Keesokan harinya seharian suamiku dirumah, setelah Ashar kamipun menuju ketempat penjual kambing seperti yang sudah kami rencanakan sebelumnya, sampai di sana banyak kambing yang kami lihat tapi setelah di tanyakan harganya bajet uang yang kami punya tidak cukup, namun ada dua ekor kambing betina yang masih dara katanya minta enam ratus ribu kami tawar lima ratus pun Ndak di kasih akhirnya kami deal dengan harga lima ratus lima puluh ribu kambing dua.
Setelah kambing sampai rumah kami bingung karena belum punya kandangnya, dan untung saja ada kayu dan genteng bekas, dan akhirnya kami bikin kandang kambing itu sendiri di bantu oleh kakek, kami tidak menyuruh orang lain untuk bikin kandang kambing karena selain biaya yang tidak ada sekalian untuk belajar bikin ibaratnya rumah kecil, biarpun tiangnya dari bambu tapi Alhamdulillah kuat juga karena bambunya selain sudah tua juga besar.
Seminggu sudah kami membuat kandang kambing itu dan akhirnya selesai juga, setelah itu setiap hari setiap sore ada kerjaan baru untuk aku yaitu ngaret untuk ngasih makan kambing alhamdulilah di kebun kakek banyak pohon-pohon yang daunnya bisa di gunakan untuk ngasih makan kambing, biasanya aku juga nyari ke sawah karena kebetulan di daerahku banyak sawah yang di tanami jeruk dan setiap kebun jeruk di pagar dengan pohon bunga sepatu, maka ujung daun sepatu itulah yang aku ambil sekalian untuk merapikannya juga .
Sudah dua hari suamiku tidak kerja katanya tidak ada bahan karena orang banyak yang pesan almari dan bufet, sedangkan untuk meja kursi kurang jadi bosnya hanya belanja pesanan orang itu tadi.
Suatu sore saat kami sedang nyantai di teras aku bertanya sama suamiku.
"Mas, emangnya belum ada kerjaan ya di mebel?" aku
"Belum ada bahan adapun cuma sedikit dan itupun cum orang-orang yang membetulkan tempat duduk kursi yang sudah rusak, dan lek Holil pun Ndak ada nyuruh aku bantu, ya terpaksa aku Ndak kerja dulu." suami
"Mas kita main ketempat lek Edi yuk ke dusun sebelah" ucapku aku
"Ngapain kesana pasti orangnya lagi sibuk ke sawah" ucap suamiku
"Ya kalo sore kan pasti ada pasti udah pulang dari sawah" aku
"Ayolah sudah lama juga kita Ndak main kesana" ucapnya.
Akhirnya kamipun bersiap ketempat paman yang di dusun sebelah, pamanku ini adalah adik sepupu dari bapak aku, entah kenapa suami aku lebih nyaman kalo berkunjung kerumah dia dari pada kerumah saudara kandung bapak.
Kamipun akhirnya sampai di rumah lek Edi, dan kebetulan lek Edi pun baru sampai rumah, dirumahnya ada satu anaknya yang perempuan sedangkan yang laki-laki masih main.
"Tumben sore-sore main kesini" ucap paman.
"Iya lek, bosen dirumah terus Ndak ada kerjaan" ucap suamiku
"Gimana kerjaan di mebel lancar?" tanya paman.
"Heh... itu dia lek kerjaan di mebel lagi sepi, karena orang banyak pesan almari dan bufet sedangkan untuk meja kursi kurang.
"Jadi sekarang lagi Ndak kerja" tanya paman.
"Ya begitulah lek mau bagai mana lagi, lagi Ndak ada kerjaan" ucap suamiku.
"Kamu mau Ndak menjualkan cabe punya aku?, ya nanti kamu aku kasih dua puluh lima rupiah perkilo kalo kamu bawa banyak kan lumayan hasilnya." ucap paman.
"Memangnya kapan mulai panen cabe nya lek? tanya suamiku.
