Dan tentunya kesepakatan yang di tawarkan oleh tuan Arfanka adalah kesepakatan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri, orang kejam sepertinya tidak akan perduli dengan siapapun termasuk nyonya Tini yang hanya beban baginya dan sudah merugikan dia.
"Nyonya Tini aku ingin sebuah kesepakatan denganmu" ucapnya sambil tersenyum kecil dan cukup menyeramkan.
****
Hingga ketika aku sudah di rumah dan aku berdiri di depan pintu menunggu kedatangan ibuku, hingga tengah malam berlalu barulah ibu pulang dengan wajah yang berseri dan tanpa beban, aku sangat aneh dan memiliki firasat buruk ketika melihat wajahnya itu.
Langsung ku hentikan langkahnya yang hendak masuk ke dalam kamar dan mulai bicara padanya dengan serius.
"Berhenti Bu! Kenapa kau baru pulang di jam segini, dan apa yang sebenarnya terjadi antara kau dengan pria bertopeng itu, seberapa besar hutang yang kau pinjam darinya?" Tanyaku bertubi-tubi,
"CK..... Asal kau tahu uang yang aku pinjam darinya satu million dollar, bagaimana apa kau sanggup untuk melunasinya?" Ucap ibuku dengan tatapan bencinya padaku,
"A...APA? Bu tapi.... Untuk apa uang sebanyak itu dan kau pakai untuk apa Bu?" Tanyaku meninggikan suara.
Aku tidak menduga ibuku akan meminjam uang sebanyak itu dari orang aneh seperti yang aku lihat di bar, aku sangat kecewa dan kesal kepada ibuku juga bingung memikirkan bagaimana caranya agar bisa melunasi hutang sebesar itu.
"Sekarang bagaimana kita bisa melunasinya, bahkan jika menjual rumah ini, itu tetap tidak akan cukup" ucapku mulai merasa resah,
"Tenang saja Klara, ibu sudah menjadikan Kirei sebagai jaminan, sehingga dia yang akan melunasi semuanya dan ibu akan menyerahkan dia kepada tuan Arfanka besok" ucap ibuku dengan santainya,
"IBU! Gila, kau sungguh sudah gila, bagaimana kau bisa tega menjadikan Kirei yang masih berusia 14 tahun untuk menjadi jaminan semua hutangmu, bahkan dia tidak pernah merasakan uang yang kau pinjam itu, kenapa harus dia yang menjadi jaminan nya?" Bentakku tidak terima,
"Jika bukan dia siapa lagi, apa kau hah? Kau mau menggantikan dia sebagai jaminannya, iya? Kenapa kau diam, ayo jawab?" Ucap ibuku membuatku sangat kesal,
"Jika kau tidak mau, ya sudah diam dan jangan ikut campur apapun. Ibu akan membawanya besok dan semua hutang akan lunas" jawabnya dengan santai lalu masuk ke dalam kamarnya.
Aku jatuh terduduk di lantai dengan perasaan yang tidak menentu, sampai tidak lama Kirei terbangun dan dia menghampiriku, wajah polosnya dan senyum manis miliknya aku sungguh tidak tega membiarkan dia dijadikan jaminan untuk melunasi hutang oleh ibuku, belum lagi usianya yang masih sangat kecil, masih harus sekolah dan bermain dengan teman-teman seusianya bukan harus terperangkap dengan orang kejam seperti tuan Arfanka itu.
Meski aku tidak mengetahui dengan benar seperti apa tuan Arfanka ini, namun aku bisa tahu hanya dengan mendengar suara dan prilakunya saat dia menertawakan aku yang bertengkar dengan ibu di bar tadi.
"Kak....kau baru pulang ya, kenapa duduk di bawah pintu kamar ibu?" Tanya Kirei dengan matanya yang dia kucek pelan,
"Kirei sejak kapan kau terbangun, ayo cepat kembali tidur ke kamarmu, kau harus sekolah besok" ucapku sambil segera mengantar Kirei ke kamarnya.
Aku sangat cemas dan takut Kirei mendengarkan ucapan ibu sebelumnya, aku tidak ingin dia terganggu dengan hal itu, usianya belum cukup jika harus mendengar hal menyakitkan seperti ini, jangankan Kirei yang masih berusia 14 tahun aku saja yang sudah sebesar ini masih tidak bisa menerimanya.
Aku pergi membawa Kirei tidur ke kamarnya dan mengusapi kepalanya dengan lembut hingga dia kembali tidur, dan aku juga ketiduran di kamarnya, memeluk Kirei dengan sangat erat dan aku tidak ingin kehilangan malaikat kecil sepertinya.
