Teguran Pelanggan?

Hari berganti hari, keberangkatan Leora semakin dekat pada waktunya. Jalanan siang itu seperti biasanya, begitu ramai juga riuh dengan bunyi mesin kendaraan. Teriknya matahari yang menyilaukan mata tak serta meredupkan semangat para pejuang rupiah.

Sama halnya dengan Leora dan Nana, juga para karyawannya. Semua sibuk di sudut masing-masing. Memindahkan dan menata barang, memeriksa catatan, melayani pelanggan juga meracik menu. Lelah sudah pasti, tapi bahagia lebih mendominasi.

Letak tempat usaha yang strategis dan saling terkoneksi membuat lapak mereka selalu ramai pengunjung. Tempat itu dikelilingi tempat umum seperti rumah sakit, gedung pemerintahan, sekolah, kantor polisi, SPBU, hotel dan bank.

Sesaat Leora takjub dengan pemikiran papanya yang memilih membangun rumah di lokasi ini. Bahkan tempatnya yang sangat luas, mengusik pemikiran Leora membangun tempat untuk usaha juga, daripada harus mencari lokasi lain yang jauh dari rumah.

Sebenarnya sudah sejak masih kuliah Leora memikirkan untuk melebarkan usaha kios mamanya di Malang menjadi minimarket, juga usaha es kacang racikan sang mama yang sangat laris manis karena rasanya yang legenda. Yang mulanya hanya dijual di kios bersama sembako dibuat terpisah menjadi sebuah kedai es.

Lalu, usaha butik bermula dari ketertarikan Leora saat masa covid-19 merebak, ia memutuskan berjualan online untuk membantu menambah uang sakunya. Dahulu, Leora masih fokus pada koleksi pakaian wanita saja, namun kini, Leora juga telah menyediakan koleksi pakaian, sepatu, dan tas untuk wanita, pria juga anak-anak.

Pembangunan tempat usaha dilakukan pertama di Malang, setelahnya baru dilanjutkan di Surabaya. Karena sejak awal, bangunan kios sudah berdiri, maka hanya perlu direnovasi untuk perluasan. Sementara, bangunan untuk kedai dan butik dilakukan dari tahap awal di lokasi yang sama juga mengingat lahan rumah keluarga Leora di Malang pun sangat luas, bahkan sedikit lebih luas dari rumah di Surabaya.

Modal usaha awal yang Leora gunakan ia dapatkan dari tabungan gajinya selama bekerja di salah satu minimarket terkenal di kota Surabaya, selama kurang lebih 3 tahun. Di tambah, modal pemberian dari papah dan mamahnya, kedua abangnya, juga kedua sahabatnya, Nana dan Yaffa, yang tak lain adalah partner bisnisnya.

Ke depannya sebisa mungkin, Leora berharap, bersama Nana dan Yaffa beserta tim kerjanya akan terus mengembangkan usaha mereka agar dapat menyediakan produk yang lengkap sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Dan, kiranya suatu saat bisa membuka lebih banyak cabang usaha lagi.

Sekalipun berperan sebagai pemilik usaha, Leora dan Nana juga sering terlibat langsung dalam keseharian toko mereka. Seperti saat ini di kedai, Leora terlihat sibuk meracik menu pesanan es kacang varian kopi, permintaan salah satu pelanggannya. Sementara, di gedung sebelah, tepatnya di minimarket, Nana tengah giat menghitung total belanjaan pelanggan di meja kasir.

Selesai meracik pesanan pelanggannya, Leora menyerahkannya pada karyawan yang bertugas sebagai waiters untuk mengantar ke meja yang memesan. Leora melirik sekilas jam di pergelangannya. Sebentar lagi ia harus mengikuti pertemuan virtual bersama penerima beasiswa lainnya dengan pihak pemberi beasiswa dalam rangka penyampaian informasi akhir kepada calon penerima beasiswa sebelum keberangkatan mereka.

Leora mengamati suasana kedai yang cukup ramai. Terdengar sesekali helaan nafas panjangnya. Tak lama kemudian, waiters tadi yang bernama, Ana datang di depan Leora dengan wajah sedikit lelah.

"Mbak, meja 10 tadi pesan lagi, es kacang varian kopi sama roti panggang cokelat toping keju".

"Oke, An, kamu tunggu bentar aku siapin, ya"

"Mbak..."

Leora yang sudah mulai sibuk menyiapkan pesanan hanya membalas seruan Ana dengan kata 'hm'.

"Mbak, tolong sekalian anterin, ya, aku mau ke toilet, udah gak tahan", ucap Ana dengan wajah memelasnya. Tubuhnya yang sedang menahan pipis tergerak-gerak bak cacing kepanasan.

Melihat ekspresi Ana yang lucu bagi Leora membuatnya tertawa, kemudian mengiyakan permintaan Ana dengan anggukan sekaligus gerakan mengusir.

"Meja 10 mbak...", kata Ana mengingatkan sebelum bergegas ke toilet bagaikan gasing yang dibalas Leora dengan jemari membentuk huruf O.

Beberapa menit setelah pesanan siap, Leora mengedarkan pandangannya sejenak ke arah meja 10, sebelum bergegas mengantar. Tampak dua orang pria yang tampangnya seusia dirinya tengah mengobrol santai sambil sesekali saling melempar tawa. Salah satunya mengenakan kacamata yang Leora yakini adalah kacamata minus. Leora kembali menghela nafas panjang.

Leora berjalan perlahan mendekati meja 10 membawa nampan berisi pesanan tadi. Semakin dekat, percakapan kedua pria itu pun terdengar samar di telinga Leora.

"Tega banget kamu, lanjut spesialis diem-diem. Udah mepet mau berangkat baru tau akunya. Merasa gak dianggap sahabat tau gak", ujar pria tak berkacamata.

"Sorry, gak maksud gitu, gak nyangka juga bakal lolos beasiswa", jawab pria berkacamata.

"Heleh, alasan aja kamu, Gav. Kamu sengaja mau menghindari Elma, kan?"

"Gak nyambung kamu. Gak ada sangkut paut sama dia"

Pria tak berkacamata itu mencebik. "Jadi kapan berangkatnya calon mas dokter spesialis?"

"Tiga hari lagi"

Obrolan mereka terjeda saat Leora muncul membawa pesanan. Leora langsung menata pesanan itu di meja.

"Ini pesanannya, es kacang hijau varian kopi dan roti panggang cokelat topping keju", ujar Leora pada pelanggannya itu.

"Okey, makasih", balas pria tak berkacamata itu dengan senyuman ramah.

"Sama-sama", jawab Leora, tersenyum lalu menunduk sedikit kepada kedua pria itu sebagai isyarat untuk undur diri.

Dengan berjalan cepat, Leora kembali ke meja saji lalu melepas apronnya. Ia harus bergegas ke ruang kerjanya untuk mengikuti pertemuan virtual.

Sementara, di meja 10, pria berkacamata itu melirik jam tangannya sesaat lalu beranjak dari duduknya, menimbulkan raut wajah bingung dari sahabatnya, pria tak berkacamata yang tengah asik menyantap makanan ringannya.

"Aku duluan, ya, Kend. Ada pertemuan virtual dengan pihak pemberi beasiswa"

"Oh, yaudah, hati-hati, Gav"

Pria berkacamata itu hanya mengangguk kemudian menuju ke meja kasir hendak membayar.

Sambil memperhatikan jam di layar ponselnya, dengan cekatan Leora mengatur beberapa menu ke dalam etalase. Masih 15 menit lagi menuju jadwal pertemuan. Namun, gerakan gesitnya terhenti tatkala terdengar bunyi bel dari meja kasir.

Leora sangat terkejut. Bukan karena bunyi bel tersebut, melainkan karena fakta bahwa meja kasir tak dijaga oleh karyawan yang bertugas. Amarah Leora sedikit tersulut.

Ya, astaga, si Bela kemana, sih. Leora membatin.

Dengan terpaksa, Leora meraih ponselnya menuju meja kasir, diliriknya lagi jam digital itu. Leora mengucap maaf kepada pelanggan itu. Tapi, akibat rasa kesal sedang menyusup hatinya, juga sedang diburu waktu, Leora melayani dengan cepat tanpa sedikitpun menatap lawan bicaranya itu.

"Meja 10, untuk dua orang", ucap pria itu menjawab pertanyaan Leora.

Leora langsung mengecek catatan pesanan, mengkalkulasi total harga lalu menyebutkan nominal yang harus dibayar dengan jelas.

Pria itu menyerahkan selembar uang pecahan seratus ribu kepada Leora. Secepat kilat, Leora mengambil uang itu lalu menyerahkan kembaliannya beserta permohonan maaf atas pelayanan yang tidak nyaman sekaligus ucapan terima kasih, masih dengan kepala yang tertunduk.

Meski sedikit bingung dengan wanita di hadapannya yang sedari tadi tak sedikitpun menatap bahkan meliriknya, pria itu hanya membiarkannya saja.

Dalam hati Leora merutuki dirinya yang untuk pertama kalinya berlaku sangat tidak sopan kepada pelanggan. Leora sungguh tak enak hati. Kendati demikian, pikiran Leora yang kala itu seperti terbagi-bagi membuatnya tak fokus. Leora berharap permintaan maaf berulang kalinya tadi dapat mewakili rasa bersalahnya.

Tapi, sebuah suara yang kembali tertangkap di pendengarannya, kembali membuat Leora tercengang dengan hatinya menciut.

"Lain kali, kalo bicara dengan seseorang, ditatap lawan bicaranya, ya".

Santun tapi menusuk. Pertama kali, Leora ditegur oleh pelanggannya. Sungguh memalukan dan memilukan. Leora mendongakkan kepalanya kemudian, namun hanya punggung lebar pria itu yang terpotret dalam penglihatannya. Leora kembali merutuki dirinya, sebelum bergegas ke ruang kerjanya dengan berlari.

Bersambung...

*************

✨Mohon dukungannya untuk karya pertama ini. Semoga suka sama cerita khayalanku, wkwkw.

Ringankanlah tangan readers untuk memberikan like, subscribe, hadiah, vote dan ramaikan dengan komen tentunya.

Terima kasihhh!!✨

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!