Gadis Kocak, Milik Tuan Muda
"Apa?" teriak Naya. Ia terlonjak kaget saat mendengar kabar neneknya yang masuk ke rumah sakit. Naya menutup teleponnya dan bergegas untuk menemui neneknya.
Asti Kanaya 19 tahun, seorang gadis berdarah sunda yang hidup bersama neneknya. Namun, demi untuk menyambung hidup nenek Naya bekerja sebagai ART di sebuah kota J. Saat ini Naya tinggal di kampung B, ia hidup terpisah dengan neneknya. Mereka hanya bertemu satu tahun sekali.
Naya berlari menuju pangkalan ojek dengan membawa ranselnya. "Mang, anterin Naya atuh ke terminal. Naya lagi buru-buru," pinta Naya pada tukang ojek pangkalan.
"Neng Naya teh mau ke mana bawa ransel segala?" tanya tukang Ojek.
"Naya teh mau nyusulin Nenek, katanya Nenek masuk rumah sakit. Naya teh khawatir takut Nenek kenapa-kenapa," jawab Naya sembari menunjukkan kecemasannya.
"Ya udah atuh, hayu naik. Kalah cicing wae (Malah diem mulu) si Neng mah," ajak tukang ojek sembari menaiki motornya.
"Terima kasih ya, Mang. Mang teh meuni baik pisan, tos mah kasep baik lagi," puji Naya seraya menaiki kuda besi mang ojeknya.
"Meuni pinter ngarayunya si Neng teh (pinter banget ngerayunya Neng)," kekeh tukang ojek. Lalu tukang ojek itu melajukan motornya.
Setelah sekitar 15 menit, Naya sampai di terminal. Naya turun dari motor dan membayarnya. "Mang, hatur nuhun pisan (terima kasih banyak) udah nganterin Naya ke terminal. Naya pergi sekarang ya," ucap Naya disertai senyuman.
"Sami-sami (sama-sama), Neng. Hati-hati di jalannya, semoga Nenek Aminah baik-baik aja,"
"Aamiin. Ya udah Naya pergi ya, Mang." Naya segera pergi meninggalkan Mang ojek dan menaiki bus yang akan mengantarkannya menuju kota J, tempat Nenek Aminah bekerja.
Jarak dari kota B ke kota J membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 4 jam lamanya.
***
Di kota J yang luas dan indah. Kini Naya telah sampai di tujuan, ia turun dan membayar ongkosnya. "Euleuh, euleuh ini teh meuni indah kieu ieu kota (ya ampun, kota ini sangat indah). Pertama kalinya Naya teh liat kota seindah ini, eta gedung naonnya meuni jangkung-jangkung teuing? (ini gedung apa ya, tinggi tinggi sekali?) Kata orang mah ini teh gedung pencakar langit, sararieun (takut) Naya mah. Sieun roboh. Ihhh." Naya menggidikkan bahunya membayangkan sesuatu yang konyol seraya menatap ke arah gedung yang ada di seberang jalan.
Tanpa berlama-lama lagi, Naya pun melangkahkan kakinya untuk menyebrang, Naya tampak ragu-ragu untuk menyebrang. Bagaimana tidak, kendaraannya melaju dengan kecepatan tinggi. Perlahan ia berjalan sembari memberi kode lewat tangannya kepada kendaraan yang melaju namun naas, ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan normal hendak menabrak Naya.
"Aaargghh!" teriak Naya sembari menutup matanya dengan tas yang ia pegang.
CKIIITTTT!
Mobil berhenti tepat di depan Naya, sangat dekat. Naya hampir tertabrak. "Haaahh." Naya menghembuskan napasnya merasa lega karena ia terhindar dari kecelakaan.
Lalu pemilik mobil itu keluar, pria berjas dengan perawakan yang tinggi dan bertubuh atletis ini menghampiri Naya. Pemilik mobil itu membuka kaca matanya dan menatap Naya. "Heh, lo nggak punya mata apa? Kalau nyebrang itu pake mata! Kalau tadi gue nabrak lo gimana? Repot!" ketus pemilik mobil.
Naya mengangkat wajahnya menatap pemilik mobil. "Euleuh, euleuh. Ari Aa teh gelo? (Ya ampun, Aa gila ya?) Maeunya jalan pake mata, (masa jalan pakai mata), jalan itu pake kaki. Siga nu lieur ari Aa (kek yang enggak waras aja, Aa)," timpal Naya.
"Lo ngomong apa? Gue nggak paham bahasa lo! Minggir, gue udah telat." Pria itu menyenggol tubuh Naya.
"Ihh, amit-amit kalau nanti ketemu si Aa gelo (gila) itu lagi. Bukannya minta maaf malah marah-marah," gerutu Naya sembari melanjutkan menyeberangnya.
Setelah berada di seberang jalan, Naya kembali melihat ke arah pria yang tadi. "Kasep-kasep gede ambek (ganteng-ganteng pemarah)," gumam Naya.
Tiba-tiba mobil berwarna putih berhenti di depan Naya, pemilik mobil itu membuka kaca mobilnya. "Heh, kamu!" panggil pemilik mobil itu.
Naya melihat ke arah pria yang ada di dalam mobilnya. "Aa teh manggil Naya?" Naya menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kemari!" titah pria itu.
Naya pun mendekati mobil itu. "Ada apa? Kenapa manggil Naya? Aa teh kenal sama Naya?" tanya Naya dengan wajah yang kebingungan.
"Masuk!" titah pria itu, ketus.
"Hah?" Naya mengerutkan keningnya.
"Astaga, saya bilang masuk! Kau cucunya Nenek Aminah 'kan?" pria itu menatap tajam Naya.
"Eh, Aa kenal sama Naya? Aa teh peramal ya? Nyahoan (bisa tau gitu)." timpal Naya.
"Saya nggak kenal, saya ke sini untuk menjemputmu. Jadi, jangan ngomel mulu! Masuk!" perintah pria itu.
"Ihh, meni galak kitu. Ya udah, Naya naik." Naya mengerucutkan bibirnya sembari memasuki mobilnya.
"Heh, ngapain duduk di belakang? Saya bukan supirmu. Cepat pindah duduknya, duduk di depan!" protes pria itu.
"Ih, meni repot pisan naik mobil teh. Yang penting mah duduk." Naya terpaksa keluar dari mobil dan masuk kembali lewat pintu sebelah kiri. Kali ini Naya duduk di kursi penumpang sebelah kursi kemudi.
"Pakai seat belt!" titah pria itu.
"Seat belt itu apa, Aa?" tanya Naya dengan wajah lugunya.
"Oh astaga, kau tidak tahu seat belt?" pria itu membelalakkan matanya menatap Naya.
Naya menggelengkan kepalanya. "Gadis macam apa tidak tahu seat belt, dia hidup di jaman apa?" umpat pria itu dalam hatinya.
Lalu pria itu mendekatkan dirinya pada Naya. Pada saat tangannya hendak mengambil seat belt, Naya menepis tangan pria itu dengan kasar.
"Heh, Aa teh mau ngapain? Jangan macem-macem sama Naya!" bentak Naya.
"Dasar gadis gila! Siapa yang mau macem-macem sama gadis sepertimu? Saya mau memakaikan seat belt untuk keselamatanmu!" timpal pria itu dengan wajah yang gemas melihat Naya.
"Ini bukan seat belt! Ini sabuk pengaman!"
"Terserah kau saja, gadis aneh," ketus pria itu sembari melajukan mobilnya.
***
CKIITT!
Mobil yang ditumpangi Naya telah sampai di salah satu rumah mewah.
"Aa kenapa Naya teh dibawa ke rumah ini? Bukannya Nenek Naya teh ada di rumah sakit?" Naya menatap pria itu.
"Kau akan menemui Nenekmu setelah menemui Tuan Liam, sekarang cepat turun dan masuk ke rumah itu. Tuan Liam sudah menunggu," titah pria itu sembari membuka seat belt dan keluar dari mobil.
Naya mencoba membuka seat belt namun, ia kesulitan saat membukanya. "Alah, kumaha ieu? (aduh gimana ini?) Sabuk pengamannya nggak bisa di buka? Si Aa udah keluar lagi?" gumam Naya.
TOK TOK TOK
Naya mengetuk kaca mobil. "Aa, sini!" panggil Naya pada pria itu.
Pria itu menghampiri Naya. "Ada apa?" tanya pria itu pada Naya sembari membuka pintu mobilnya.
"Aa ganteng, bantuin Naya atuh. Ini sabuk pengamannya nggak bisa dibuka," keluh Naya dengan sedikit memujinya.
"Astaga, gadis ini benar-benar merepotkan," umpat pria itu dalam hati sembari membantu Naya membukakan seat belt.
Kini seat belt telah terbuka. "Eh, ternyata bisa di buka. Hehe maafin Naya ya, Aa kasep. Naya teh nggak tau, ini pertama kalinya Naya naik mobil bagus seperti ini," Naya cengengesan.
"Tidak apa-apa, cepat keluar!" tegas pria itu.
Naya keluar dari mobil. "Aa, antosan (tungguin) Naya atuh!" panggil Naya sembari berlari kecil mengejar pria itu seraya menggendong ranselnya.
Pria itu menghentikan langkahnya secara mendadak sehingga Naya menabrak tubuh pria itu. "Aduh!" ucap Naya saat kepalanya menabrak tubuh pria itu.
"Ada apa lagi? Kalau jalan hati-hati. Oh iya satu lagi! Jangan bicara pake bahasa itu, saya tidak mengerti. Apa yang mau kau tanyakan?" pria itu telah membalikkan badannya dan menatap Naya.
Gleuk!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Bunda Aish
jadi berasa orang Sunda pisan kita teh baca ceritanya.....
2023-11-01
1
HARTIN MARLIN
Assalamualaikum hai 🖐🖐 salam kenal dari ku
2023-10-14
1
Sophia Aya
naon teh susu author,, mampir hela
2023-10-06
1