Bab 2: Kehangatan Mama

Namaku Felice. Aku sekarang berusia tujuh tahun, namun faktanya usia mentalku jauh lebih dewasa dari yang ditunjukkan penampilanku. Jiwa di tubuh kecil ini adalah jiwa orang dewasa yang telah melalui berbagai cobaan dan penderitaan karena aku ini sebenarnya adalah jiwa yang berasal dari masa depan.

Aku memiliki seorang adik perempuan seusiaku yang sangat imut dan sangat kucintai, namanya adalah Feline dan sekarang sedang berlarian di tengah hamparan bunga mengejar seekor kupu-kupu biru yang mungil. Wanita cantik dan pria berjas di sampingku adalah ayah dan ibu kami.

Huh...

Untuk kesekian kalinya Felice menghela nafas secara mental. Sudah ada dua minggu semenjak kelahiran kembalinya di masa ini dan dalam dua minggu ini semua yang dia lihat dan alami agak berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Contohnya seperti hubungan kedua orang tuanya sekarang. Ibunya menyiapkan makan siang mereka dan ayahnya dengan senang hati membantu di sisi ibunya tanpa diminta. Pasangan ini terlihat sama harmonisnya seperti pasangan pada umumnya yang jelas berbeda dari kesan yang selalu melekat erat di benaknya. Seharusnya tidak seperti ini, jelas-jelas hubungan kedua orang tuanya sudah berada di titik keretakan hingga bahkan kasih sayang sederhana pun mereka palsukan.

"Felice ayo panggil adikmu untuk makan siang," ujar ibunya dengan lembut.

Felice mengangguk dengan patuh sebelum berlari ke sisi Feline. Melihat punggung putri sulungnya, senyuman sang ibu perlahan memudar dan sekilas keraguan terlihat di wajahnya. 

"Ada apa?" tanya sang ayah ketika menyadari perubahan suasana hati istrinya.

"Semenjak kita pulang ke rumah dua minggu lalu, entah mengapa aku selalu merasa kalau putri sulung kita agak berbeda dari biasanya. Rasanya dia lebih sering termenung sendiri dan sepertinya juga agak sedih," jawab sang ibu.

Pria itu terdiam sejenak sebelum ikut mengamati Felice dan berkata, "Aku juga merasa janggal. Sebelumnya Feline pernah mengatakan padaku kalau Felice menangis di pelukannya sebelum kita pulang saat itu."

"Mengapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?" tanya sang ibu dengan seutas kecemasan dan ketidaksenangan pada suaminya.

"Awalnya kupikir ini bukan masalah besar dan aku tidak ingin menambah beban pikiranmu, tapi tampaknya keputusanku salah. Mungkin kamu harus meluangkan waktu untuk berbicara dengan Felice secara pribadi," balas sang ayah dengan pelan saat melihat kedua putrinya mendekati mereka.

......................

Seorang gadis kecil sedang berbaring di kasur lembut dan tertidur nyenyak, namun tidak lama kemudian kedamaian itu pecah saat keringat dingin mulai terbentuk di dahi sang anak. Keningnya berkerut dalam dan bibirnya ikut bergetar seakan sedang terjebak dalam sebuah teror yang mendebarkan. Tak lama kemudian gadis kecil itu membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya dengan kilatan ngeri yang tak ketara.

Felice menghela nafas berat setelah mengenali langit-langit kamarnya sendiri. Dia menggosok keningnya sebelum menutup matanya dengan kedua tangannya.

Ternyata hanya mimpi...

Kenangan di masa lalu kembali menghantui Felice. Dia memimpikan kematian Feline yang menjadi awal dari kegelapan dalam hidupnya. Dia memimpikan bagaimana kehidupannya di Amerika, bagaimana dia kembali ke Indonesia dan memulai rencana balas dendamnya. Dan dia juga memimpikan orang itu...

Entah bagaimana keadaannya di dunia itu. Semoga dia menemukan solusi untuk kesehatannya...

Felice tersenyum miris mengingat pemuda yang usianya hanya terpaut 4 tahun dari dirinya. Sosok yang masih begitu muda, namun telah mampu mengambil peran sebagai seorang guru baginya. Dia tidak mengharapkan orang itu untuk mengingatnya setelah dia memutuskan untuk meninggalkan segalanya demi balas dendam. Mungkin orang itu juga telah menemukan pengganti dirinya, tapi Felice masih enggan. Dia tidak tahu apakah penggantinya mampu melakukan semuanya sebaik dirinya, dia tidak tahu apakah penggantinya itu bisa setia pada orang itu sama seperti dirinya.

Dan yang terpenting, Felice selalu berharap gurunya bisa kembali menjalani kehidupan seperti orang normal. Mengingat pemuda yang sakit-sakitan itu membuat hatinya merasa tidak nyaman seperti sesuatu tersangkut di dalamnya.

Tok tok tok

Ketukan pintu mengalihkan perhatian Felice. Dia turun dari kasurnya dan pergi membuka pintu untuk pengunjung di depan.

"Mama"

Wanita yang dipanggil 'mama' oleh Felice tersenyum lembut sambil memasuki kamar anaknya. Felice menutup pintu sebelum kembali ke kasurnya tempat ibunya duduk. Dia menatap ibunya dengan tanda tanya samar sambil menunggu ibunya menjelaskan alasan kunjungan di pagi buta ini.

Sang ibu mengambil kedua tangan mungil putrinya di telapak tangannya dan dengan lembut bertanya, "Mimpi buruk?"

Felice terdiam. Mungkin wajahnya saat ini masih pucat atau mungkin karena keringat di tubuhnya yang membuat ibunya sampai pada kesimpulan ini. Diamnya Felice menegaskan tebakan ibunya. Wanita itu menarik putrinya yang berusia 7 tahun itu ke pangkuannya dan membelai sayang rambut berantakan putrinya.

"Mau cerita sama Mama soal mimpi buruk kakak pintar kita?"

Felice masih diam. Ceritakan soal masa lalu kelamnya? Mana mungkin...

Kalau di hari-hari biasanya, Felice pasti akan memikirkan cara untuk merangkai kebohongan kecil yang senyata mungkin untuk menyembunyikan rahasianya. Tidak sulit untuk mengelabui orang lain setelah semua pelatihan yang diterimanya, bahkan kalau pun itu adalah ibunya yang merupakan seorang psikiater. Tapi sekarang dia benar-benar tidak mood untuk memikirkan pendapat orang lain, terserah bagaimana ibunya akan menebak.

Wanita itu menunggu selama beberapa menit diam, setelah memastikan kalau Felice tidak berniat membuka hatinya wanita itu tidak marah. Dia memeluk putrinya dan tersenyum, "Mama tidak tahu mimpi buruk apa yang menghantuimu, tapi Mama tahu kalau putri Mama sedang terganggu akan sesuatu selama dua minggu ini. Kalau Felice tidak mau cerita tidak masalah, Mama cuma mau bilang kalau kita sebagai manusia tidak bisa mengatur apa yang terjadi di masa lalu dan apa yang akan terjadi di masa depan. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha untuk mengatasi atau mungkin memperbaiki masalah kita. Jadi Sayang, kalau ada sesuatu yang tidak bisa kamu selesaikan sendirian kamu bebas mencari Papa dan Mama kapanpun. Papa sama Mama akan selalu siap menjadi pendengar yang baik untuk kamu dan Feline."

Felice membalas pelukan ibunya. Hangat... Setidaknya sekarang tidak terlalu dingin seperti sebelumnya. Selama dua minggu observasi, dia bisa melihat perbedaan hubungan kedua orang tuanya dengan ingatan kehidupan sebelumnya. Tidak ada keretakan dalam hubungan orang tuanya di tahun ini dan keluarga mereka masih sama tanpa tanda-tanda keterasingan.

Ibunya benar, semua yang terjadi di masa lalu tidak bisa diubah. Semua kenangan buruk itu tetap akan merekat di pikirannya, tapi itu adalah masa lalu. Di dunia ini semuanya masih belum terjadi. Dia memiliki kesempatan untuk memicu akhirnya cerita yang lebih baik.

Felice memejamkan matanya dan tersenyum tipis. Mungkin dia seharusnya melepaskan masa lalu dan hanya fokus pada apa yang dimilikinya sekarang.

Semuanya telah menjadi masa lalu. Aku juga seharusnya mulai move on...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!