Rafa segera melambaikan tangannya saat melihat Leon memasuki kafe dengan background alam terbuka itu. Leon yang mengetahuinya bergegas menghampiri sang tuan muda Hutama yang mengambil tempat di sisi timur kafe. Tempat yang dirasa private olehnya.
"Jangan bilang kau tak memesankan minuman untukku Rafael Hutama." Tentu saja itu akan terjadi. Leon amat tau jika Rafa akan melakukan apa yang dibencinya. Menunggu. Jika tak sedang marah, siapa yang datang duluan, maka dia yang pesan. Toh pesanan mereka sama. Capuccino hangat yang mungkin tak lagi hangat bila salah satunya terlambat.
"Lihat dibekangmu." sahut Rafael sambil menunjuk belakang Leon dengan dagunya. Benar saja, pelayan datang tepat waktu.
Leon yang tadinya mengira Rafael marah dan memakinya menjadi bertanya-tanya karena tak ada tampang dingin ataupun garang layaknya Rafael yang sedang marah pada dirinya. Yang ada, tuan muda Hutama itu malah duduk santai seraya menyeruput capucino hangat dari cangkirnya.
"Ada apa memintaku kemari." tanya Leon tanpa basa-basi. Dia cukup tau sifat Rafa yang to the point.
"Aku meniduri wanita." kata pria tampan didepannya datar. Leon meneliti tiap inchi wajahnya. Tak ada kemarahan. Mungkinkah Rafa belum tau semuanya?
"Siapa?" kali ini Leon lah yang ganti menyesap capuccinonya.
"Milea. Namanya Milea."
..........Degh...........
Mau tak mau hati Leon bertalu mendengar nama adik kesayangannya disebut. Dia berusaha tenang, mengatur ekspresinya sedemikian datar lalu menghembuskan nafas ringan.
"Lalu dimana masalahnya?" Rafa terkesiap. Apa tak ada seorangpun yang bersimpati pada dirinya? ataukah zina sudah sedemikian merajalela hingga sama sekali tak mengundang kekagetan orang lain pada pelakunya?
"kau tinggal menikahinya." lanjut Leon lagi, berusaha memberikan solusi yang logis.
"Dia tak mau menikah denganku karena dia mencintai Richard." nada datar yang dikeluarkan Rafael seolah menunjukkan kekecewaan pada wanita muda yang dia maksud. Bukan masalah kejadian tidur-meniduri, tapi ini untuk pertama kalinya seorang tuan muda kaya raya, punya ketampanan diatas rata-rata, muda dan jadi idola, ditolak secara langsung dan terang-terangan oleh wanita pertama yang ingin di dekatinya demi Richard sang adik yang walau sama-sama tampan, namun punya postur yang lebih kecil darinya. Bisa dikatakan postur Richard itu khas Asia, sedang dia...mengikuti postur Eropa dadynya. Hampir saja Leon tertawa ngakak karenanya.
"Ya sudah biarkan saja. Jika berjodoh kalian pasti bertemu." komentar Leon kemudian. Rafa menatapnya dengan tatapan tak terbaca.
"Semudah itu?" ungkapnya memincingkan mata. Leon hanya mengangkat bahunya.
"Ya kalau bukan itu memangnya apa yang bisa kau lakukan?"
"Bantu aku menyelidiki gadis bernama Milea itu!" kata Rafa dengan nada memerintah. Leon mengerjabkan matanya, lalu menyandarkan tubuh kekarnya di kursi, nyaris tanpa ekspresi.
"Kurasa itu tidak perlu. Kau terlalu berlebihan Raf."
"Berlebihan? apa maksudmu? bagaimana jika dia hamil? sedang saat aku mengatakan kemungkinan itu, gadis gila bernama Milea itu malah mengatakan akan mengugurkannya Lee. Katakan seberapa besar dosa yang sudah kulakukan jika aku membiarkan semua itu terjadi. Sudah berzina..lalu aku membunuh nyawa tak berdosa pula. Ya Tuhan ampuni aku." Rafa mengusap wajahnya kasar. Leon kembali merubah raut wajahnya. Jika yang dikatakan Rafael benar, maka Milea bisa dikatakan wanita tak bermoral yang sama sekali tak punya perasaan. Milea sudah amat keterlaluan.
