Sang merah putih berkibar di langit biru. Nyanyian lagu nasional, pidato dari Pembina upacara dan tata tertib upacara lainnya. Fiza sengaja berbaris di belakang Lema, dia sudah bersiap menjahili Lemba. Pada hitungan ketiga, Fiza menjatuhkan tubuhnya berpura-pura pingsan menarik rok Lemba hingga robek.
“Arggh.”
“Itu si Fiza pingsan, cepat bantu.”
“Fiza!”
Teriakan histeris membuat keributan, pemimpin barisan menyiap kan barisan kembali agar tenang setelah Fiza di angkat ke UKS. Wajah Lemba merah padam, untung hari ini dia memakai kaos putih dan cenala legging hitam. Robekan itu membuat lekukan tubuhnya terlihat oleh para siswa lain.
Dari kejauhan Kinan melihat Lemba yang seperti kepayahan menutupi tubuh belakangnya, dia berlari menghampiri mengambil jaketnya lalu membantu menutupi.
“Jangan panik, tetap berjalan” bisik Kinan.
......................
Kejadian tadi pagi terdengar oleh Dendra. Meski hari ini dia tidak masuk sekolah, tapi Dendra menugaskan Tomi teman sekelasnya untuk memantu melihat segala perkembangan di sekolah terutama keadaan Lembayung.
“Dendra, aku rasa kejadian ini seperti di sengaja.”
“Aku juga berpikir seperti itu. Terimakasih atas infomasinya.”
“Ya semoga kamu lekas sembuh.”
Peraturan dan tata tertib di sekolah adalah satu janji siswa. Tapi peraturan dapat di langgar para siswa yang diam-diam membawa ponsel hingga memainkannya di dalam kelas atau pada jam istirahat. Di atas atap sekolah Tomi menutup layar ponsel lalu menonaktifkannya kembali. Melihat Kinan datang dari arah pintu, dia menarik sedikit senyuman lalu pergi melewatinya.
“Aku melihat mu membawa ponsel, apa kau tidak takut kena razia Wakasek?”
“Tenang saja, aku menggunakannya untuk hal penting saja. Lagian tidak kah kau tau guru bahasa Indonesia tidak pernah melarang kami menggunakan telepon genggam di kelas. Di sela pelajaran akhir, terkadang kami menonton film Train to Busan.”
“Ahahah. Ya aku mendengarnya. Berbeda dengan Frau Turnip yang harus perfect di semua tugas dan disebut guru kejam.”
......................
Di dalam ruangan UKS, bu Berta memeriksa Fiza dua lagi dengan stetoskop dan mengambil thermometer yang dia selipkan.
“Semuanya normal, kamu belum sarapan ya?” tanya bu Berta.
“Heh, belum bu.”
“Amang tahe. Dasar anak jaman sekarang males menjaga kesehatannya sendiri. Sekarang habiskan roti ini, minum air hangatnya dan istirahat sejenak.”
“Terima kasih banyak bu Berta.”
Petugas UKS yang sudah berumur itu pergi meninggalkannya. Dia terpaksa harus mendapatkan omelan demi menutupi kebohongannya. Rara datang melihatnya duduk di atas kasur. Dia menggelengkan kepala lalu mencubit pipinya.
“Nakal banget kamu Za, bercandanya kelewatan batas.”
“Sakit! Biar itu jadi pelajaran si cewe cupu itu!” ucap Fiza.
“Untung akting kamu nggak ketauan!”
“Tenang aja, aku udah mempersiapkannya jauh hari. Ahahah.”
Candaan gelak tawa nyaring terdengar bu Berta saat dia masuk ke ruangan UKS kembali. Dia melipat kedua tangan melotot melihat keduanya.
“Aigo Yamang (Ya ampun) eh butet! Kau sudah sehat kan. Jangan ribut disini, cepat kalian kembali ke kelas!”
......................
Kegiatan ekstrakulikuler hari ini membuat Kinan tidak bisa mengantar Lemba pulang. Sebelum masuk ke dalam kelas karate, dia menunggu pak supir menjemput Lema di depan gerbang sekolah.
“Udah aku nggak apa-apa kok Nan. Tinggalin aja, nanti kamu ketinggalan kelas. Baju kamu juga belum di ganti” ucap Lemba.
“Kamu yakin? Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa lagi.”
Fiza dan Rara berjalan melewati mereka, wajah Fiza berpura-pura seperti orang sekarat memegang kepalanya di bantu Rara.
“Gimana keadaan mu Za? Maaf aku tadi tidak sempat menjenguk mu di UKS” ucap Lemba.
“Sudah baikan kok. Nan, aku hari ini numpang kamu pulang ya. Lemba, kamu nggak keberatan kan?”
“Nggak sama sekali. Tapi kamu pasti bosen nunggu Kinan Karate.”
“Nggak apa-apa kok.”
Kinan tidak menjawab atau menyetujuinya. Dia melirik Lemba, di balas anggukan Lemba dengan senyuman.
“Hati-hati ya kabari aku kalau kamu udah sampai rumah. Oh ya nanti sore aku jemput kamu menjenguk Dendra” ucap Kinan tanpa memperdulikan Rara dan Fiza.
“Ya___”
“Gaiis kami ikut dong!” ucap Fiza memotong pembicaraan.
“Loh, tapi kamu lagi sakit Za, gimana ceritanya ikut kami?” tanya Kinan curiga.
“Kamu kan tau Nan, si Fiza ini tipe orang kagak tegaan dengar orang lain sakit walau dia sendiri sedang sakit.”
Rara memberi pembelaan supaya kedok temannya itu tidak terbongkar. Dia menyenggol tangan Fiza memberi kode agar dia membenarkan perkataannya. Perempuan itu tampak terlalu ambisius untuk masuk mengganggu kehidupan Lembayung.
“Terserah kalian aja deh.”
......................
Rara dan Fiza menunggu Kinan di bawah pohon sambil bersandar pada bangku. Dia mengamati ketampanan pria itu sama dengan tampan Dendra yang sedang bermain basket. Dia membayangkan jika berada di tengah-tengah mereka menggantikan posisi Lemba si gadis cupu yang selalu mereka dekati.
“Apa sih kelebihann Lemba sehingga kedua lelaki tampan itu seperti prangko padanya?” gumam Fiza.
“Za, awas bola mata mu copot nggak kedip lihat si Kinan!” ucap Rara.
Fiza menopang pipinya dengan tangannya. Dia masih sibuk melihat semua gerakan yang tertuju pada si pria tampan. Berpikir bagaimana memisahkan Kinan atau Dendra dari Lembayung, dia juga masih mencari tau siapa pengirim surat misterius. Coklat yang di dapat tampak memadati lacinya.
“Berarti total ada tiga lelaki yang menyukai si Lemba. Lelaki ketiga ini membuat ku penasaran. Apa dia juga tampan seperti mereka?”
Tanpa terasa, Kinan sudah berdiri di sampingnya. Dia melambaikan tangan di depan wajah Fiza.
“Ayo pulang” ajak Kinan.
“Eheh, aku kebanyakan melamun. Kepala ku juga pusing sekali. Ra, kami duluan ya. Dah!” ucap Fiza sangat antusias.
Di dalam boncengan, Fiza melingkarkan tangannya di pinggang Kinan dan membenamkan wajahnya di punggungnya. Kinan tampak risih, dia bergerak sedikit lebih maju lalu melepaskan tangan Fiza .
“Nan, aku takut jatuh nih. Kepala ku pusing banget.”
Dengan berat hati Kinan membiarkan Fiza kembali memeluknya dari belakang. Dia melajukan kendaraan lebih pelan karena khawatir Fiza kaan terjatuh.
......................
“Kenapa manyun gitu?” tanya kak Husni.
“Nggak apa-apa kak. Oh iya, ibu mana?”
“Mmmhh katanya mau hidup mandiri. Kok pulang sekolah langsung tanya ibu?”
“Kakak jangan gitu dong. Aku kan jadi merasa bersalah”
“Ibu disini__”
Mereka makan siang bersama, hidangan hangat khusus selalu di masak Surat tanpa mengandalkan para pekerja. Dia sangat memperhatikan kesahatan anak-anaknya. Sayur lodeh, sambal ikan nila hijau dan semur cumi kesukaan Kinan mejeng di atas meja makan.
“Kalian berdua jangan sedikit makannya nanti ibu marah.”
“Husni tambah bu. Kalau dik Kinan sengaja diet setelah kita tinggal nanti harus bisa __”
“Sudah jangan mengganggu adik mu seperti itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
abdan syakura
Semangat Thor 🥰🥰👍💪
2023-03-20
0
Elisabeth Ratna Susanti
selalu mendukung karya keren ini👍
2023-03-02
0
Arafa 🌻
akuh kesel banget sama si fiza. manusia rubah
2023-02-21
0