"Mungkin dua hari lagi mulai panen dan ini panen pertama" kata paman
"Baiklah paman aku mau besok aku akan tanya kawan aku yang biasa jualan di pasar dia mau apa tidak sambil nyari harga yang cocok" ucap suami aku.
Obrolan kamipun berlanjut sampai Maghrib, setelah selesai sholat Maghrib kamipun pamit pulang.
Keesokan harinya suami aku ke pasar, dia menemui teman sekolah SMP nya yang berjualan di pasar tersebut, dan untuk mencari tau harga cabe besar.
Setelah mengetahui harga pasar suami aku sore langsung ke tempat paman dia membahas soal harga dan kompensasi yang akan di berikan kepada suami aku, akhirnya paman pun setuju dengan harga yang di ajukan sama suami aku.
Semenjak suami aku tidak kerja di mebel lagi karena mebel pesanan untuk barang meja dan kursi suamiku mencoba untuk berdagang ya walaupun itu tidak setiap hari terkadang dua hari sekali, karena cabe paman dua hari sekali panennya, dan kadang jika ada buah Salak udah tua diapun menjual buah itu seperti biasa.
Namun namanya juga tanaman, cabe merupakan tanaman yang tidak tahan hidup dalam waktu lama hanya beberapa bulan akhirnya tanaman itupun harus di ganti dengan Tamanan baru
Ya, beberapa bulan mencoba dengan berdagang, lama-lama juga berhenti karena bahan jualan yang sudah tidak ada lagi, sementara di mebel jika ada borongan kursi pun kawan suami tidak memanggil suamiku, ya, kami sih maklum karena dia juga memerlukan biaya yang cukup banyak dengan keperluan rumah tangganya sendiri, sedangkan dia harus menghidupi istri dan kelima orang anaknya, sedangkan tulang punggung hanya dia seorang.
Setelah mamak pula dari Kalimantan kami tetap tinggal di rumah mamak, ya memang sih kakek dan nenek suamiku tinggal sendiri tapi kenapa kami tidak tinggal di sana saja? ya , karena rumah nenek dan kakek mertua aku gandeng dengan rumah mertua sama bibik, di sana termasuk padat rumah tidak seperti di tempat orangtuaku masih jarang sekali rumah di sana.
Suatu hari mamak bilang jika mamak mau menyewa sawah kebetulan sewanya murah kata mamak, orangnya minta dua ratus lima puluh setahun tapi tanahnya kurang bagus mangkanya murah katanya, jadi mamak nyewa selama dua tahun.
Ya kami tinggal di rumah mamak karena kami mau bantu mamak mengerjakan sawah itu, karena memang bapak tidak ada di rumah bapak udah lama tidak pulang karena beliau mengurus kebun kalau yang ada di Sulawesi, jadi mamak merawat kakek dan nenek sendiri di Jawa, biasanya bapak setahun sekali pulang ke jawa jika hasil kakaunya bagus.
Di Sulawesi bapak tidak sendiri banyak saudara sepupu mamak juga tinggal di sana karena waktu tahun seribu sembilan ratus delapan puluh lima mereka ikut transmigrasi kesana. ya, walaupun jarak rumah mereka tidaklah berdekatan tapi masih ada keluarga di sana.
Waktu pun berlalu dengan cepat, sawah yang di sewa mamak pun akhirnya sudah mulai kuning padinya namun sayang padi yang berada di petik pertama kurang bagus karena anak padi yang tidak bisa banyak. entah mungkin karena tanahnya yang memang kurang subur karena posisi tanah itu lebih tinggi dari pada petak-petak sawah yang lain, diakali panen di petak yang itu selalu gagal.
Hasil panen waktu itu kami jual tapi tidak semua, kami menyisihkan padi sekiranya cukup untuk makan selama empat bulan ya... sekitar sembilan karung padi kering sisanya kami jual untuk mengembalikan modal.
Musim tanam selanjutnya kami tidak lagi menanami sawah itu dengan padi tapi kami menanaminya dengan tanaman lain maksud hati siapa tau hasilnya lebih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments