Gantungan Kunci Nama

Pemandangan alam sepanjang perjalanan begitu memanjakan mata dan menyejukan pikiran Leora juga Nana. Namun, ketentraman itu harus usai tatkala kereta semakin mendekati tujuan dan akhirnya berhenti di stasiun.

Keduanya merapikan tas ransel berisi laptop masing-masing lalu menyampirkannya ke punggung. Leora dan Nana berjalan menuju pintu keluar kereta sambil mengobrol ringan.

Saat hendak menjatuhkan kaki mencapai pintu kereta, bahu Leora tak sengaja tertubruk oleh seorang pria yang nampak terburu-buru, ingin segera keluar dari kereta.

Tubuh Leora yang sedikit limbung ke samping hampir saja terjatuh jika pria itu tak cepat menahan lengannya.

"Maaf", kata pria bertopi itu dengan menunduk sembari melepaskan cekalan tangan pada lengan Leora. Wajahnya tak terlihat jelas karena kepalanya tertunduk memperhatikan ponsel juga terhalang topi.

"Kamu gak apa, Ra?", tanya Nana memastikan. Terkejut juga mendapati Leora yang hampir terjatuh.

Leora mengangguk dengan yakin. Sementara, pria itu menunduk sekali lagi ke arah Leora dan Nana, sebelum benar-benar keluar dari kereta.

"Mata ke mana, kaki ke mana, jadinya nabrak orang, kan", kesal Nana menatap kepergian pria itu yang berjalan masih sambil mengutak-atik ponsel.

Tak ingin menimbulkan keributan, Leora menggaet lengan Nana dengan tangan kanannya, menuntunnya untuk berlalu dari kereta. Tangan kirinya yang sempat terlepas, ia masukkan kembali ke dalam saku jaketnya.

Baru beberapa langkah berjalan, suara teriakan seseorang menghentikan langkah Leora dan Nana.

"Mbak..."

"Tunggu, mbak..."

Meski tak yakin panggilan itu tertuju kepada mereka, keduanya tetap berbalik ke sumber suara. Dan, benar saja seorang gadis remaja tengah berjalan cepat menghampiri mereka.

"Ini punya mbak, tadi jatuh pas mbaknya turun", ucap gadis itu saat telah berada di depan Leora dan Nana seraya menyerahkan sebuah gantungan kunci kepada Leora.

Leora mengerutkan dahinya linglung menatap benda yang menggantung itu. Lalu, beralih menatap Nana menggunakan isyarat matanya, apa benda itu adalah milik Nana, namun segera mendapat gelengan kepala dari Nana dengan ekspresi tak kalah bingungnya.

"Bukan punya kami, dek", kata Leora kemudian pada gadis itu yang juga diangguki oleh Nana.

"Punya mbak kok, tadi aku lihat dengan jelas ini tuh kek nyangkut gitu kan, kek mau jatuh gitu di saku jaketnya mbak terus beneran jatuh deh. Makanya aku pungut dan balikin", jelas gadis itu sembari memperagakan apa yang ia katakan.

"Tap_". Belum sempat Leora mengelak, gadis itu sudah lebih dulu menyela ucapannya.

"Duh, ini mbak, aku buru-buru, udah ditungguin papah ku", seru gadis itu sambil meraih tangan Leora, meletakan gantungan itu dan berlalu dari hadapan Leora dan Nana.

"Dasar bocah, gak sopan banget", timpal Nana dengan kesal menatap kepergian gadis itu. Tak habis pikir berturut-turut dirinya harus menyaksikan ketidaksantunan orang asing, yang memicu omelan dari mulutnya.

"Siapa yang gak sopan mbak?", tanya Dean, salah satu karyawan yang diminta menjemput, tiba-tiba muncul dari belakang mereka.

Nana yang masih kesal hanya melirik sinis Dean tanpa membalas pertanyaannya, begitu pula Leora yang masih membisu di tempatnya. Sedangkan, Dean hanya diam tak berkutik mendapat lirikan maut Nana. Bisa kena omelan mujarab jika Dean merespon.

"Terus ini diapain ya?", tanya Leora kemudian.

Nana meraih benda itu dari tangan Leora lalu menyelisiknya. "Ini nama orang kayaknya deh", kata Nana setelah membaca dalam hati tulisan yang terukir di gantungan itu.

"Jordan Gavi Waldo?", ujar Leora ikut membaca tulisan pada gantungan itu.

