Gleuk!
Naya menelan salivanya saat pria bertubuh tinggi dan berlambut lebat hitam ini menatapnya. Naya seakan terhipnotis melihat ketampanan pria itu. "Aa teh meuni kasep-kasep teuing (Aa tampannya kebangetan)," puji Naya, kelepasan.
"Apa? Kau bilang apa? Bicaralah bahasa Indonesia! saya tidak mengerti!"
"Euh, nggak. Boleh Naya tau, siapa nama Aa teh?"
"Panggil saja saya Farel, sudah jangan banyak bertanya! Ayo masuk," ajak Farel. Farel Darka Listu pria berusia 30 tahun yang merupakan tangan kanan Tuan Liam.
"Baik, Aa." Naya mengikuti langkah Farel yang berjalan masuk menuju rumah itu.
Begitu Mereka berada dalam rumah, Naya kembali dibuat terkagum melihat desain rumah mewah itu yang sangat indah dan elegant.
"MasyaAllah, ini teh rumah apa istana? Meuni luas kieu (sangat luas sekali)." Naya melihat sekeliling rumah.
"Nak Naya!" panggil seseorang dari ruangan yang cukup besar.
Naya terkesiap saat namanya dipanggil. "Tuan Liam memanggilmu, ayo." Farel berjalan menuju ruang tengah.
"Iya, Aa." Naya berjalan mengikuti Farel.
"Duduklah," titah pria paruh baya yang tengah duduk di sofa mewahnya.
"Terima kasih," ucap Naya seraya duduk di sofa itu berhadapan dengan pria paruh baya itu yang tidak lain adalah Tuan Liam.
"Kalau begitu, saya permisi, Tuan." Farel menundukkan kepalanya lalu pergi.
"Maaf, Tuan Liam. Naya mau bertanya tentang Nenek Naya--"
"Tenanglah, saya akan memberi tahu keadaan Nenekmu. Sekarang kau istirahat dulu, nanti farel yang akan mengantarkanmu ke rumah sakit," sela Tuan Liam.
"Maafkan Naya, Tuan Liam. Naya tidak akan bisa istirahat sebelum Naya melihat keadaan Nenek Aminah, Naya sangat khawatir." Naya menundukkan kepalanya.
"Saya mengerti. Jangan khawatir, Nenek Aminah baik-baik aja. Sekarang saya akan menjelaskan kenapa saya menyuruhmu datang jauh-jauh dari kampungmu ke rumah saya," ujar Tuan Liam.
"Saya sudah tahu, Tuan. Saya dipanggil kemari untuk menggantikan pekerjaan Nenek Aminah. Saya bersedia, Tuan. Saya akan bekerja di rumah ini selama yang Tuan Liam inginkan," ucap Naya.
"Apa kau yakin alasan kami memanggilmu kemari untuk itu?" timpal seorang wanita yang baru saja datang. Lalu wanita itu duduk di dekat Tuan Liam.
Naya menatap ke arah wanita itu. "Perkenalkan ini putri saya, Thalia," ucap Tuan Liam. Ia memperkenalkan putrinya pada Naya. Thalia Valeska Norabel wanita 52 tahun.
"Nama saya Asti Kanaya, Nyonya." Naya tersenyum ramah.
"Nama yang cantik. Boleh kami tahu berapa umurmu?" tanya Thalia.
"19 tahun, Nyonya," jawab Naya.
"Masih sangat muda. Oh iya, saya dengar dari Nenek Aminah kalau Naya di kampung punya usaha juga ya. Usaha apa?" tanya Thalia. Dia penasaran dengan apa yang pernah Nek Aminah katakan tentang usaha Naya.
"Naya hanya berjualan kecil-kecilan, Nyonya."
"Jualan apa, kalau boleh tahu?" tanya Thalia dengan ramah.
"Jualan jajanan sunda, Nyonya. Seperti spatula, basreng cobek, cimol bojot dan banyak lagi. Maaf Naya tidak bisa sebutkan satu persatu," jawab Naya dengan sedikit tersenyum.
"Spatula? Apa itu?" Thalia mengerutkan keningnya.
"Spatula itu spaghetti tulang, Nyonya," jawab Naya.
"Wah, sepertinya enak makanan itu. Nanti saya minta buatkan ya." Thalia tergiur dengan jajanan sederhana itu. Thalia memang wanita yang ramah, tidak banyak neko-neko dan menyukai semua jenis makanan mau itu mahal ataupun makanan yang dijual di pinggir jalan.
"Nyonya, serius mau makan jajanan kaki lima?" Naya membelalakkan matanya menatap Thalia.
"Kenapa tidak? Saya menyukai semua makanan, apakah orang kaya sepertiku tidak boleh memakan jajanan kaki lima?" tanya Thalia disertai senyuman.
"Tentu saja boleh, Nyonya. Naya akan membuatkan spesial untuk Nyonya," tutur Naya, tertawa kecil.
"Jangan memanggil saya Nyonya, panggil saja Ibu. Saya merasa asing dengan sebutan itu,"
"Baik Nyonya, eh Ibu." Naya tersenyum.
TAK TAK TAK
Suara langkah kaki terdengar memasuki ruang tengah.
"Mami, Kivan pulang," teriak seorang pria yang baru saja masuk dan berjalan melewati ruang tengah.
"Kivandra!" panggil Tuan Liam.
Kivandra yang hendak menaiki anak tangga langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah kakeknya. "Iya, Grandpa."
"Kemarilah!" perintah Tuan Liam.
Kivandra menghampiri kakeknya. "Ada apa, Grandpa?"
"Duduk! Grandpa mau bicara hal penting denganmu!" perintah Grandpa.
"Bicara apa, Grandpa? Semua baik-baik saja, Bukan?" tanya Kivandra sembari duduk tanpa memperhatikan sebelahnya ada Naya.
"Perkenalkan ini calon suamimu, Kivan," jelas Tuan Liam pada Naya.
Naya menoleh ke samping. "Aa gila!" Naya terkesiap dengan matanya yang membola dengan sempurna.
"Kau!" Kivandra pun terlonjak kaget saat mereka saling menatap satu sama lain.
"Rupanya kalian sudah saling mengenal, baguslah kalau begitu. Grandpa tidak perlu memperkenalkan kalian lagi," ujar Tuan Liam.
"Apa semua ini, Grandpa?" tanya Kivandra.
"Grandpa sudah menemukan gadis yang akan menjadi istrimu, dan gadis itu adalah Naya. Gadis yang ada di sebelahmu," jelas Tuan Liam.
"Grandpa ayolah, ini tidak lucu jangan bercanda seperti ini. Kivan tidak menyukai lelucon seperti ini." Kivandra menatap Grandpa dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Siapa bilang ini lelucon? Daddy serius, Sayang. Pernikahanmu akan segera dilangsungkan," timpal Thalia yang merupakan Mami dari Kivandra.
"Mami, Kivan ini sudah dewasa. Kivan bisa mencari wanita untuk Kivan jadikan sebagai istri yang jelas type wanita idaman Kivan tidak seperti gadis kampung ini." Kivandra memicingkan matanya ke arah Naya.
"Maaf, Tuan gila. Naya teh memang gadis kampung tapi Naya masih punya harga diri. Naya tidak suka jika ada orang yang menghina Naya seperti itu," celetuk Naya membuat Tuan Liam dan Nyonya Thalia terbelalak.
"Daddy, baru kali ini ada seorang gadis yang berani melawan putraku Kivan. Sepertinya rencana Daddy akan berhasil, Naya akan membuat putra kita berubah," bisik Thalia pada Tuan Liam.
"Kenapa? Lo tidak terima jika gue manggil lo gadis kampung? Dasar gadis kampung, kucel, muka bakpau!" cibir Kivandra terang-terangan.
"Ih, si Aa teh ngeselin banget! Mau Naya uwek-uwek itu bibirnya pake sambal geprek, hah? Mulut si Aa teh kayak cabai, pedas pisan," ketus Naya, kesal.
"Lo bicara apa? Kalau bicara sama gue jangan bicara pake bahasa alien karena gue nggak ngerti!" timpal Kivandra.
BUGGHH!
Naya menginjak kaki Kivandra di hadapan Tuan Liam dan Nyonya Thalia. "Jangan berani-berani menghina bahasa sunda Naya!" Naya memelototi Kivandra tanpa rasa takut.
"Dasar gadis gila! Berani sekali kau menginjak kakiku seperti ini! Lihatlah karena ulah lo yang norak itu sepatu branded gue jadi kotor. Ayo bersihkan!" Kivandra menyodorkan kakinya pada Naya.
Naya menatap Kivandra seraya menyeringai. "Baik, Naya akan bersihkan. Lepaskan sepatunya," ucap Naya. Rupanya Naya terpikirkan untuk memberi pelajaran pada Kivandra yang bersikap arrogant seperti itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
aku suka cara Naya yang bar bar
2023-10-29
1
Sandisalbiah
wess.. paling demen ama cewek tangguh.. hajar terus Naya jgn kasih kendor... taklukkan si tuan arogan..
2023-10-28
2
Miss Maybe
Liam di mana-mana ada yaaa😻😻
2023-06-10
1