Yuan memutuskan pergi berkelana hari ini, dirinya sudah memiliki tekad kuat untuk belajar dan mengasah kemampuannya. Dia terus berjalan hingga sangat jauh dari perkampungan miliknya, menyusuri hutan-hutan dengan membawa pedang sebagai temannya.
Menempuh perjalanan yang cukup jauh yakni dua jam, Yuan menemukan sebuah perkampungan kecil setelah dia melewati rimbunnya hutan.
"Perutku lapar sekali." gumam Yuan pelan sambil menahan rasa lapar yang mendera.
Yuan pergi mencari warung, setelah menemukannya dia pun langsung memesan makanan kepada Ibu warung tersebut.
"Bu, beri saya satu porsi nasi dengan lauk seadanya saja," ucap Yuan sambil duduk di kursi.
Ibu warung pun mengiyakan ucapam Yuan dan dia bergegas membuatkan makanan.
Setelah beberapa menit kemudian makanan itu pun datang.
"Ini pesanannya." sang Ibu meletakkan satu porsi nasi berserta lauknya daging ayam di meja Yuan.
"Terima kasih, Bu." Yuan segera menyantap makan siangnya, sehabis ini dia akan mencari tempat yang bisa dijadikan untuknya berlatih mengasah pedang.
"Kau sepertinya bukan berasal dari kampung ini, benarkah?"
Yuan menghentikan kunyahan dan mengangguk.
Ibu itu kasihan melihat Yuan hingga dia menawarkan kembali nasi kepada Yuan. "Jika kau ingin menambah nasi atau lauk maka katakan saja, kau tidak perlu membayarnya dan makanlah dengan puas karena ini gratis." ucapnya sambil tersenyum.
"Terima kasih, Bu." sambung Yuan dengan cepat.
Sebagai anak kecil tentu saja dia sangat senang karena makanannya saat ini tidak perlu membayar dan uang yang dia punya
bisa di simpan untuk kedepannya.
Selesai makan, Yuan langsung beranjak dari kursi tetapi saat dia ingin melangkah dirinya mendengar beberapa orang Bapak-bapak mengatakan tentang sebuah padepokan.
"Ya, kau benar sekali. Aku melihat padepokan itu lumayan jauh dari sini dan berada di dalam hutan. Sepertinya sudah lama buka tetapi kita baru mengetahuinya karena berburu." ujar Bapak itu kepada rekannya.
"Sangat banyak anak didik yang selalu menjadi hebat setelah keluar dari padepokan itu."
Yuan langsung pergi dan dia berniat untuk mencari padepokan yang sang Bapak katakan.
900meter Yuan berjalan, akhirnya dia menemukan sebuah rumah terpencil yang lumayan jauh dari kampung.
"Aku rasa itu tempatnya.'' gumamnya sambil berjalan menuju rumah sederhana tersebut.
Sesampainya di rumah itu, Yuan melihat sangat banyak anak-anak seusianya bahkan lebih tua darinya sedang berlatih disana.
Haiya!
Sret.
Cring.
Bunyi benda-benda yang menjadi keahlian mereka beradu memekikkan telinga.
"Permisi!" sapa Yuan kepada salah satu pria yang sepertinya berusia empat puluh tahun.
Pria itu menoleh.
"Siapa kau?" ucapnya dengan tajam dan menyeramkan.
Yuan berusaha untuk tetap tenang. "Aku Yuan Li, aku berasal dari kampung sebelah dan datang ke tempat ini untuk berlatih pedang."
Pria itu menatap Yuan dari atas sampai bawah. "Kau tunggulah disini," lanjutnya sambil pergi berlalu.
Yuan hanya melihat anak seusianya berlatih dengan sangat giat, dia yakin jika mereka juga mempunyai tujuan yang sama sepertinya.
Beberapa saat kemudian.
Keluarlah seorang pria tua berusia enam puluh tahun, pria itu memakai pakaian seperti seorang guru.
"Salam." Yuan menunduk sopan.
Pria itu mengangguk sejenak. "Apa tujuanmu datang ke padepokan ini, anak muda?"
"Bantu aku agar bisa mengasah pedang dan menjadikan pedang sebagai kaki tanganku, Guru." Yuan masih menunduk.
Guru itu pun salut dengan kesopanan Yuan. "Ikut aku."
Mereka berdua pergi masuk ke dalam untuk menceritakan tata cara, peraturan, dan pelajaran apa saja yang harus Yuan jalani dan kerjakan.
Guru itu pun mengenalkan namanya, dia bernama Guru Ling.
•
•
**TBC
HAPPY READING
YUK YANG SUKA CERITA INI SILAHKAN TINGGALKAN JEJAK KALIAN 😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments