“Ahahah_” Tawa senyuman berhias kembali di wajahnya.
Melihat Lembayung sudah mulai ceria, Deandra merogoh saku menyodorkan kotak kecil berpita putih untuknya. Melihat Dendra memberikan sesuatu pada Lemba, dia mengernyitkan dahi melihat apa isi di dalamnya.
“Kamu suka nggak?” tanya Dendra.
“Ehemm, jadi ceritanya aku nggak di kasih nih?”
“Khusus untuk sahabat kita yang paling imut dan manja. Lain kali kamu pasti aku belikan.”
“Dasar pilih kasih!”
Gelang itu di pasangkan oleh Dendra di pergelangan tangan Lemba. Kulit putih mulus senada indah pada gelang yang di kenakan.
“Terimakasih banyak” ucap Lemba.
Rombongan teman sekelas lainnya datang ke rumah Lemba. Mereka di persilahkan mbok Jum duduk di ruang tamu selagi di memanggil Lemba. Bi Tama sibuk di dapur mempersiapakan makanan dan minuman. Baru satu hari dia tidak hadir, tapi Arla sudah mengajak teman sekelasnya untuk menjenguk.
Satu keranjang buah-buahan untuk Lembayung. Di sela gelak tawa mereka, Fiza memperhatikan Kinan dan Deandra sangat perhatian dengannya. Di depan semua teman sekelas, Fiza memberikan sebuah surat dan Coklat yang dia temukan di lacinya.
“Lemba, ini ada surat dan coklat untuk mu.”
“Wah, wah, gossip hangat nih. Coba buka, aku mau tau isinya” kata Parhan yang melihatnya.
“Roman-romannya surat cinta. Sini biar aku aja yang bacakan” ucap Rara.
“Teman-teman cukup. Kalian jangan buat Lembayung malu!” Arla membela.
Wajah gusar Dendra, untung saja dia tidak menulis namanya sendiri di dalam surat itu. Melihat senyum tipis dari wajah Lemba. Tidak ada satupun teman-temannya yang berani membuka. Mereka hanya mengganggu temannya lalu melanjutkan canda tawa.
“Padahal aku sengaja memperlihatkan pada semua orang, tapi mereka malah lebih bersimpati padanya!” gumam Fiza meliriknya.
Lema memesan puluhan kotak pizza, dia juga meminta Bi Tama membuatkan jus untuk semua teman-temannya yang hadir. Rumah besar yang biasa sepi itu kini berubah ramai, para teman-temannya bebas berjelajah di dalamnya. Tidak dengan pintu-pintu kamar yang terkunci atau tanpa ijin mengambil suatu benda.
Di halaman belakang terdapat taman bunga yang indah. Ada labirin kecil, kolam renang dan dua ayunan yang menggantung pada pohon besar. Para teman-teman Lembayung sangat puas bermain disana.
“Seharusnya kita menjenguk orang sakit, bukan menambah beban orang sakit” bisik Arla.
“Sudah lah, Lemba saja tidak merasa keberatan” jawab Rara meneruskan langkah bermain ayunan.
Karpet plastik berukuran besar di bentang dekat taman bunga. Lemba duduk di antara Dendra dan Kinan. Mata gadis itu masih Nampak bengkak. Keduanya memperatikan Lemba sedang merangkai bunga mawar yang baru mereka petik di taman.
“Orang tua kamu kemana Lem?” tanya Fiza duduk di sebelah Kinan.
“Ayah dan ibu sedang sibuk di kantor.”
“Oh, jadi kalau kamu takut tidur malam gimana?”
“Ada si mbok yang menemani ku, oh iya bantu aku merangkai bunga ini yuk.”
“Boleh juga tuh, tapi lebih baik kita bagi tugas deh, aku dan kinan yang merangkai bunga terus kamu sama Dendra metik bunga lainnya.”
“Nggak boleh, Lembayung lagi sakit. Dia nggak boleh banyak mengeluarkan tenaga” kata Kinan menahan tangannya untuk tetap duduk di dekatnya.
......................
“Terimakasih banyak ya Lembayung. Semoga kamu cepat sembuh.”
Para teman-temannya berpamitan pulang. Dendra dan Kinan masih betah berlama-lama duduk di dekat Lembanyung yang sedang memindahkan buku catatan di ruang perpustakaan di rumahnya. Si mbok membawakan tiga gelas teh hangat. Dia juga menyodorkan telepon genggam yang sedari tadi panggilan ibunya yang tidak di angkat.
“Non, nyonya besar mau ngomong” ucap si mbok.
Lemba menerima telpon berjalan menjauh dari mereka. Dia menjawab dengan nada sedikit berbisik. Sebentar saja dia menerima panggilan dari ibunya lalu memberikan telpon ke tangan si mbok. Wajahnya kembali murung, Dendra dan Kinan memperhatikan di balik buku yang masing-masing mereka pegang.
Kring_
“Halo Ma.”
“Halo Dendra, kamu lagi dimana? Jemput tante Ika sekarang di bandara.”
“Ini lagi menjenguk Lembayung. Ya Ma, sekarang juga Dendra kesana.”
“Ya cepat ya, kamu hati-hati di jalan. Salam buat Lembayung.”
Dendra meminta ijin berpamitan pulang. Kinan dan Lembayung berdiri mengantarnya sampai depan pintu. Di pandangan Dendra sangat berat melepaskan keduanya bersama. Untuk mengisi waktu luang, Kinan duduk bermain gitar di kursi dekat labirin. Dia sesekali melirik Lemba yang sibuk membaca buku.
Oh baby, I'll take you to the sky
Forever you and I (You and I) (You and I)
and we'll be together till we die
Our love will last forever and forever, you'll be mine
You'll be mine
Oh…
Lembayung senyum mendengar nyayian Kinan. Dia menutup buku sambil tersenyum bertepuk tangan.
“Nan lagu ini bagus buat nyatakan cinta kamu ke wanita yang kamu suka. Latihan main gitar dan suara di rumah ku jadi harus lebih bersemangat lagi dong.”
“Apaan sih kamu, ini Cuma nyanyi doang. Nggak ada wanita lain yang sedang dekat dengan ku.”
“Pokoknya suatu saat siapapun yang coba deketin sahabat ku, dia harus setia dan jangan buat kedua sahabat ku sakit hati.”
Rumah kinan jaraknya yang tidak jauh dari rumah Lembayung sehingga mereka sudah seperti kakak beradik yang menghabiskan waktu berdua dengan kegiatan mereka sendiri-sendiri. Kedua orang tua mereka sudah saling mengenal, bahkan bu Suratmi sudah menganggap Lembayung seperti anak sendiri.
“Dik Kinan, ayah mengajak kita mincing. Ayo pulang” ucap Husni berdiri sambil memegang alat pancing di tangannya.
“Lembayung mau ikut mancing juga?” tambah Husni mengganggunya.
“Nggak deh kak Husni, ntar kalau ibu tiba-tiba pulang bisa berabe. Apalagi mancing di malam hari. Ihihihh.”
“Lembayung aku pamit ya. Kalau ada apa-apa kabari aku. Jangan lupa sebentar lagi waktunya kamu minum obat.”
“Ya bawel” jawab Lembayung singkat.
“Kalau kamu suka nyatain aja jangan di pendam” bisik Husni.
"Dahhh dik Lemba" lambaian tangan Husni di balas olehnya.
Kinan hanya tersenyum tersipu malu, dia menyamakan jalan Husni lalu menoleh ke arah Lembayung. Baginya persahabatan adalah nilai yang paling berharga di bandingkan cinta yang bisa menimbulkan jarak atau kebencian di keduanya. Persahabatan akan selalu kekal sedangkan cinta, dia tidak mau bertanya bagaimana isi hati Lembayung sebenarnya.
Suara klakson mobil bu Sora dan pak Abas. Mereka turun di mobil yang terpisah. Sesampai di rumah, keduanya membuka layar laptop dan tumpukan lembar pekerjaan. Lembayung memperhatikan dari atas loteng. Dia menghela nafas menunggu salah satu dari mereka menanyakan kabarnya.
“Mana Lembayung mbok?”
“Ada di kamarnya nyonya. Nona Lembayung hari ini tidak sekolah, badannya panas sekali. SI mbok sudah memanggil dokter dan sudah agak baikan.”
Mendengar perkataan si mbok, dia pun segera berlari menuju kamar Lembayung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
langsung favorit dong. ❤️👍
2023-03-01
0
Hanum Anindya
lanjutkan kak, semangat buat lembayung
2023-02-20
0
Hanum Anindya
sebel ounyanteman sebangku tapi nusuk dari belakang lebih baik nggak punya teman dari lada meruhikan.orang lain. kasihan lembayung. tapi kalau ngomongin soal nama bagus juga tuh nama Lembayung😊. Arsy Lembayung, bagus tuh kak buat anak cewek 😂😂😂🏃🏃🏃
2023-02-20
0