"Serah kamu mau diapain, Ra. Buang, simpen, atau kasih orang boleh", usul Nana sekenanya.

Leora menimbang-nimbang sembari memperhatikan dengan seksama gantungan berbahan akrilik, yang mengkilap itu. Mau buang tapi sedikit tak rela karena ada ukiran nama, meski bukan nama Leora, tapi lebih dari itu, gantungannya juga terlihat bagus dan bisa difungsikan. Lumayan kan bisa dipakai.

"Gak ada kunci, kondisi masih bagus, simpan aja deh. Barangkali berguna", putus Leora dengan cengiran lalu menyimpan benda itu ke dalam saku jaket. Nana hanya menanggapi dengan gelengan kepala.

"Hayuk, pulang", ajak Leora.

"Eh, si Dean mana sih, tadi ada di sini kok ngilang", ujar Nana tak mendapati batang hidung Dean di sekitar mereka.

Beberapa detik kemudian, muncul Dean entah dari mana, dengan setengah berlari. "Maaf, mbak saya ke toilet sebentar tadi".

Leora dan Nana ber'oh'ria lalu mengekori Dean yang telah berjalan lebih dulu menuju tempat parkir mobil. Sepanjang jalan, Leora dan Nana berbincang mengenai toko yang sudah ditinggal beberapa hari ini. Dean menjelaskan bahwa semua aktivitas di toko berjalan dengan baik dan tak ada masalah berarti.

Sesampai di toko, Leora dan Nana langsung menuju ke ruangan Leora untuk mengecek kembali laporan penjualan.

Leora merogoh tasnya untuk mengambil kunci ruangan, namun tak ketemu. Beralih ke saku jaket tapi yang ia temukan bukan kunci melainkan gantungan kunci yang nyasar tadi.

Jordan Gavi Waldo. Leora menyebut nama itu lagi dalam hati. Nama yang bagus menurutnya.

"Gak ada di aku, kunci ruangan, Na. Di kamu, deh", ujar Leora dengan dengusannya.

"Ah, masa sih?". Nana pun memeriksa tas dan saku-sakuan nya, dan kunci tersebut ternyata ada di tas Nana. Wanita itu tak ingat sama sekali jika sejak awal, dirinya lah yang menyimpan kunci itu. Astaga, Nana.

Leora menatap Nana dengan ekspresi sebal, sementara Nana hanya cengar-cengir tanpa dosa.

"Dasar lansia muda", sindir Leora yang langsung mendapat gaplokan Nana di lengan berisinya.

Leora dan Nana langsung menghempaskan tubuh mereka ke sofa begitu masuk ke dalam ruangan. Cukup lelah badan mereka akibat aktivitas beberapa hari yang menguras energi.

Tak berselang lama, seorang karyawan wanita masuk membawa 2 gelas minum di atas nampan beserta laporan penjualan toko yang diminta Leora sebelum masuk tadi.

Setelah menerima laporan juga minuman dari karyawan itu, Leora mengucapkan terima kasih dan mensilahkan karyawannya keluar.

"Kalo kamu capek, biar aku yang cek laporannya. Kamu pulang gih, istirahat", seru Leora pada Nana.

Mata Nana yang tengah terpejam langsung berbinar seketika. "Yang bener?"

Leora mengangguk tersenyum.

Nana menghambur memeluk bahu Leora antusias. "Makasih, Ra, aku pulang ya"

Sebelum pergi, Nana menegak minumannya hingga tak bersisa lalu melayangkan gelas kosongnya di udara. "Thanks for this, too".

Sepeninggal Nana, Leora segera memeriksa laporan di tangannya. Saat sedang membaca, pikirannya tiba-tiba teringat pada gantungan kunci tadi.

Tangannya merogoh saku jaket, mengeluarkan benda itu dari sana. Lalu, kepalanya menoleh ke arah kunci ruangan yang masih tergantung pada pintu.

Sebuah ide muncul di kepala membuat senyum terbit di bibirnya. Leora beranjak dari duduk ke arah pintu, mencabut kunci kemudian mengaitkannya pada gantungan kunci itu.

Tangannya yang memegang kunci terangkat hingga posisi kunci sejajar dengan pandangannya. "Berguna itu indah".

Bersambung...

*************

✨Mohon dukungannya untuk karya pertama ini. Semoga suka sama cerita khayalanku, wkwkw.

Ringankanlah tangan readers untuk memberikan like, subscribe, hadiah, vote dan ramaikan dengan komen tentunya.

Terima kasihhh!!✨

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!