...Cerita bersifat fiksi / karangan semata, apabila terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan saja....
...Sebelum baca silakan klik like, 'vote' dan comment di akhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya orang lain....
...Terima kasih,...
...Selamat membaca....
..._________________________________________...
...K a k e k...
..._________________________________________...
...__________________________...
...___________________...
...___________...
...______...
...___...
..._...
"Bisakah kau tetap mengikuti ku?" Reva menoleh. Wajah Davian berada tepat sangat dekat dengannya. Terlihat gurat jengah, Davian harus berjalan kembali ketika menyadari Reva tidak mengiringi langkahnya.
Pasti Reva terjebak dalam ruang yang diciptakan sepupunya.
Davian mendekat, berbisik—tepat disamping telinga Reva.
"Jangan terpengaruh akan keberadaannya..." gumamnya. Reva menelan saliva, perasaannya sedikit gugup. Tak ingin mengetahui lebih lanjut; Reva hanya mengangguk. Davian berbalik; kembali melenggangkan kaki.
Reva mengikuti tepat dibelakang Davian. Menyisiri lorong panjang dengan dinding penuh lukisan—potret-potret wajah banyak terlihat meski bentuknya kadang tak jelas.
Benar-benar unik.
Dan sedikit menakutkan. |
Cukup lama mereka berjalan, suatu kamar diujung ruangan—ketika menaiki tangga disayap kanan terlihat. Daun pintunya berwarna coklat. Berbahan kayu dengan serat-serat dalam yang terlihat indah.
Davian membuka kenop pintu itu. Mereka masuk. Tanpa suara. Reva melihat sosok pria paruh baya duduk menyandar dikepala ranjang; terpejam dengan posisi setengah terduduk.
Baru saja Davian ingin membuka mulutnya yang terkunci, suara dengan nada pelan dan terdengar bijaksana muncul.
"Kakek... tidak tahu kalau kau memutuskan menikah Davian..." ucapnya. Reva melihat sosok itu membuka mata. Warna hazel yang jauh lebih pekat terlihat, lirikannya pelan sarat akan rasa intimidasi.
Reva kembali menelan saliva; susah payah.
"Huh!" Davian mendengus. Dia terlihat tidak terpengaruh sama sekali. Lelaki itu mengacak-acak rambutnya.
"Bukan seperti itu kek... " terang Davian. Sang Kakek melarikan pandangan menuju cucu laki-lakinya. Tertarik mendengar lebih lanjut.
"Saya tidak mengerti, tapi gadis ini tiba-tiba bisa memasuki ruang dimensi milik saya kek..."
Reva lumayan dibuat terkejut. Ternyata Davian bisa berbicara sopan dengan nada halus.
"Ho~" Kakek Davian beroh ria.
"Ternyata kau bisa ceroboh juga Davian..."
"Tidak kek?! Gerbang dimensi—jelas sekali terkunci, kehadirannya terasa ketika menyentuh titik terdalam saya. Rangsangan aneh muncul... ketika saya bawa kembali; efek samping terjadi..." terang Davian. Sang kakek terdiam sejenak; mencoba mencerna setiap kata.
Reva yang mendengar hanya bisa diam. Tak ada satu bait pun kalimat yang dia mengerti.
"Saya mencoba menghapus ingatannya, tapi sepertinya gagal... alhasil tanpa kami sadari—penglihatan kami justru selaras..." tambah Davian lagi.
Sang kakek mengangkat tangannya menuju dagu; mengelus kecil janggutnya.
"Nak... kemarilah..." ucapnya memberi keputusan setelah lama berpikir.
Ucapan yang ditujukan pada Reva. Ragu—gadis itu mendekat; cukup dekat hingga kakek Davian bisa melihatnya dengan jelas.
Manik hazel itu bertemu dengan gelapnya kelam. Reva seolah diteliti dalam diam.
"Benar-benar indah..." aju sang kakek.
Warna hazel milik kakek Davian terlihat sedikit menyala. Reva mulai merasa gelisah. Tekanan apa ini?
Kenapa rasanya—menakutkan!
"Davian, kau harus menjaganya..."
Kepala Reva terasa pusing. Penglihatannya mulai kabur. Ada apa ini?!
Pijakannya oleng, membentur tubuh Davian.
"Dia sangatlah istimewa~"
Lalu terjatuh diatas lantai marmer yang dingin.
...***...
Tes...
Reva menarik beberapa tisu lalu meletakkannya dibawah hidung. Darah lagi-lagi mengalir tanpa seizinnya. Pandangan Reva tepat tertuju pada dinding bangunan. Catnya biru langit dengan motif bunga mawar.
Tangan yang bebas—mencengkram kuat ujung selimut. Melempar asal tisu yang penuh jejak mimisan ketempat sampah ketika sudah penuh. Reva membuang napas. Sudah 3 hari dia terbaring dikamarnya.
Aktivitas terakhir yang dia lakukan adalah kerumah kakek Davian. Reva jadi teringat beberapa kejadian.
"Dengar, aku tidak menyukai mu—"
"—bagitu juga sebaliknya" ucapan Davian seolah terngiang. Reva menunduk. Selimutnya ternyata terkena noda darah.
"Sebelum aku menemukan cara untuk melepaskan ikatan ini, ku harap kau menjauhi kegelapan..."
Reva diam. Mengunci rapat mulutnya. Maniknya hanya mampu membalas tatapan arogan milik Davian. Angin sore berembus, menyapu geli sela tubuh mereka. Davian menjentikan jari; benda hitam melahapnya—membawa pergi sosok bersurai coklat itu, meninggalkan Reva. Berdiri tepat membelakangi rumahnya.
Sebelum benar-benar menghilang. Reva mampu membaca sebuah gerak samar dari bibir Davin.
"Kau hanya beban untuk ku, jadi jaga diri mu dengan baik..."
"Haha..."
Rasanya Reva ingin tertawa. Itulah akhir dari pertemuan mereka.
Ditutup dengan pernyataan konyol. |
"Tch!"
Darah kembali mengalir dihidung Reva.
Sial.
...***...
...Tbc......
...Jangan lupa Vote, like dan comments......
...Terima kasih,...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
bintang julianti_
hai ka salam kanal dari 'dia yang tak bisa ku gapai'😊😁
2020-12-11
0
IG👉Salsabilagresya
semangatt terus kak
2020-11-18
1
Firchim04
semangat kak 😊
Salam dari "Suamiku Adik Kelasku" dan "Menikahi Om Sendiri"
2020-10-21
1