...Cerita bersifat fiksi / karangan saja, apabila terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....
...Sebelum baca silakan klik vote, like dan comments di akhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya orang lain....
...Terima kasih,...
...Selamat membaca....
..._________________________________________...
...W a n i t a—A n e h...
..._________________________________________...
...__________________________...
...___________________...
...___________...
...______...
...___...
..._...
Beberapa mahasiswa mulai beranjak dari tempat mereka duduk. Kelas hari ini usai, waktunya kembali kerumah masing-masing dan menyambung aktivitas lainnya disisa waktu yang ada. Reva merapikan buku dan alat tulisnya—memasukan kedalam tas berukuran sedang miliknya.
Kian duduk tepat disamping Reva. Warna hitam layaknya panda terlihat dibawah matanya. Reva bertanya; apa yang terjadi pada Kian. Tapi sayang, gadis itu tidak mendapatkan jawaban pasti atas kondisi Kian. Reva jadinya hanya mampu membiarkan Kian beristirahat dalam diam selama kelas berlangsung.
Suara langkah kaki terdengar.
Tap!
Tap!
Tap!
Memasuki ruang kelas, berlawanan dengan arah jalan yang lain. Reva menoleh, sembari mengangkat tasnya menuju bahu. Bagitu juga Kian. Tertarik mencari tahu.
Lelaki dengan surai coklat dan mata hazel terlihat. Menghampiri sosok mereka—tepatnya sosok Reva. Raut wajah sedikit kesal tampak, entah apa penyebab dari ekspresi Davian itu.
"Ikut dengan ku..." ucap Davian, tertuju pada Reva. Gadis dengan manik kelam itu mengangguk kecil, tanda mengerti. Kian mengerutkan kening, bingung dengan situasi didepannya.
Sejak kapan dua insan ini akrab?
Apa yang dilewatkan Kian?
Padahal dia baru sehari menghilang?!
Kian melihat Reva siap beranjak. Karena tidak ingin
dirundung rasa penasaran, Kian mencegat. Menarik pergelangan tangan Reva dengan tampang—menuntut penjelasan.
"Mau kemana kalian?" Tanya Kian spontan.
Bukannya mendapat jawaban, Reva hanya tersenyum simpul. Melepas cegatan Kian lalu mengiringi langkah Davian. Kian tahu Reva itu sosok yang sedikit tertutup dan misterius, hanya saja! Bukannya ini sedikit keterlaluan? Hei aku ini teman mu! Jika Kian boleh memaki.
Tak ingin merasa putus asa, Kian mencoba menyusul mereka. Keluar dari pintu kelas. Harapan dapat melihat punggung Reva menghilang— bersama kosongnya lorong panjang didepannya.
Hah?
Kemana perginya mereka?!
Pikir Kian, bertanya-tanya akan keberadaan Reva.
Sayang, hanya angin kosong yang sudi menjawab Kian.
...***...
Reva menatap punggung Davian, lelaki itu berjalan mendahuluinya. Tidak jauh; hanya berjarak 3 meter. Dalam diam, Reva teringat akan kejadian kemarin.
Sebuah pernyataan tanpa titik terang.
"Dengar! Aku juga tidak tahu jelasnya seperti apa... tapi singkatnya seperti itu..." ucap Davian kemarin. Seakan tidak puas, Reva menuntut keterangan lebih kompleks lagi.
Lelaki itu mengacak-acak surainya. Terdengar dengusan kesal. Reva pikir jika Davian berkata jujur—lelaki ini juga tidak terlalu mengerti. Dia hanya berucap apa adanya.
Baiklah Reva menyerah.
"Jika kau ingin tahu jelasnya—" tutur Davian, memberi jeda diantara kalimatnya. Dia menatap manik hitam milik Reva.
"—ikut dengan ku besok,"
Reva diam dengan sejuta rasa penasaran.
"Kita akan bertemu kakek ku." ucap Davian.
Reva mencoba membulatkan maksud dari kalimat Davian. Sepertinya kakek dari pemilik manik hazel ini mengetahui sesuatu. Tanpa berpikir panjang, Reva mengangguk.
Davian bersyukur Reva bukan sosok wanita merepotkan. Lelaki itu membuang napas lega.
"Baiklah, sekarang kita pulang..." ujar Davian tiba-tiba. Reva setuju, rasanya cukup lama mereka tertahan disini. Tapi kejadian aneh terlihat.
Davian mengangkat tangannya. Menjentikkan jarinya.
Keadaan menjadi gelap.
Beberapa detik kemudian, pemandangan lain terlihat.
Mata Reva membola tak percaya. Bangunan yang tidak asing lagi bentuknya—sudah lebih dari 5 tahun Reva mendiaminya. Jika ditanya, Reva pasti akan dengan lantang menyerukan bahwa itu adalah rumahnya.
Bagaimana bisa?!
Horor!
Reva menoleh, Davian tepat disampingnya. Hazel itu meneliti bangunan tua didepan sana; rumah Reva.
Tawa remeh hadir. Manik yang seolah menyala itu turun. Pandangan mereka bertemu.
"Bertemu lagi besok..." gumamnya. Kembali menjentikkan jari. Sesuatu yang lebih pekat dari bayangan hadir—melahap tubuh Davian. Membawanya menghilang dari sana.
Rasanya Reva tidak ingin percaya, apa yang dia lihat dan saksikan.
Tapi... satu-satunya hal yang dapat menjawab semua keanehan ini adalah—
Kepercayaan.
.
.
.
.
.
Tanpa Reva sadar, mereka sudah sangat jauh dari kampus; jauh dari keberadaan kota. Entah Davian melakukan hal seperti kemarin—mengantarkan atau memindahkan posisi mereka dengan kekuatannya. Reva tidak tahu.
Yang bisa Reva lihat hanyalah pepohonan tinggi. Jalan yang menanjak. Lalu sebuah bangunan besar didepan mereka. Bahannya dari kayu, dengan ukiran serta pahatan klasik—menambah nilai estetik.
Reva menebak-nebak; itulah tujuan mereka. Gadis itu kembali berjalan mengiringi Davian. Gerbang besar diluar bangunan terbuka—mempersilakan mereka masuk. Dari jauh, sayup-sayup Reva melihat. Sosok wanita tengah menunggu diujung sana.
"Aku tidak tahu kalau kau memutuskan untuk menikah?" Ucapan bernada tanya terdengar begitu Reva dan Davian sampai keposisinya.
Lelaki bermanik hazel itu mendesis kesal, seolah tidak suka atas pernyataan itu. Reva sekarang yakin kalau Davian itu aslinya temperamental.
"Dimana kakek?!" Tanya Davian. Mengabaikan pertanyaan yang diajukan padanya. Wanita itu tersenyum remeh.
"Ada di kamarnya..." sahut wanita itu. Tanpa basa basi, Davian melenggangkan kaki—pergi dari sana menuju satu tujuan.
Reva mengikuti.
Sesekali dia melirik—melihat, sosok itu mulai menaruh minat padanya. Senyum remeh berubah menjadi senyum lebar; bahkan matanya seolah ikut tersenyum.
Aneh.
Ada apa dengan wanita itu?
"Bagaimana bisa, sosok istimewa seperti mu jatuh ketangan Davian~"
Reva merinding, dia menoleh cepat setelah mendengar bisikan—nadanya sangat rendah tepat ditelinganya. Alih-alih mendapat pelaku dari bisikan itu; Reva malah disambut dengan ketidak hadiran sosok tadi.
Wanita itu menghilang?!
Menyisakan hawa dingin disekitarnya.
...***...
...Tbc......
...Jangan lupa Vote, Like dan Comments......
...Terima kasih,...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Ilham Rasya
jejak thor
2020-08-28
1
Poppy Yanni
nyicil like
2020-08-28
0