Bab. 5

Yuan datang menemui Guru Ling.

''Guru memanggil saya?"

"Yuan, kau harus mencari Domani sampai ketemu. Bawa dia kehadapanku hidup-hidup, aku ingin memberikan dia pelajaran karena dia sudah berani mencuri kitab ahli pedang leluhurku!" perintah sang Guru kepada Yuan.

"Baik, Guru! Akan saya usahakan."

Setelah mengatakan hal itu, Yuan pun segera pergi mencari Domani.

Hari sudah malam, Yuan dengan teliti menyusuri hutan yang penuh dengan pohon-pohon rimbun.

Srek.

Yuan menoleh karena mendengar suara jejak kaki seseorang, dia mengedarkan pandangan guna mencari seseorang yang berada di dalam hutan tersebut.

Yuan pun terus berjalan mengikuti angin suara kaki itu, dirinya tercengang karena ternyata Domani-lah yang berada di hutan tersebut.

"Tunggu!" Yuan berteriak saat dia sudah berada di dekat Domani.

'Celaka, bagaimana Yuan bisa tahu aku berada disini?' batin Domani bingung.

Yuan berjalan menghampiri Domani hingga jarak mereka sangat dekat saat ini.

"Kembalikan kitab Guru yang telah kau curi!" pinta Yuan dengan suara tegasnya.

Domani tersenyum sinis. "Mengembalikan? Apa aku tidak salah dengar? Aku sudah susah payah mengambil kitab ini lalu kau memintanya begitu saja? Dasar bodoh!"

"Kembalikan kitab itu sekarang juga atau aku akan mengambil paksa darimu." Yuan pun mengancam.

"Haha. Jika kau menginginkan kitab ini kembali, maka kau harus melangkahi dulu mayatku!"

"Baik jika itu maumu." Yuan mengambil ancang-ancang.

Domani bersiap untuk menyerang dan perkelahian pun terjadi antara dua petarung hebat itu.

*Cring

Cring*

Suara pedang saling beradu hingga binatang pun pasti takut untuk mendekat.

Namun, karena Yuan memiliki kemampuan diatas rata-rata maka Domani pun jatuh tersungkur dan lengannya mengeluarkan darah.

Yuan berhasil menggores lengan Domani menggunakan pedang miliknya.

"Sebaiknya kau menyerah dan kembalikan kitab itu sekarang juga!" teriak Yuan dengan napas memburu.

Yuan berjalan mendekati Domani yang masih terduduk di tanah.

Domani pun tersenyum memikirkan idenya.

Saat Yuan ingin mengambil kitab itu, dengan secepat kilat Domani mengambil tanah dan melemparnya tepat di wajah Yuan.

Yuan mengusap wajah karena tanah itu masuk ke dalam matanya.

Hal itu pun membuat Domani mendapatkan cela untuk kabur.

Yuan membuka mata dan ternyata Domani sudah menghilang dari hadapannya, dia bergegas mengejar Domani namun sudah kehilangan jejak.

Yuan berdecak kesal, dia sangat ceroboh hingga tidak mengetahui ide licik yang akan Domani lakukan.

"Sial! Aku sepertinya sudah kehilangan jejak." gumam Yuan penuh kekesalan.

Dia berniat untuk kembali ke padepokan.

Sesampainya di padepokan dia segera menemui sang Guru.

"Guru?" panggilnya sambil mendekat.

Guru pun menoleh dan tersenyum akan kedatangan Yuan.

"Bagaimana, Yuan? Apa kau berhasil menemukan Domani?" tanyanya dengan raut penuh harapan.

"Maaf, Guru. Aku tidak berhasil mengambil kitab itu darinya."

Guru menghela napas dengan wajah penuh kekecewaan. "Baiklah, tidak masalah. Aku akan mengajari dirimu tentang semua tahap-tahap yang ada di dalam kitab itu agar kau menjadi pendekar pedang yang hebat. Aku yakin jika Domani pasti akan mempelajari setiap tahap ilmu dalam kitab itu. Kita harus berhasil mengambil kitab ahli pedang dari tangannya sebelum dia menyalahgunakan keahliannya itu." ujar sang Guru panjang lebar .

"Baik, Guru. Aku berjanji akan mengambil kitab itu dan menumpas ketidakadilan di muka bumi ini." balas Yuan dengan sungguh-sungguh.

"Aku percaya padamu, hanya satu pesanku jangan sampai menyalahgunakan keahlianmu." Guru tersenyum sambil menepuk pundak Yuan untuk memberikan dorongan serta semangat.

⚔️⚔️⚔️⚔️⚔️

Di tempat lain.

Maximus berhasil mendirikan sebuah kerajaan baru yang diberi nama kerajaan Mathew. Disana semua para rakyat kecil dianjurkan membayar pajak yang jumlahnya cukup tinggi dan hal itu mampu membuat rakyat bekerja sangat total dari pagi hingga petang.

Semua rakyat mengeluh sebab kerajaan saat ini dipimpin oleh seorang Raja yang sangat tamak, tidak seperti dulu saat Raja Haylos memimpin kerajaan tersebut.

Maximus mencari bibit-bibit yang ingin dijadikan sebagai prajurit. Disitulah Julian dididik keahliannya untuk menjadi petarung hebat dan senjata utama Julian adalah sebuah rantai.

Kemahiran Julian sudah semakin meningkat sebab dia diajari menggunakan rantai saat usianya menginjak sepuluh tahun. Di antara semua bibit yang Maximus cari, hanya Julian-lah yang terlihat memiliki bakat tinggi. Julian pun menjadi anak kesayangan Guru disana.

"Bagus Julian, kemampuanmu sudah berkembang sangat pesat." Guru tersenyum. "Kau akan menjadi prajurit yang sangat hebat, bahkan mungkin kelak kau akan menjadi panglima hebat karena keahlianmu." lanjutnya.

"Terima kasih, Guru. Aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi, aku tidak tahu harus berbuat apa karena itu aku berlatih keras agar aku bisa hidup mandiri." jawab Julian.

Di tengah perbincangan mereka, sang Raja ternyata sudah memantau dari kejauhan dan mendengar obrolan mereka.

Raja menghampiri keduanya.

"Benar sekali, aku juga melihat jika Julian adalah anak didikmu yang paling berbakat dan paling menonjol keahliannya seperti yang kau katakan." sambung Raja ketika sudah berada di antara Julian dan Guru.

"Terima kasih, Raja." jawab Julian dengan sopan.

Raja menepuk pundak Julian. "Berlatihlah dengan sungguh-sungguh karena jika usiamu sudah mencukupi dan kemampuanmu terus berkembang maka aku pastikan kau akan menjadi panglima di kerajaan ini."

Julian sangat senang mendengar ucapan Raja. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Raja." ucapnya dengan berbinar.

'Anak ini akan menjadi senjata utamaku untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di seluruh penjuru ini.' batin Raja dalam hati.

"Baiklah, lanjutkan kembali latihannya." ujar Raja sambil pergi berlalu.

Julian yang usianya baru menginjak dua belas tahun hanya mampu menuruti ucapan Guru dan Rajanya.

Disisi kemahiran Julian yang sangat menonjol di mata Raja dan Guru hingga dia dijadikan sebagai murid kesayangan membuat para reven lainnya cemburu.

"Lihatlah Julian, dia sangat dibanggakan oleh Guru dan Raja. Bahkan Raja Ingin menjadikannya sebagai panglima perang, sementara kita paling hanya dijadikan sebagai prajurit biasa.'' ujar para reven seangkatan Julian.

"Wajar saja jika Julian dibanggakan oleh Guru dan Raja, apa kalian tidak melihat kemampuan Julian dibandingkan dengan kita para reven lainnya?" bela salah satu anak didik lain.

⚔️⚔️⚔️⚔️⚔️

Sementara di padepokan, Yuan terus giat berlatih bersama dengan sang Guru yang akan mewariskan semua keahlian pedangnya.

Yuan yang sudah berjanji pada dirinya sendiri dan sang Guru untuk membalaskan dendam kepada Raja Maximus sekaligus ingin mengambil kitab ahli waris dari tangan Domani.

Lelehan keringat mengucur di dahi serta tubuh keduanya.

"Semakin hari kemampuanmu terus berkembang, Yuan. Kau dengan cepat bisa menirukan apa yang aku ajarkan." ujar Guru Ling dengan senang.

"Aku sudah berjanji untuk membalaskan dendam sekaligus mengambil kitab leluhur dari tangan Domani, maka dari itu aku harus giat berlatih agar secepatnya dapat menguasai ilmu yang Guru ajarkan."

"Tapi kau harus mengingat satu pesanku, jangan pernah menyalahgunakan kemampuanmu untuk orang-orang yang tidak bersalah." nasehat yang selalu Guru Ling katakan.

Yuan mengangguk dan tersenyum tipis.

**TBC

HAPPY READING

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGANNYA, TERIMA KASIH 🥰**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!