Bab 5

"Nah ini dia tempat kamu bekerja"

"Kalian semua kerja sama ya. Ini Rere anak baru disini jika dia kurang paham kalian ajari" Ujar Rio kepada 2 perempuan lainnya yang sudah bersiap membersihkan piring-piring yang kotor.

"Hallo mbak, nama saya Rere"

"Hallo Rere, sory ya kita tidak bisa salaman tangan kami sudah kotor, namaku Mira dan Dia Dinda" Seru mereka.

"Duduklah disana dan ambil kursimu dari sana kita akan mencucui piring yang kotor ini" ujar Dinda sambil menujukkan tumpukan kursi yang disusun rapi.

Rere mengambil kursi yang ditunjukkan dinda, duduk disamping Dinda. mencoba bertanya unutk melancarkan kerjaanya.

"Sudah berapa lama kerja disini mbak??" sambil mengsok piring kotor Rere membuka percakapan.

"Aku baru sebulan, Mbak Mira yang sudah lama disini" jawab Dinda.

"Wah.. Mbak Mira senior kita dong"

"Nggak juga, kalian jangan terlalu sungkan ya kita sama-sama kerja disini tidak ada yang namanya senior. Semua sama babu" jawab Mira.

"Ngomong-ngomong boss disini galak ya? Tadi saat bertemu aku diomeli padahal kami bertama kali bertemu"

"Katanya sih begitu, aku belum pernah bertemu dengannya"

"Dia itu galak, dingin dan tidak menerima kesalahan makanya karyawan disini gonta ganti, banyak yang dipecat hanya karena tawaran gaji makanya banyak yang berdatangan kesini" jawab Mira yang sudah tau sifat bossnya itu.

"Wah... Mbak Mira pasti hebat, makanya mbak lama disini ya?"

"Nggak juga, kalau bagian kita jarang sekali dia datang, pokoknya stock piring bersih jangan smapai habis dari rak dan jangan sampai piring-piring yang kita cuci hasilnya tidak bersih itu sudah cukup"

Dinda dan Rere mengangguk paham apa yang dikatakan oleh Mira, semakin lama pirring kotor semakin sedikit piring sudah habis dicuci dan kini giliran mangkok-mangkok kecil yang belum dibereskan.

"Re, kamu cuci alat makan ya biar kami yang cuci mangkok-mangkok ini. Takutnya nanti banyak konsumen dan alat makan kurang"

Lingkungan kerja yang nyaman teman kerja yang sependapat membuat pekerjaan baru terasa mudah, pekerjaan banyak akan terasa ringan.

Piring menumpuk berangsur habis dan kini tersisa beberapa piring kotor yang baru datang dari depan.

"Minum dulu saja, bentar lagi kita cuci piring ini" ujar Mira.

Dinda, Rere dan Mira bergegas dari tempatnya menuju tempat istirahat dimana disana sudah disediakan air minum.

Tidak disangka saat mereka sedang duduk Marvin datang kesana untuk melihat-lihat kondisi restorannya, sesekali ia menglap barang-barang tertentu dengan jarinya.

"Mira panggilkan kapten"

"Iya pak" jawab Mira lalu segera bergegas menuju kasir dari sana kapten langsung dipanngil untuk menemui Marvin.

"Sudah saya panngil pak" jawab Mirra.

"Ok" jawab Marvin singkat tanpa melihat lawan bicaranya.

Tidak berapa lama kapten yangdipanggil Mira sudah datang menghadap Marvin yang masih beridir ditempat. "Mengapa dinding ini kotor? Apa tugasmu disini mengapa hal sebesar ini tidak bisa kamu lihat dengan benar?"

"Maaf pak, itu mungkin tumpahan kuah yang tidak sengaja. Saya akan bereskan segera" jawab Kapten itu dengan takut takut jika dia akan ditendang dari restoran itu.

"Saya akan memaafkanmu kali ini, katakan pada yang lain untuk lebih teliti kalau bekerja dan kotor yang ada didinding ini saya tidak mau tau sejam lagii dinding ini sudah bersih seperti semula"

Setelah mengatakan itu Marvin langsung pergi. Marvin sosok laki-laki tampan yyang banyak dikagumi para kaum hawa tapi jika tau sikap dan sikapnya tentu kaum hawa akan mundur.

"Parah ya pak Marvin" bisik Rere.

"Sus.. Nanti pak marvin dengar" bisik Dinda.

"Kalian tidak perlu takut, selagi itu bukan salah kita, kemungkinan kita tidak akan kena marah. Lanjut saja minumnya istirahat 10 menit kita lanjut kerja ya" jawab Mira lalu mendudukan badannya dikursi kosong sambil memegang gelasnya yang sudah berisi air putih.

~~

Jam 9 malam telah tiba, masih ada beberapa ember lagi piring kotor tapi karena jam kerja sudah siap. Rere, Mira dan Dinda sudah bisa pulang dan akan dilanjutkan lagi esok hari bagi yang bekerja besok pagi.

"Rere, mau nebeng nggak? Dimana rumahmu?" Tanya Dinda.

"Tidak jauh dari sini. Aku jalan kaki saja pulangnya. Makasih ya dah mau kasih nebeng" jawab Rere.

"Ohh... Dekat ya? Yaudah naiklah kemotorku aku akan mengantarmu pulang"

Rere mencoba untuk menolak dan memutuskan jalan kaki, tapi sebanyak apa Rere menolak sebanyak itu pula Dinda memaksa Rere untuk naik. "Yaudah deh aku naik" jawab Rere pasrah lalu menaiki motor Dinda.

"Jangan seperti ini Marvin! Aku mengaku aku salah. Tapi mengapa nggak ada maaf untukku?"

Tidak jauh dari tempat Rere dan Dinda seorang laki-laki dan perempuan sedang bertengkar kecil.

"Tidak ada maaf bagimu, kamu telah menghianati cinta kita. Kau dan aku tidak ada lagi hubungan dan tidak ada lagi yang namanya baikan" kesal Marvin lalu masuk kedalam mobil dan menutup pintu mobil dengan keras.

"Marvin!!!" teriak sang perempuan sambil menangis sesunggukan karena sang kekasih marah besar padanya.

"Stop Stop! Ini gang rumah aku dan rumah aku masih masuk kedalam. makasih ya sudah anterin aku pulang!" ujar Rere kini ia sudah berdiri didekat Dinda dan sudah turun dari motor Dinda.

"Aku bisa nganterin kedalam. Tapi yasudahlah kamunya juga sudah turun, besok-besok aku antar kamu kedalam. Sampai jumpa besok ya. Bye..."

"Makasih ya, hati-hati dijalan" jawab Rere.

Rere kembali jalan kaki menuju rumah, gang yang ia lewati cukup gelap hanya beberapa lampu teras yang nyala, namun demikian tidak membuat Rere takut karena sudah biasa lewat disana dan yakin tidak ada orang jahat yang lewat.

"Baru pulang kak?" sapa Raina saat Rere baru masuk kedalam rumah.

"Kenapa belum tidur dek? Sudah jam sembilan lebih lho"

"Baru pulang kerja kk. ternyata ada tugas yang belum Raina kerjakan"

"Mau teh atau kopi"

"Teh aja kk"

Serba capek dan sibuk tapi tidak lupa untuk melengkapi satu sama lain membantu satu sama lain, itulah prinsip yang pegang kedua kakak adik itu.

Masih menggunakan seragam kerja Rere datang membawakan dua gelas teh dan meletakkan diatas meja. Raina masih fokus dengan tugas-tugasnya.

"Dek"

"Hmmm"

"Jangan sampai nilaimu turun gara-gara kerja ya! Kakak percaya padamu tapi tolong jangan kecewakan kakak"

Reina mengangkat wajahnya menatap wajah kuawtir sang kakak. "Kakak jangan kwartir. kalau aku tidak sanggup aku akan berhenti kerja kok kak. Kakak tenang saja semua akan baik-baik saja, sama seperti kakak kerja di dua tempat, maka tidak salah aku kerja satu tempat di saat aku tidak kuliah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!