Sampai ke esokan paginya aku sangat berat sekali untuk pergi berangkat bekerja karena aku sangat takut ibu akan membawa Kirei pergi di saat aku tengah bekerja nanti, sehingga aku memilih untuk mengambil cuti dahulu dalam semua pekerjaanku termasuk bekerja di mini market dan cafe.
"Kak kenapa kakak masih di rumah, apa kakak tidak bekerja?" Tanya Kirei dengan polosnya,
"Hari ini kakak akan di rumah menunggu Kirei, setelah kamu pulang sekolah kakak akan mengajakmu pergi berjalan-jalan, bagaimana?" Ucapku membohonginya,
"Eum....baik kak, aku tidak sabar untuk segera kembali" ucapnya tersenyum hangat.
Dia pergi ke sekolah bersama beberapa temannya yang lain dan ku lihat ibu masih tertidur di kamarnya, aku tidak bisa merasa tenang dan segera mencari tahun tentang tuan Arfanka yang memakai topeng tersebut di internet.
Dan betapa kagetnya aku ketika mendapatkan informasi yang sangat banyak mengenai tuan Arfanka tersebut, dikatakan bahwa dia adalah seorang CEO dari perusahaan paling besar dan berpengaruh di negara ini, tidak hanya itu dia juga seseorang dari dunia bawah yang memiliki kekuatan luar biasa dalam bisnis.
Masalah dia yang sering meminjamkan uang juga terpampang jelas dalam blog pemberian tersebut, dan informasi mengenai semua pelayannya yang tidak pernah dia bayar karena melunasi hutang padanya itu juga tertera disana sangat jelas.
Mataku terbelalak lebar dan aku tidak terima ibu menjadikan Kirei sebagai pelayan di rumah tuan Arfanka yang kejam dan bengis itu, aku langsung pergi menemui ibu di dalam kamarnya yang saat itu dia sudah bangun dan berpakaian rapih entah akan pergi ke mana.
"Brakk....." Suara pintu yang aku buka dengan kasar,
"Ibu, mau kemana kau sepagi ini?" Tanyaku kepadanya secara langsung,
"Tentu saja ke perusahaan tuan Arfanka untuk memberikan data tentang Kirei, jika dia menyukainya ini akan menjadi kesempatan bagus bagi keluarga kita, pagi jika sampai Kirei bisa naik ke ranjangnya, kita akan mendapatkan banyak uang" ucap ibuku dengan senyum licik dan menjijikan di wajahnya.
"Ibu, kau benar-benar tidak memiliki hati, apa kau tidak menyayangi aku dan Kirei? Setidaknya jika kau tidak menyayangi kami tolong jangan perlakukan Kirei seperti itu cukup akulah yang kau sengsarakan jangan Kirei!" Bentakku kepadanya.
"Jangan banyak omong kosong Klara ibu kan sudah bilang padamu, jika kau tidak mau menggantikan Kirei maka diamlah" balas ibu sambil berjalan melewatiku.
Aku tidak bisa diam saja dan juga tidak berpikir panjang saat itu, di pikiranku aku hanya takut Kirei akan kehilangan masa mudanya aku takut dia akan hancur lebih cepat karena dia sangat rapih dan masih sangat muda, aku berlari mengejar ibu dan menahannya dengan cepat.
"Tunggu Bu, tolong jangan korbankan Kirei, biarkan aku saja yang menjadi pelayan di rumah pria itu, dan kau lepaskan Kirei" ucapku mengorbankan diri sendiri.
Ibu berbalik dan tersenyum kecil kepadaku, dia pun langsung menarik tanganku dan membawa aku pergi menuju perusahaan besar milik pria kejam itu.
Sepanjang perjalanan aku sungguh merasa kesal dan terus berontak kepada ibu karena sebenarnya aku sendiri juga tidak ingin menjadi bahan taruhan untuk ibu dan harus memberikan diriku sendiri untuk membayar atas apa yang ibuku lakukan, aku berusaha berontak dari ibuku dan ingin kabur dari sana.
Namun ibu memegangi tanganku dengan kuat dan dia terus saja mendorong aku dan memaksaku untuk masuk ke dalam perusahaan yang sangat besar itu, hingga dia langsung membawa aku ke sebuah ruangan yang besar bahkan bisa di katakan itu adalah ruangan paling besar di tempat tersebut, ibu menyeret aku seperti sebuah barang yang tidak berguna dan melemparkan aku ke lantai begitu saja hingga aku jatuh tersungkur dan lututku sedikit tergores.
"Aaahhhh......" Suaraku yang meringis sakit dan jatuh ke lantai hingga kepala juga mengenai kaki seseorang yang saat itu tengah menyilangkan kakinya dengan santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments