Tiga bulan kemudian.
Terjadi pembantaian di perkampungan Adenville tepatnya kampung milik Yuan.
Seorang pemimpin jahat bernama Maximus mengarahkan kepada seluruh anggotanya agar menghantam habis perkampungan itu dan menjadikan mereka rakyat kecil sebagai budaknya.
Mereka semua ingin mengambil kekayaan yang ada di dalam perkampungan itu seperti padi dan lain-lain.
Semua rakyat meminta tolong dan menjerit takut ketika Maximus berhasil membakar habis seluruh rumah mereka.
"Tolong! Tolong!" teriak mereka bersamaan dan lari tunggang-langgang.
Berketepatan dengan terjadinya pembantaian itu, Yuan pun pulang dan ingin melihat keadaan Ibu serta adiknya.
Sesampainya di kampung, dia terkejut melihat rumah warga yang hancur terlebih lagi banyak api yang berkobar dari sana. Hari sudah menjelang malam menjadikan pandangan para anggota Maximus tidak terlalu jelas dan teliti.
Yuan berlari menuju rumahnya yang belum terbakar.
"Ibu!" teriak Yuan mencari sang Ibu tetapi tidak di temukan.
Sementara Mawar, dia berlari sambil menarik tangan Julian. Ketakutan pun terukir di raut wajah milik Mawar yang saat ini pikirannya sudah berkecamuk bingung.
"Ibu," Julian terjatuh.
Mawar berhenti dan membalikkan badan. "Putraku!" pekiknya bingung seraya mendekati Julian.
"Nak, lihat Ibu." Mawar menangkup wajah Julian. "Tersenyumlah meski apapun yang terjadi, jangan pernah merasa kau sendirian atau pun bersedih karena ibu selalu ada bersamamu." ucapnya sambil ikut tersenyum.
Julian membalas senyuman Mawar.
"Percayalah pada Ibu, semuanya akan baik-baik saja." Mawar memeluk tubuh Julian sejenak dan dia pergi menghampiri pria-pria jahat itu.
Lima orang pria berbadan besar menghampiri Julian.
"Sepertinya dia anak yang kita cari untuk membantu kita agar bisa membantai kerajaan lain."
Mereka memegang pundak Julian hingga atensi mata Julian teralihkan.
"Ikutlah dengan kami dan pemimpin kami akan mengangkatmu sebagai anak didiknya. Kau tidak perlu menghiraukan Ibumu yang pergi meninggalkanmu begitu saja."
Mereka sengaja membuat Julian agar membenci Ibunya sendiri.
Julian melihat sang Ibu yang sudah tidak terlihat, senyumannya surut dan berganti dengan kesenduan. Dirinya pergi mengikuti langkah pria-pria itu.
"Apa yang menjadi tujuan kalian hingga kalian berani mengusik kehidupan tentram kami dan ingin menghancurkan rakyat kecil seperti kami—" ucapan Mawar langsung terhenti ketika sebuah pedang menancap di area perutnya.
Di balik tumpukan kayu, Yuan terkejut ketika melihat para anggota Maximus ingin membunuh ibunya.
"Ibu!" pekiknya tertahan seraya keluar dari persembunyiannya.
Yuan berlari ketika mendengar jeritan sang Ibu tetapi naasnya beberapa prajurit menghadang dirinya.
Yuan pun melawan dengan segala kekuatan dan tenaga yang dia punya, ketika dia melihat ke arah sang ibu ternyata Ibunya sudah tiada dengan darah yang keluar dari area perut.
Yuan melihat Raja yang memegang pedang dengan berlumuran darah, matanya memerah dan dia berniat untuk menghajar sang Raja. Namun, karena dia hanya sendiri dan pasukan Raja begitu banyak membuat dirinya mundur karena kewalahan.
Mata milik Yuan menatap nanar dan berkaca-kaca melihat ke arah sang Ibu.
'Aku berjanji dan bersumpah akan membalaskan dendam atas kematian Ibuku, kalian sudah memancing emosi seorang anak yang telah kehilangan kedua orangtuanya.' batin Yuan dengan tekad dan penuh dendam.
Dia lari ke dalam hutan dan pergi dari kampung tersebut sambil menangis meratapi kematian Ibunya.
"Ibu tenanglah, aku pasti akan membalaskan dendam kepada mereka. Aku akan belajar pedang dengan sungguh-sungguh dan aku pasti bisa menghancurkan mereka yang telah berani mengusik kehidupan kita. Aku Abiraksa bersumpah akan hal itu, Ibu. Satu tetesan air mata dan darah yang keluar dari perut ibu akan menjadi saksi kebencianku." Yuan berkata dengan nada seram dan penuh penekanan.
Dia telah berubah menjadi anak yang kuat setelah melihat kejadian buruk sang Ibu yang saat ini terjadi di depan matanya sendiri. Pikiran polosnya harus ternodai oleh dendam dan kebencian.
Yuan pun memikirkan tentang sang adik yang masih kecil dan pasti tidak tahu apapun, dirinya mengambil foto yang berada di dalam kantong celana lalu mengusapnya perlahan.
"Kalian akan selalu bersamaku Ibu, adik." gumamnya sambil memeluk foto tersebut.
•
•
**TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGAN, TERIMA KASIH BANYAK 🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments