

"Kau lama sekali " ucap Rani saat Shasa telah masuk kedalam mobilnya

"Bukankah kau yang lama untuk menjemputku. Aku sudah bersiap daritadi bahkan aku sudah menyelesaikan berkas-berkas ini tadi " kata Shasa sambil menunjukkan berkas-berkas yang ada ditangannya.

"Baiklah..baiklah.. Aku yang salah. Jadi daripada kita berdebat disini sebaiknya kita langsung berangkat saja ketempat gedung yang akan kita rancang dan dekor" kata Rani. Ia menjalankan mobilnya menuju gedung ******(maaf ya ngertiin ajalah tanda itu, soalnya aku nggak tau nama2 gedung yang sering dijadiin buat acara nikahan😁😁)

Sekitar 45 menit akhirnya Rani menepikan mobilnya didepan sebuah gedung yang kalau dilihat sacara teliti pasti harga sangatlah mahal

"Wowww.... Apakah kita akan menyiapkan pernikahan anak presiden. Aku saja walaupun bekerja selama berpuluh-puluh tahun tidak akan sanggup untuk menyewa gedung sebesar ini " ucap Rani.

Shasa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap sahabatnya ini. Terlalu peduli pada hal sekitarnya.

"Mungkin walaupun kau menjual tubuhmu sekalipun kau tidak akan dapat menyewa gedung seperti Rani " kata Shasa dan membuat Rani menatapnya tajam

"Aku hanya menambahkan saja, jangan menatapku seperti itu " kata Shasa mengangkat tangannya tanda bahwa dia hanya membantu

"Tapi itu tidak lucu bagiku. Kau tau bagaimanapun miskinnya aku, aku takkan pernah menjual tubuhku" ucap Rani kesal. Bisanya sahabatnya menjadikan tubuhnya sebagai lelucon

"Oke..oke kau tidak perlu semarah dan sekesal itu. Aku minta maaf, sebaiknya kita masuk dan memulai pekerjaan kita " kata Shasa mencoba mengalihkan pembicaraan yang tadi agak sedikit memanas.

"Hey tunggu dulu aku rasa kita melupakan sesuatu " tanya Rani menghentikan langkah Shasa

"Kita tidak melupakan apapun. Semua perlangkapannya sudah ada padaku dan ini lengkap" kata Shasa sambil menunjukkan tas yang ia bawa

"Astaga bukankah kita juga akan mempersiapkan pernikahan lain hari ini" kata Rani ketika ia mengingatnya

Astaga kecerobohan apalagi ini. Tidak cukupkah dengan melupakan pernikahan ini. Ya tuhan kenapa semuanya bisa begini rutuk Shasa dalam hati.

"Begini saja kau yang urus pernikahan itu dan aku mengurus penikahan ini. Kita  memiliki cukup banyak pegawai lalu kita bagi mereka menjadi dua tim. Sebagian ikut denganmu dan yang sebagian membantuku disini, oke? " Shasa mengungkapkan ide yang ada dipikirannya

"Baiklah, tapi kau sudah menyiapkan konsep untuk pernikahan itukan?" tanya Rani. Karena kalau konsep ith belun disiapkan maka matilah mereka.

"Aku sudah menyiapkannya. Aku akan mengirimkannya ke emailmu. Sebaiknya kau pergi sekarang aku mau mengurus yang disini" kata Shasa

"Oke" Rani mengacungkan jempolnya.

Rani bergegas masuk kedalam mobil lalu melajukannya ketempat lainnya. Kenapa nasib mereka hari ini begitu buruk.

Shasa melangkahkan kakinya memasuki gedung tersebut dengan sedikit terburu-buru.

____________________________

Arkan duduk disofa yang disediakan dalam butik tersebut. Ia memainkan handphone sambil menunggu Karla selesai memilih gaun pengantin yang diinginkannya.

"Honey bagaimana menurutmu dengan gaun ini?" tanya Karla pada Arkan

Arkan mendongak melihat Karla dengan balutan gaun pengantin berwarna biru muda yang cantik sedikit terbuka bagian punggung tapi bagian belahan dadanya tidak terlalu rendah

"Kau menyukainya?" tanya Arkan

"Iya aku menyukainya" Jawab Karla begitu antusias

"Baiklah kita ambil gaun itu" kata Arkan lalu beranjak dari duduknya. Arkan mendekat ke Karla lalu mengusap rambutnya pelan

"Mari nona keruang ganti" kata si pegawai wanita itu

Sepeninggal Karla, ponsel Arkan yang ada digenggamannya bergetar. Arkan mengangkat teleponya setelah melihat bahwa suruhannyalah yang menelepon.

"Halo Tuan" kata Willi suruhan Arkan

"Ya Willi ada apa?" tanya Arkan yang terkesan dingin dan tegas. Begitulah Arkan dia hanya berbicara lembut pada Karla dan Ibunya.

"Tuan rancangan pernikahan anda belum siap. Gedung ini pun baru akan didekor hari ini " kata Willi sedikit gugup karena takut bossnya ini akan marah besar.

"APA!! kenapa bisa seperti itu bukankah aku sudah menyewa WO yang bisa diandalkan " kata Arkan kesal

"Maaf Tuan tapi sa-" belum sempat Willi akan menjelaskan. Teleponnya sudah terputus

Arkan menggenggam ponselnya begitu erat akibat dari menahan emosinya. Karla keluar dari ruang ganti dan heran melihat Arkan seperti itu

"Honey ada apa denganmu kenapa kau terlihat sangat marah seperti ini" kata Karla sambil menggambit lengan Arkan dan mengusapnya untuk menenangkan amarah Arkan

"Kita bayar gaun kamu, setelah itu kita akan kegedung dimana acara pernikahan kita akan digelar" kata Arkan

"Ada apa disana Arkan, bukankah kau sudah menyerahkan semuanya kepada orang suruhanmu dan WO yang bertanggung jawab?" Karla merebahkan kepalanya kebahu Arkan

"Ada sedikit masalah, jadi kita hrus melihatnya. Sebaiknya kita pergi sekarang" kata Arkan sambil menarik tangan Karla menuju kasir lalu membayar gaun itu

Tak berapa lama mereka tiba di depan sebuah gedung megah. Arkan memarkirkan mobilnya setelah itu dia keluar dari mobil dan berjalan kesisi lain mobil untuk membukakan pintu bagi Karla.

Arkan dan Karla memasuki gedung tersebut. Arkan begitu kesal saat melihat gedung itu belum selesai untuk didekor bahkan mereka baru mempersiapkan peralatannya.

Arkan melihat seorang wanita sedang menelpon. Ia semakin kesal bukankah mereka dibayar untuk bekerja.

Arkan berjalan kearah wanita itu lalu mengambil ponsel wanita itu membjta wanita itu terkejut.

_____________________

Shasa POV

Aku menyuruh semua pegawaiku untuk mempersiapkan segala peralatan dan mulai melakukan tugas mereka. Saat aku ingin membantu ponselku tiba-tiba berdering. Aku melihat ponselku ternyata Rani yang menelepon.

"Halo, ada apa Rani?" aku meminta izin pada semua pegawaiku untuk berbicara Rani. Aku berjalan menjauh dari mereka.

"Aku ingin bertanya tentang konsep yang akan digunakan pada altar pernikahan disini. Aku sedikit bingung saat ini" kata Rani. Memang suara terdengar sedikit panik. Teman ah bukan teman tapi sahabatku ini memang selalu panik apabila ada masalah yang tidak bisa ia selesaikan sendiri

"Hmm... Aku akan mengirimkan konsepnya lewat email dan disitu aku akan memberikan penjelasan detailnya" kataku mencoba untuk mengurangi kepanikan sahabatku itu

"Aku harap kau segera mengirimkannya, karena disini aku sedang sibuk dan sebentar lagi calon pengantinnya akan mengecek kemari" Rani menegaskan

"Baiklah aku ak-" belum saja aku akan menjawab ponsel direbut oleh seseorang dan ith membuatku terkejut.

Siapa yang berani-beraninya mengambil ponselku. Aku membalikkan badanku dan aku langsung bertatapan dengan orang yang memiliki mata berwarna biru.

"Apa aku membayarmu untuk menelepon" kata laki bermata biru itu dengan nada yang dingin dan tegas

"Saya menelepon karena ada urusan penting " jawabku dengan tegas juga

"Bukankah aku sudah menyuruh kalian untuk segera menyelesaikan pernikahanku dan apa ini mendekor saja belum kalian lakukan. Kau malah asik menelepon disini" katanya tegas dan melempar ponselku kelantai.

Tunggu...

Ponselku dilempar kelantai. Astaga ponsel berhargaku yang kubeli saat aku mendapat gaji pertamaku. Sialan! Pria ini benar-benar keterlaluan

"Hey, mengapa anda melempar ponselku. Kuberitahu padamu masih untung aku masih mau mendekor untuk pernikahanmu ini. Bisa saja saya membatalkan semua ini dan anda bisa mendekor gedung ini sendiri" Aku sudah tidak sanggup lagi menahan emosiku saat ini. Aku benci pria ini. Pria yang sok berkuasa ini benar-benar membuatku naik darah

"Aku bisa saja membawa hal ini kejalur hukum karena kamu telah melanggar kesepakatan kontrak kerja" katanya dengan nada yang angkuh

"Aku tidak ingin berdebat dengan anda lebih lama lagi. Jadi saya mohon izinkan saya bekerja T.U.A.N" kataku dengan menekankan kata Tuan

Aku berjalan melewatinya tanpa sedikitpun melihat kearahnya.

Tunggu..

Ponselku. Aku berbalik kembali untuk mengambil ponselku yang sudah tak berbentuk itu. Dasar pria arogan. Dia berjalan melewatiku yang sedang membereskan ponselku.

Terpopuler

Comments

Ok

2023-03-11

0

Her Man

Her Man

yang sabar sasa.

2023-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!