Masih terekam jelas diingatan Al bagaimana kerepotan Arina dalam membesarkan dirinya.
Tiga tahun yang lalu ia mulai menjalani kehidupannya di kota ini, kota dimana ia lahir dan juga menjadi mimpi buruk bagi Al. Mendaftar di sekolah swasta ditemani oleh Arina, ikut Arina ke kampus hingga ke kantor dan banyak lagi.
Tidak jarang Al melihat bagaimana letih nya menjadi seorang Arina Althaf, perempuan muda yang digandrungi banyak pengusaha muda.
Tangis haru masih terjadi, besok Arina akan menjadi seorang istri. Al masih dalam pelukan Tante mamanya.
"Perasaan yang bungsu Arina deh, kok anaknya yang paling besar" ini bukan kali pertama celetukan itu terdengar.
Arina dan Al adalah sepasang ibu dan anak, begitu yang orang-orang tahu.
"Anaknya udah segede ini, nikahnya baru besok" ucap Reina.
"Kakak mah" Arina mencebik.
"Al, Gio udah tahu kan?" tanya Alfian.
Alfian tentu tahu segala hal yang menyangkut tentang adik-adik dan ponakan nya. Ia kini memegang peran pengganti ayah.
"Udah, om Tetta" jawab Al polos.
Jawaban itu tentu mengundang tawa yang lainnya.
"Kakek Gio kan juga teman kakek, jadi mesti diundang" kata Alfian.
✨✨✨
Kediaman keluarga Althaf begitu ramai. Alih-alih menggelar pesta di gedung, Arina malah memilih kediaman Althaf sebagai tempat akad dan resepsi nya. Kediaman ini memang tidak ditinggali oleh anak-anak Althaf, tapi tetap terurus dengan baik.
"Halo om, Tante" Al mencium punggung tangan kedua orang tua Gio.
Gadis berusia 12 tahun itu terlihat cantik dalam balutan baju bodo khas salah satu daerah.
"Cantiknya anak mama" mama Gio mencubit lembut pipi Al.
"Silahkan masuk pak" Alfian mempersilahkan para tamunya memasuki rumah, tempat diadakannya akad.
Tidak mudah bagi Alfian melepaskan adik bungsunya untuk menikah. Adrian Martadinata harus melakukan effort lebih untuk mendapatkan adiknya. Apalagi ada Al yang berdiri di sisi Arina, hal itu tentu sangat sulit di terima oleh sebagian pria dan keluarga nya.
"Kalau kamu bisa nerima Al, yah ayo nikah. Kalau nggak yah nggak apa-apa" kalimat itu yang selalu Arina lontarkan jika ada lelaki yang hendak melamarnya.
Al tentu harga mati bagi mereka semua. Meskipun mama Al melakukan kesalahan di masa lalu, bukan berarti Al akan melakukan hal yang sama. Al sama dengan anak-anak yang lain, ia berhak mendapatkan hal terbaik.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan adik saya yang bernama Arina Althaf dengan mahar sebuah rumah...." kalimat itu akhirnya terucap dari mulut Alfian, sudah tuntas tanggung jawabnya terhadap adik bungsunya.
Air mata mengalir dari beberapa pasang mata, apalagi dari orang-orang yang dekat dengan keturunan Althaf itu.
"Tante mama udah jadi milik om Adrian" goda Nirwana pada ponakannya, Al.
"Tante mami ihh " Al merengek lucu. Tapi tetap bersandar pada lengan Nirwana.
"Ikut sama tante Ibu aja, ayo" Reina mencoba peruntungan.
Al menggelengkan kepalanya.
"Sama tante mama aja" tolaknya.
Sudah beberapa tahun berlalu, tidak ada kabar dari mama maupun papa Al. Bahkan menanyakan kabar Al aja tidak pernah.
"Ayo, foto keluarga dulu" ajak Alfian pada adik-adiknya dan ponakannya.
Banyak keluarga dan kerabat yang berdatangan. Para teman-teman Althaf pun berdatangan untuk menyaksikan secara langsung hari besar dari pengusaha dermawan itu. Padahal kepergian Althaf sudah lama, tapi komunikasi masih terjalin baik dengan beberapa orang yang tulus berteman dengan Althaf di masa lampau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments