Pelajaran olahraga berlangsung dengan sorakan para siswi yang menonton. Mereka memanfaatkan waktu free les melihat permainan bola basket di ruangan olahraga.Sorakan yang tertuju pada Dendra, sosok pria maskulin berkepribadian cuek itu membuat para wanita semakin penasaran untuk mendekatinya.
Di sela waktu istirahat, Dendra di dekati oleh Fiza yang membawakan sebotol air untuknya. Semula dia ingin menolak, tapi mengingat fiza adalah teman sebangku Lembayung yang dekat dengannya maka dia menerima air itu sambil tersenyum.
“Terimakasih ya.”
“Ini tisunya Denra, ucap Nurdin.
“Nggak usah Din terimakasih” tolak Dendra lalu melanjutkan bermain basket.
“Yah, kok punya ku di tolak tapi punya mu di terima sih Za?”
“Sampai disini kamu harus tau kalau Dendra lebih menyukai ku!” jawab fiza penuh kebanggaan.
Tiba-tiba, Dendra merasa kepalanya sangat pusing. Dia menghentikan permainan, meminta ijin pada pak guru utuk ke ruang UKS. Fiza mengikutinya, dia melihat Denra masuk ke ruangan itu lalu berlari mencari obat untuknya. Seharian ini dia manfaatkan bersama Dendra. Hingga bunyi bel istirahat kedua, Dendra memaksa Fiza masuk ke dalam kelasnya.
Dia meminta ijin untuk pulang. Sebelumnya dia menemui Kinan agar mengantarkan Lembayung pulang sekolah nanti. Wajahnya tampak pucat, Kinan memperhatikan keringat mengalir deras di dahinya.
“Kamu nggak apa-apa kan Dra? Apa perlu sekarang aku saja yang mengantar mu pulang?”
“Nggak apa-apa. Tolong jaga Lembayung ya.”
Kinan mempercepat langkah berlari menemui Lembayung yang masih piket kelas. Dia memegang sapu lalu mengangkat kursi ke atas meja. Dengan sigap Kinan membantunya. Fiza melengos melihat Kinan secara sukarela ikut piket yang bukan di kelasnya itu membuat dia melirik tajam di keduanya.
“Pinter banget si Lemba itu cari perhatian!” gumamnya.
“Wah, wah ada uluran tangan gratis. Aku jadi terbantu nih!” ucap Parhan sambil mengajaknya bersenda gurau.
Saling menimpuk tampak Kinan menyudahi dengan meraih tas Lembayung ke pundaknya. Dia menarik tangannya kemudian berpamitan dengan yang lain.
“Hati-hati bro!” ucap Parhan.
......................
Sepanjang perjalanan, Kinan memperhatikan wajah Lembayung dari kaca spion. Dia menepikan sepeda motor menuju ke penjual ice cream. Dua contong es rasa strawberry dan coklat di sodorkan ke Lemba. Dia memilih es Strawberry.
“Terimakasih.”
Duduk di bawah pohon di tepi jalan, menghitung orang yang melintas hingga tanpa sadar coklat menempel di pipi Kinan. Lemba tertawa terbahak-bahak. Di sisa ujung es krim miliknya, dia meletakkan air es di pipi Kinan dengan jari telunjuknya.
“Lemba! Jangan mulai deh!” ucap Kinan.
“Ahahah, kamu lucu banget deh kalau gitu.
Sebentar, kalau di kasih coklat di bagian tengah hidung lebih keren!”
Gelak tawa berakhir karena hari semakin sore, Kinan mengusap wajahnya yang di penuhi dengan es krim dengan tangannya sendiri. Melihat wajah Kinan semakin kotor, Lemba mengeluarkan sapu tangannya lalu membersihkannya. Darah Kinan berdesir, jantung berdegup kencang. Dia menutup mata membiarkan Lemba masih sibuk menepuk wajahnya.
“Sudah selesai” ucap Lemba.
Kinan menghidupkan mesin mengantarkan Lemba pulang. Sesampai di depan halaman rumah. Kinan melihat mobil orang tuanya terparkir di depan rumah Lemba. Dia ikut masuk ke dalam melihat ibunya sedang berbincang-bincang dengan bu Sora.
“Ngapain ibu kesini?” gumam Kinan.
“Tumben ibu jam segini udah pulang” batin Lemba.
Keduanya berdiri di depan pintu di sambut senyuman. Mereka di suruh duduk di salah satu sofa yang kosong. Kinan meminta ijin meletakkan tas sejenak ke dalam mobil, dia melirik Lemba yang terlihat seperti orang kebingungan.
“Lem, ikut aku yuk” ajak Kinan.
“Nan, si Lemba mau di bawa kemana?” sindir bu Suratmi.
“Nggak bu, kinan mau di tanam bareng Lemba."
Bu Suratmi dan Sora tanpa henti mengganggu keduanya. Hingga pembicaraan serius terlontar dari bibir Suratmi. Kekhawatirannya meninggalkan tanah air dan anak laki-lakinya yang paling kecil. Dia memberitahu kedekatan kedua anak mereka. Memahami mereka berdua juga bersahabat, sehingga Lemba dan Kinan kemungkinan saling beranggapan seperti saudara kandung sendiri.
“Bu Sora, di pikiran ku ini kalau anak ku Kinan menganggap Lemba adalah sosok wanita yang paling dia sayangi. Terlebih lagi dia sudah berani datang ke kantor polisi mengadukan kasus yang menimpa Lemba. Kemungkinan karena kejadian ini juga, anak ku itu memutuskan menetap tidak mau ikut ke luar negeri.”
“Apa kata mu tadi bu? Kasus apa?” tanya Sora sambil meneguk teh.”
Suratmi menceritakan hal buruk yang hamir menimpa anak gadisnya itu. Sora sangat terkejut, dia menjatuhkan gelas dari tangannya. Kejadian sebesar ini tidak dia ketahui bahkan Lemba terlihat seperti biasa saja. Sora menyalahkan dirinya, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya saja.
“Sora, apakah aku salah bicara? Maafkan aku.”
“Tidak Rat, aku adalah seorang ibu yang tidak memperdulikan anaknya. Hikss.”
“Tidak baik menyalahkan diri sendiri. Setiap keluarga memiliki masalah masing-masing.”
...🍁...
Di taman, bunga-bunga indah nan segar melambai tertiup angin. Pancaran cahaya senja mereka bercorak jingga kemerah-merahan. Kinan melihat wajah sendu Lembayung. Dia memetik setangkai mawar lalu memberikan padanya.
“Untuk sahabatku yang cengeng dan bawel” ucap Kinan.
“Huhhh kau tidak berhenti mengganggu ku.”
Mbok Jum membawa dua gelas jus Alpokat segar. Kinan dan Lema mengucapkan terimakasih. Laki-laki yang menjunjung tinggi sikap sopan santun itu meraih gelas dari tangan si mbok lalu mengatakan akan menempatkan sisa gelas yang kotor nanti sendiri ke dapur.
“Sama-sama nak Kinan” senyum si mbok.
Gitar yang sengaja di tinggal Kinan di halaman belakang khusus di pakai saat dia berkunjung. Sore hari mendengar suara gitarnya, Lemba menikmati bunga-bunga kesukaan dan melihat berbagai macam warna kupu-kupu yang berterbangan di taman.
...🍁🍁🍁...
Hingga hari menua semoga kita tetap bersama
Hingga senja pergi aku kan selalu menemani
Cahaya surya tetap kita tunggu
Kebahagiaan pasti kan di raih
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Bu Surat dan Kinan berpamitan pulang. Mereka melambaikan tangan dan mengatakan menunggu balasan rantang makanan kembali buatan sahabatnya itu. Setelah kepergian mereka, Sora menemui Lemba di kamarnya. Dia bertanya mengapa anaknya itu menutupi hal yang tidak bisa di anggap sepele itu.
“Memangnya kalau aku kasih tau ibu. Ibu mau pulang di hari itu? Aku teriak panggil ayah dan ibu , apa langsung hadir? Nomor telepon ayah dan ibu tidak aktif bahkan sampai malam hari. Hanya Kinan yang menyelamatkan ku.”
Lemba menangis beranjak menjauh dari posisi duduknya. Dia sangat tidak menyukai kehidupannya di maka kini yang penuh dengan kesendirian.
“Tapi Lemba, kamu harus tetap menceritakan pada ibu sendiri nak.”
“Hiks. Ya semua salah Lemba. Maaf ya bu!”
Dia menangis berlari meninggalkan kamar. Hubungan antara ibu dan anaknya itu semakin renggang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2023-03-02
0
Hanum Anindya
seorang anak remaja kalau bisa sih lebih dekat dengan orang tuanya, apalagi anak perempuan wajib akrab sama ayahnya, kerena mereka mudah mencintai kalau ada yang perhatian pada dirinya. semangat kak, mengingatkan masa putih abu abu. lanjutkan
2023-02-20
0