"Baik. Aku akan membantumu." pungkas Leon kemudian. Selama bertahun-tahun bersahabat dengan Rafael sudah cukup membuatnya tau jika tuan muda Hutama itu adalah pria yang jujur dan bertanggung jawab. Mungkin itu juga salah satu alasan papanya mau menerima pinangan tuan besar Hutama yang juga banyak membantu keluarga mereka.
Siapa yang tak bangga bila anak gadisnya dipinang langsung oleh penguasa Hutama grup yang disegani di dunia bisnis? rasa-rasanya semua pengusaha yang tau kiprah perusahaan tersebut pasti ingin berbesanan dengan keluarga konglomerat itu. Adalah satu kebanggan bagi keluarga Ibrahim yang menerima anugerah itu saat Milea bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun saat itu. Entah untuk alasan apa Fernando melakukannya.
Semuanya terjadi begitu cepat saat Ken Ibrahim berada dalam kondisi bangkrut karena penipuan rekan bisnisnya beberapa tahun lalu. Tiba-tiba Fernando mengulurkan tangan membantu perusahannya dengan mempercayakan tender pembangunan rumah sakit miliknya pada Ken yang sudah berada di ujung tanduk. Ken yang terpuruk tentu saja merasa menemukan celah untuk bangkit saat semua kerjasama dengannya dengan menolak proposalnya tanpa sempat membacanya. Siapalah Ken yang hanya gembel dalam puing-puing kehancurannya.
Kerjasama yang saling menguntungkan. Kejujuran dan keuletan Ken berbuah manis. Nando yang puas dengan hasil kerjanya terus menariknya bangkit dengan tender-tender susulan bernilai milyaran. Entah bagaimana nasib keluarga Ibrahim jika tak ada Fernando kala itu. Maka salahkan Ken jika dia juga kaget setengah mati saat Fernando dan Sofia menemuinya dan melamar putrinya untu putra sulung mereka? padahal banyak keluarga lain yang lebih terhormat dari pada mereka. Dan Leon tau pasti itu.
"Ciri-cirinya...."
"Kurasa itu tak perlu Raf." potong Leon cepat.
"Baguslah jika kau tak memerlukannya. Aku juga tak punya petunjuk apapun soal gadis itu kecuali....ini." Rafa meletakkan sebuah kalung dengan liontin bergambar angsa yang sudah patah jadi dua didepan Leon yang langsung menggelengkan kepalanya. Kenapa Milly sampai tak menyadari jika kalung warisan mamanya itu hilang? padahal benda itu adalah kesayangannya. Apa mungkin karena Rafa yang terlalu ganas padanya seharian itu hingga membuatnya tak menyadari ada sesuatu yang hilang dari tubuhnya? untung saja adiknya itu tak melupakan baju dalamnya. Batin Leon tersenyum kecut.
"Kenapa kau begitu takut kalau dia hamil?" Leon berusaha mengalihkan pikiran kotornya.
"Ya tentu saja karena aku....ahh ya Tuhan....aku benar-benar...aku bahkan sudah lebih dari tiga kali menggaulinya." Mata Leon terbelalak.
"Kau ini...sebenarnya kau ini doyan atau ketagihan heh??!!!" Rafa menundukkan kepalanya.
"Wanita setan itu..."
"Menaruh obat perangsang diminumanmu." Rafa mengangkat kepalanya spontan.
"Bagaimana kau tau?" Rafa tau pasti jika tak ada siapapun selain wanita ular itu di tempat kejadian. Dia juga belum cerita hal itu pada siapapun kecuali dady dan momynya. Tak mungkin mereka menceritakan semuanya pada Leon secepat itu. Leon jadi salah tingkah, merasa keceplosan bicara.
"Itu...ahh..aku sering menonton adegan itu di film tv." sahutnya berlibi.
"Film? sejak kapan kau suka film Lee?" buru Rafa penasaran. Tapi Leon sudah lebih dulu berdiri.
"Sudahlah. Aku pergi dulu."
"Mau kemana kau? aku belum selesai bicara." Tentu saja Rafa berjingkat dengan gerakan Leon yang tiba-tiba. Tak biasanya pula sahabatnya itu tergesa.
"Yang penting aku sudah tau maksudmu." Kata Leon seraya melangkah lebar, menyisakan Rafael yang masih merenung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Desy Utari Budiatmy
seru...
2023-02-20
0
wilda yunita
lanjut thor
2023-02-20
0
Rosidahnamaku
lari Leon jangan keceplosan buat kedua kalinya.
2023-02-20
0