Garis Takdir
Mentari semakin naik ke peraduan, menyelubungi langit biru dengan cahayanya yang menyilaukan netra dan teriknya yang menusuk kulit.
Seorang wanita berjalan mondar-mandir di depan meja kerjanya. Di atasnya terdapat sebuah laptop yang menyala. Entah perasaan apa yang saat ini ia rasakan, raut wajahnya yang berubah-ubah tak mampu tertebak.
"Meski gagal, setidaknya aku sudah mencoba. Aku juga tidak mempermasalahkannya, aku tidak benar-benar ingin lanjut. Jadi diriku yang sekarang saja sudah sangat bersyukur dan cukup, bagiku".
Begitu cecar wanita itu dalam hati.
Setelah ripuh dengan segala angannya, wanita itu menarik kursi di bawah meja dan mendudukkan bokongnya. Satu tangannya ia dekatkan ke arah keyboard. Jari telunjuknya terangkat lebih tinggi, bersiap ingin bergesekan dengan tombol enter.
Tegg!!
Suara singkat itu menandakan gesekan antara jemari dan tombol enter telah terjadi dengan sempurna.
Leora tergugu di depan laptopnya yang menyala. Suhu ruang kerjanya terasa sejuk karena pendingin, namun tak kuasa mengekang peluh kegelisahan yang mengucur dari pelipisnya.
Dadanya bergejolak hebat. Kakinya yang bertumpu di bawah meja bergoyang cepat menimbulkan getaran seperti gempa.
Di saat semua peserta yang lolos bersorak bahkan menangis bahagia, wanita itu justru tampak gelisah. Helaan nafas berat yang menguar dari mulutnya menyiratkan pikiran yang tertekan.
Tidak. Leora tidak ingin serakah. Ini di luar ekspektasinya. Bukan ini yang Leora harapkan. Memang dirinya pernah bermimpi, tapi Leora sudah sangat ikhlas bila tidak kesampaian. Meski tak kesampaian, paling tidak Leora punya keberanian untuk sekedar bermimpi.
Keputusannya untuk mencoba ikut serta dalam beasiswa karena dorongan sahabat-sahabatnya juga salah seorang teman komunitas mereka yang juga pernah menerima beasiswa yang sama, bahkan kini sudah menjadi seorang dosen.
Kata mereka, Leora pernah bilang akan coba daftar beasiswa jika usahanya sudah stabil. Saat kedua orang tuanya sudah tidak perlu bekerja lagi. Leora sendiri sudah tak begitu ingat dengan ucapannya. Anggapannya itu hanyalah sekedar ucapan.
Tapi, karena teman-temannya mengatakan kalau itu adalah janji, jadi harus ditepati. Akhirnya, Leora pun mencoba saja. Leora yakin dirinya tak akan lolos karena beberapa hal dalam dirinya yang tak sesuai, katanya. Leora seakan lupa bahwa ada Yang Maha Kuasa yang lebih berotoritas atas hidupnya.
Tok...tok...tok
Nana, sahabat sekaligus rekan kerjanya masuk sembari menatang nampan berisi segelas es kacang hijau varian alpukat. Salah satu menu favorit kedai yang menjadi kesukaan Leora juga.
Suara ketukan mengalihkan perhatiannya beberapa detik ke pintu, sebelum kembali menatap layar laptop.
Wanita bertubuh mungil itu menaruh gelas yang ia bawa di atas meja. Gurat bingung di wajahnya terbit tatkala melihat raut wajah sahabatnya yang tak biasa. "Ini minuman kamu".
Leora mendongak mendapati Nana yang juga sedang menatapnya penuh tanda tanya di kepala. Sejurus kemudian, Leora berdiri dari duduknya, lalu memegang kedua bahu Nana dan mengguncangnya pelan.
"Na, kok bisa, ya? Gak mungkin, Na. Aku harus bagaimana?"
Dahi Nana semakin mengernyit bingung, ikut cemas juga jadinya. "Kamu kenapa sih? Jangan bikin panik, deh".
Leora mengeser sedikit laptopnya dengan pelan, menyodorkannya ke arah Nana. Memberi instruksi lewat matanya agar Nana membaca rangkaian kata yang tertulis di layar.
Nana terperangah seketika. Kedua tangannya spontan menangkup mulutnya yang terbuka lebar. Setelahnya, wanita itu melompat memeluk Leora dengan hebohnya, membuat tubuh keduanya berguncang.
"Wuahhhh...Raaa...selamattt, akhirnyaaa, mimpi kamu semakin dekat, Raa..."
"Ya, ampun, Raaa...ka..mu berhasil, Raaa..."
Terdengar rengekan kecil selepas ucapan itu lolos dari mulut Nana. Bukan karena sedih, melainkan terharu.
Sementara Leora masih bergeming di pelukan Nana. Tak hanya tubuhnya yang berguncang namun hatinya lebih terguncang sekarang. Tak menduga dengan kenyataan yang sedang menyapanya.
Nana melerai dekapannya tatkala merasakan sesuatu yang ganjal. Tak ada balasan Leora terhadap pelukannya. Bila ada kabar membahagiakan, mereka akan saling berpelukan. Makanya, Nana merasa ada yang berbeda.
"Muka mu kok begitu, Ra, kayak gak senang begitu. Kamu kenapa, sih?".
Nana semakin dibuat penasaran, mengapa Leora tak bergembira seperti dirinya, padahal Leora lah penerima bahagia itu. Leora harusnya lebih antusias dari Nana.
"Aku kok bisa lolos. Aku hanya ingin mencoba, Na. Aku cuman gak mau nyesel karena gak coba. Aku bahkan gak berharap bisa lolos. Beneran, Na".
Raut wajah Leora begitu serius sekaligus cemas saat berceloteh, jemarinya pun terangkat membentuk huruf V, ingin menyakinkan jika yang dikatakannya itu memang benar adanya.
"Jangan-jangan salah, ya. Ini nama orang lain deh kayaknya".
Leora masih terus menampik kebenaran yang sudah terpampang nyata di depan matanya dan juga Nana.
Dengan segenap kegemasan, Nana menjitak dahi Leora cukup keras, yang menyebabkannya meringis kesakitan. Begitu niatnya Nana, ingin memberikan sensasi rasa sakit untuk sahabatnya yang sedang kumat rasa tak percaya dirinya.
"Mulai deh kamu, Ra. Ini jelas banget nama kamu, SELAMAT MEGAN LEORA QUIANA, KAMU DINYATAKAN LOLOS".
Leora menghela nafas panjang. Tangannya meraih gelas yang mulai berembun di mejanya, menegak minuman berserat itu bagai air putih hingga setengah.
"Awas keselek kamu, Ra".
Uhuk...uhuk
Perkataan Nana bagaikan doa yang langsung dikabulkan saat itu juga.
Dengan sigap, Nana mengambil botol air mineral di kulkas mini yang ada di pojok ruang itu, lalu memberikannya pada Leora yang masih gaduh dengan batuknya.
Leora meneguk air mineral itu dengan rakus hingga tandas guna memberi rasa lega yang ia damba. "Aaaahhhh".
"Kebiasaan mulut kamu, kalo yang tragis aja langsung terkabul", protes Leora kemudian.
Nana terkekeh lalu menepuk bahu Leora. "Sorry, bestie".
Leora menepis tangan Nana dari bahunya dengan sedikit kesal lalu kembali duduk di kursinya.
Ditatap kembali laptop yang masih menyala itu. Matanya menelisik setiap kata demi kata yang tertulis di sana. Entah sudah ke berapa kalinya, Leora melakukan itu. Mencoba mencari kesalahan yang barangkali terluput dari penglihatannya namun nyatanya tak ada yang salah.
Leora mencengram pegangan kursi dengan kuat. Tak tahu persis apa yang sebenarnya ia rasakan sekarang. Leora jadi frustasi sendiri.
Sebetulnya yang harus hadir adalah rasa syukur dan bahagia tentunya. Mengingat proses panjang yang harus ditempuh sebelumnya. Disuguhi perjuangan tak mudah dengan banyak kendala melanda. Walau niatnya hanya ingin mencoba agar tak menyesal. Itu saja.
Tapi, Leora dibuat syok dengan hasil yang tak pernah ia bayangkan. Leora tak pernah menyiapkan rencana, jika hasilnya bukanlah kegagalan, bahkan memikirkannya saja tidak mungkin. Keputusannya untuk mencoba agar tak menyesal membawanya lagi pada pilihan yang sulit. Harus menghadapi atau menghindari? Pilihan untuk mencoba lagi atau hanya berhenti di sini?
Dalam pergolakan batinnya, Leora cemas dan takut, kalau-kalau ia tak mampu menghadapinya. Bagaimana jika ia tak sanggup dan harus berhenti di tengah jalan? Bukankah itu lebih menyakitkan dan memalukan?
Leora menatap Nana dengan mata memelas. "Aku mundur aja ya, Na. Aku beneran gak nyangka ini. Aku takut gak mampu, Na".
Nana tahu sahabatnya itu mungkin masih sedikit trauma dengan pengalamannya dahulu, namun tak habis pikir juga langsung menjudge dirinya tak akan mampu, padahal belum mencoba, belum berusaha.
Nana menepuk bahu Leora dengan sedikit cengraman, seakan ingin menyalurkan kekuatan. Seulas senyum penuh keyakinan terbit di bibirnya.
"Terima saja takdirmu, kamu itu bisa, Ra. Kamu sudah lolos, berarti Tuhan mengizinkanmu mengambil jalan ini, Ra. Kamu sudah begitu hebat bisa bertahan hingga titik ini dengan segala tantangannya. Ingat, menyerah tanpa mencoba tak pernah ada di dalam kamus hidupmu, Ra".
Bersambung...
*************
✨Mohon dukungannya untuk karya pertama ini. Semoga suka sama cerita khayalanku, wkwkw.
Ringankanlah tangan readers untuk memberikan like, subscribe, hadiah, vote dan ramaikan dengan komen tentunya.
Terima kasihhh!!✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
santi.santi
semangat yaa☺
2023-02-22
1