...Cerita bersifat fiksi / karangan semata, apabila terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan saja....
...Sebelum baca silakan klik 'like' dan comment di akhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya orang lain....
...Terima kasih,...
...Selamat membaca....
..._________________________________________...
...G e l a p...
..._________________________________________...
...__________________________...
...___________________...
...___________...
...______...
...___...
..._...
"Argh..." Reva mengerang. Mencoba membuka matanya. Penglihatan Reva sedikit kurang fokus ketika seberkas cahaya memaksa masuk. Beberapa detik berkedip; berharap pandangannya kembali normal.
"Kau sudah sadar?"
Titik fokus mata Reva kembali berbarengan dengan pertanyaan yang diajukan seseorang padanya. Meski tidak mengenal secara mendalam, tone suara yang familiar itu. Reva melirik.
Davian duduk dengan tampang bosan disamping tempat Reva berbaring. Gadis itu sadar kalau mereka sedang berada di ruang kesehatan kampus. Reva mencoba bangkit—mengubah posisi menjadi duduk bersandar dikepala ranjang.
"Kau pingsan tadi..." terang Davian tanpa dipinta. Reva mengintip sedikit kearah jendela. Gelap. Rupanya sudah malam; dan mereka tertahan cukup lama di kampus.
"Jika kau merasa baikan, aku pulang..." ucap Davian. Reva menarik minat kembali kearah lelaki itu. Dia berdiri dari kursi, mengangkat tas lalu mengenakannya dibahu.
Tidak menunggu jawaban dari Reva, Davian berbalik. Siap melenggang pergi meninggalkan Reva diruangan itu.
"Tadi... itu apa?" Tiba-tiba Reva bersuara. Manik hitamnya menatap Davian dari kejauhan. Gerakan Davian berhenti tepat didepan kenop pintu. Dia melirik dari balik ekor matanya.
Hazel itu seolah bercahaya. Begitu mengintimidasi; seperti siap mencabik Reva kapan saja. Davian berbalik. Mulutnya terkunci rapat—matanya menatap lekat Reva.
Seolah penasaran.
"Bagaimana bisa kau ingat?" Aju Davian.
Lagi-lagi Reva tidak mengerti maksud ucapan lelaki bersurai coklat itu. Dia hanya mampu membalas tatapan Davian. Dalam keterdiaman; saling menatap—seolah meneliti satu sama lain.
Reva bingung. Beberapa detik berlalu, gadis itu tiba-tiba melihat hal janggal. Titik hitam aneh muncul di langit-langit ruangan—tak jauh dari posisi Davian.
Entah Davian tak acuh, ataukah dia tidak menyadari akan benda itu.
Rasanya,
Itu terlihat—Berbahaya? |
Deg?!
Hah?
Reva seketika berdiri, melompat dari ranjang tempatnya berbaring. Menggapai Davian. Lelaki itu terkejut, tubuhnya tertarik kedepan.
"AWAS!" Teriak Reva.
Titik hitam itu melebar—melahap sekitar. Bergerak dengan irama; seperti detak jantung yang konstan. Davian rasanya ingin memaki, tubuhnya nyaris oleng dan jatuh sedikit saja jika tidak mempertahankan posisi. Dia berbalik, menjumpai benda yang ditatap Reva.
Tunggu? Ditatap?!
Reva bisa melihatnya.
Tak ada yang bersuara, mereka berbicara lewat tindakan. Davian menarik balik Reva; menjauhi benda menggelikan itu. Tangan lelaki itu terangkat. Reva memperhatikan, Davian seperti menggenggam benda itu. Meremasnya kuat lalu benda itu meledak. Menghilang dalam udara.
Pemandangan ruang kesehatan kembali normal. Tidak ada satu benda pun yang berubah posisi, seolah yang tadi tidak memiliki dampak apapun dengan keadaan sebenarnya.
"KAU! KAU MENYELARASKAN PENGLIHATAN DENGAN KU KAN?!" Davian berteriak lantang setelah kejadian itu. Reva tidak mengetahui kalau lelaki ini cukup temperamental.
"Apa maksudmu sebenarnya?" Keluh Reva. Dia benar-benar perlu penjelasan dari pada teriakan. Wajah Davian memerah, perasaannya benar-benar kesal.
Mungkin ini adalah kejadian langkah, dimana Davian menjadi sosok yang teramat ceroboh. Dia berani jamin, Davian sama sekali tidak membuka gerbang miliknya. Lalu bagaimana caranya Reva bisa masuk begitu mudah? Hingga berbagi penglihatan?
ARGHH!!!!
Semakin dipikirkan semakin menyebalkan.
"Kau... sekarang kita berbagi takdir yang sama..." Davian berujar.
Hah?
Takdir?
Reva dan Davian?
Tunggu!
"Bisa tolong jelaskan dengan bahasa yang aku mengerti!" Pinta Reva. Rasanya sedikit panik dan kesal. Sampai ini dia sama sekali tidak mengerti sepatah katapun.
Oh ayolah~
Davian menatap malas.
"Intinya seperti itu," ucapnya lagi.
"Mudahnya... kau dan aku sekarang memiliki ikatan... sebut saja—kita sudah menikah..."
"HAH!!!"
...***...
...Tbc......
...Jangan lupa Vote, like dan comments-nya......
...Terima kasih...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
May
mampir KK next up
feedback
2020-09-18
1
Ilham Rasya
hadir lagi
2020-08-28
0
MomZiee
lanjuut
2020-07-18
0