Bab : 3

Aku bingung harus bagai mana lagi aku cari uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ya memang aku tak pernah minta uang belanja sama suami, jika di kasih ya aku terima jika tidak di kasih ya aku tidak minta begitulah aku.

Pekarangan rumah kakek Lo lumayan luas selain pohon kelapa ada juga pohon rambutan, manggis, pisang dan salak, namun semua itu tidak bisa aku andalkan karena pohon kelapa jika panen hasilnya di pegang sama nenek, begitu juga rambutan dan manggis tapi kedua pohon itukan musiman setahun sekali baru ada hasilnya.

Hari-hariku aku lalui dengan merawat pohon salak yang lumayan banyak hampir separuh tepi dari kebun pekarangan rumah kakek di tanami pohon salak dan Alhamdulillah sudah berbuah, aku coba bawa ke sekolahan jika ada yang masak ya Alhamdulillah jika laku.

Akhirnya laku juga salak yang aku jual Alhamdulillah dapat uang ya walaupun tidak banyak. suatu hari saat pulang bekerja suamiku bertanya sama aku.

"Dek, buah salaknya banyak kah?" tanyanya.

" Lumayanlah mas, ada apa? tanyaku.

"Aku Ingin jualan kue tempat Abang di di sana lumayan harganya" kata suamiku.

"Emangnya kamu Ndak capek mas? pulang kerja jualan ke sana, bukan dekati lo tempat Abang kerja itu" ucapku.

"Ya nanti aku jualannya waktu hari libur kerja , atau saat gajian pasti ramai" ucapnya.

"Tapi nanti kita pilih yang A, B ,C, nanti harganya bisa kita bedakan" ucapnya.

Ya, suamiku memang otaknya cerdik sebenarnya, dia pintar mengambil kesempatan untuk cari rejeki, namun yang sering membuat aku jengkel, dia jika sudah tidur susah di bangunin, kerjaan kalo ndk di kasih tau ya Ndak tau kerjaan itu harus di apakan. Sebenarnya dia lincah cari rejeki tapi sayangnya pelitnya minta ampun.

Namun aku tak pernah protes, akupun tak pernah ngeluh di depannya. aku Nerima apa yang dia kasih ke aku dan aku tak pernah menuntut apa apa darinya.

Saat dia pulang dari kerja dia berkata padaku.

"Dek lusa, tempat Abang gajian, kalo ada buah salaknya besok coba kamu panen ya, jadi lusa sepulang kerja biar aku bawa ke sana." ucapnya.

"Iya mas", jawabku "Mas, aku ingin beli kambing siapa tau nanti bisa jadi banyak kambingnya kan lumayan" kataku pada suami.

"Memangnya ada uang? terus siapa nanti yang akan nyarikan makan?" tanyanya.

"Memangnya kambing berapa sih mas satu ekornya?" tanyaku sama suami aku.

"Ya, macam-macam biasanya kalo yang perempuan lebih mahal, memang ada duit untuk beli kambing?" tanyanya lagi

"Ada sih tapi entah cukup apa tidak duitnya" ucapku.

"Dapat duit dari mana kamu?" tanya dia.

"Di kasih mamak waktu mamak mau berangkat ke kali mantan, katanya sih untuk uang belanja, tapi dari pada habis gitu aku kepingin beli kambing" ucapku.

"Memangnya di beri berapa sama mamak?" tanyanya.

"Lima ratus ribu, cukup Ndak ya?" tanyaku.

"Ya, kita cari saja dulu kambingnya, nantikan bisa ditawar" ucapnya.

"Terus kapan kita akan cari kambingnya mas?" tanyaku.

"Ya nantilah kalo aku libur kerja, biasa Minggu aku kan libur, kita bisa langsung ketempat blantik kambingnya" ucapnya.

"O iyalah" ucapku kemudian kamipun berbincang kegiatan yang kami lakukan sebelumnya dan bercerita kesana kemari.

Akhirnya pagi pun tiba, setelah semua pekerjaan rumah selesai dan suami aku berangkat kerja akupun mulai kekebun untuk mencari salak yang sudah masak untuk di jual suami aku nanti sore.

Sambil membawa anak, aku mulai memilih buah salak yang telah siap panen, aku berhenti memanen buah salak saat anak aku mulai rewel minta pulang.

"Buk, ayo ayek ( buk ayo balek/ pulang)"

"Lo ngapa kok pulang?, ibuk belum selesai manen salaknya"

"Ayek buk ( balek buk) Yayu di otot mamuk ( Bayu di cokot/ gigit nyamuk)" katanya

" O... di cokot nyamuk anak ibu?"

"Eh.." sambil mengangguk

"Iyo ayo balek, tapi neng omah Bayu Karo Mbah yut Yo, ibuk kape nggoleki salak kape di solo Karo ayae Ben entuk Duwet, kenek di gawe tumbas jajan (iya Ayo pulang, tapi dirumah sama Mbah buyut ya, ibuk mau nyari salah mau di jual sama ayah biar dapat duit, bisa buat beli kue)"

"He eh"

Sesampainya di rumah aku mencari kakek, karena anak aku lebih suka main sama kakek buyutnya dari pada dengan nenek buyutnya. Setelah aku menemukan kakek aku lalu minta tolong sama kakek untuk menjaga anak aku sebentar.

"Mbah Nang, Kulo titip Thole sekedap nggeh, wau rewel nedi wangsul, teng kebun di cokoti nyamuk larene wau, Kulo dereng mantun mendeti salak (kakek, saya titip ana saya sebentar ya, tadi rewel minta pulang,di kebun di gigit nyamuk anaknya tadi, saya belum selesai ngambil salak" ucapku sama kakek.

"O iyo, kene Thole Ben Karo aku ( o iya, sini anakmu biar sama kakek)" ucap kakek.

Setelah menyerahkan anakku sama kakek akupun melanjutkan untuk memetik buah salak (Thole \= sebutan untuk anak laki-laki). Akhirnya sekitar jam sepuluh lewat akupun sudah selesai memanen buah salak, kemudian langsung aku bawa pulang dan aku bersihkan.

Kemarin waktu ngobrol sama suami aku dia bilang jika buah salaknya suruh dipisah yang besar, sedang, dan yang kecil, akhirnya akupun memisahkan buah salak itu sesuai ukurannya. kebetulan waktu itu aku dapat sekitar sebelas kilo.

Setelah selesai memisahkan buah salak sesuai ukuran kemudian aku mulai menimbangnya sekilo-sekilo dan mendapatkan hasil yang besar empat kilogram, yang sedang dapat empat kilo dan yang kecil dapat tiga kolo lebih sedikit, dan sisanya itu di makan sendiri.

Jam empat sore akhirnya suamiku datang dari kerja, ya karena di mebel dia bekerja biasanya jam tiga sore baru pulang kerja karena jarak rumah aku dan tempat dia kerja cukup jauh ya wajar jika dia sampai di rumah jam segitu walau biasa agak awal juga karena kerjaan suamiku di mebel itu termasuk borongan bukan harian. jadi ya biasa kalo Ndak ada bahan yang di kerjakan ya libur.

Sesaat setelah sampai rumah diapun segera menanyakan buah salaknya sudah siap apa belum.

"Dek, salaknya udah di bungkus sesuai ukurannya kah"? tanya suamiku.

"Sudah mas? jawabku.

"Kalo gitu masukkan karung yang beda ya biar Ndak keliru ngasih harga nanti" ucapnya.

"Iya mas" ucapku, lalu akupun memasukan karung yang berbeda untuk buah salak yang berbeda.

Setelah selesai akhirnya suamiku berangkat dengan mengendarai motornya, setengah lima sore dia mulai jalan untuk menjual buah salak itu tujuannya adalah perumahan perkebunan yang di tempati abangnya karena dekat dengan kantor dan dia akan menjual buah salak itu ke perumahan disitu karena pasti orang sana udah pada gajian.

Karena jarak yang di tuju suami aku lumayan jauh wajar jika dia pulang malam , sekitar jam tujuh lewat tiga puluh menit akhirnya dia sampai juga di rumah, aku bernafas lega melihat dia pulang dengan keadaan sehat tanpa kurang satu apapun. karena yang aku khawatirkan saat dia diperjalanan, dengan keadaan jalan yang ramai membuat hatiku selalu merasa tidak tenang jika dia jalan jauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!