Bab 4

Raina menggeleng "Tabungan kakak tidak seutuhnya tabungan, itu uang untuk kebutuhan kita sehari-hari, sedangkan uang SPP adek-adek sudah beberapa bulan menunggak, Raina takut kalau SPP mereka menunggak lebih lama lagi mereka tidak bisa ujian nanti"

"Simpanlah dek, kakak akan usaha dulu cari pinjaman"Rere meneolak ATM yang diberikan Reina.

"Kalau masih ada uang jangan cari pinjamakan kak, ini uang hanya keperluan-keperluan dikampus dan kalau misalnya nanti Raina ada keperluan mendadak Raina akan minta tolong sama kakak cari pinjaman"

"Kakak itu kakak yang hebat menggantikan posisi mama dan papa, jadi kakak bukanlah mudah, Raina sudah besar tolong berikan sedikit beban kakak sama Raina, kita topang sama-sama masalah yang ada"

Tidak tahan menahan tangisnya Rere memeluk sang adik. "seharusnya kamu menikmati masa-masa dimana kamu sedang duduk dibangku kuliah tapi keadaan kita mengharuskan kamu ikut andil mencukupi kehidupan kita. Maaf kakak tidak bisa membuat kalian smeua bahagia seperti anak-anak lainnya"

"Jangan minta kak, kita terlahir dari keluarga tidak mampu ditambah orang tua kita pergi dengan cepat mengharuskan kita harus mandiri"

Rere menerima ATM milik Raina dan memasukkannya kedalam tas dan akan ia gunakan untuk membayar uang SPP Rian dan Kevin.

"Kakak mandilah, tadi Raina bawa makanan dari tempat kerja. Ada acara dan makanan diperbolehkan untuk dibawa karena tidak habis"

Seperti biasa ketika pagi tiba semua mereka duduk dimeja makan, melakukan sarapan sebelum pergi kuliah, kerja dan sekolah. "Kak" lirih Kevin.

"Kevin, makanlah dulu sayang. Nanti bicara ya!" potong Rere.

"Jangan resah sayang, makanlah dulu!" Raina mengisiri lauk keatas piring Kevin.

Makan dengan diam semunya menikmati sarapan dengan hikmat. Selesai makan dan menglap mulut dengan tisu Rere dan Raina mengambil piring kotor dan diletakkan diwastafel sebelum dicuci sore nanti.

Rere kembali kemeja makan mendapai Kevin masih duduk disana. "Ayok!1 kakak akan kesekolah Kevin memebayar SPP kevin"

Kevin mengangkat wajahnya menatap sang kakak lalu menghapus air matanya. "Adek kakak nangis? Tidak usah nangis! Kakak akan bayar utang-utang disekolah" Ree membantu Kevin turun dari kursi dan memebawa Kevin keluar dari dalam rumah.

"Kevin takut dikeluarkan dari sekolah karena nggak mampu bayar uang SPP. Makasih ya kak"

"Selagi kakak masih ada jangan pernah takut, kakak akan selamatkan adek kakak sampe kalian tamat minimal sarjana dan bekerja diperusaan besar"

Samapi disekolah Kevin Rere seegra menemui guru yang mengurus SPP Kevin. "Maaf sebelumnya buk keadaan yang membuat SPP adek-adek saya menunggak" ujar Rere.

"Kami tau Nak, untuk itu kami memberikan surat lewat Kevin. Kamu ini anak yang kuat, ibu bangga kepadamu, perjuangan kepada adek-adekmu sangatlah sulit tapi kamu menoba kuat" ibu guru itu menggemgam tangan Rere.

"Terimkasih buk, hari ini saya datang melunasi uang SPP kevin untuk 6 bulan terakhir"

"Ini formulir pembayaran harap dibaca dan ditandatangi nak"

Rere sudah keluar dari ruangan, sebelum ia keluar dari sekolah itu ia mengecek hpnya. Sebuah notif masuk melalui pesan. Rere membuka dan ternyata pesan tentang panggilan kerja dari restoran tempat ia interview kemarin.

"Syukurlah dengan pekerjaan ini, aku tiidak akan kesusahan lagi untuk membagi-bagi uang keperluan sehari-hari dankebutuhan sekolah mereka nantinya" batin Rere.

Ia mengembalikan HP kedalam tas, waktunya pergi kekantor untuk melakukan rutinitas seperti biasa. Bekerja disalah satu kantor yang memiliki boss pengertian membuatnya sedikit mudah melakuakn kerjaan diluar kerjaan seperti saat ini ia sudah terlambat masuk kerja karena a terlebih dahulu keskolah Kevin.

"Dari mana lho? Terlambat lagi, taapi tunggu dulu...!"

"Sepertinya kamu sedang bahagia, apa ada sesuatu membuatmu tersenyum pagi ini?"

"Aku diterima kerja disalah satu restoran, aku akan mulai kerja jam 5.30 dan pulang jam 9 malam, gaji disaan hmpir sama dnegan disini"

"Wahh selamat ya, sebagai apa??"

"Sebagai cuci piring"

"Tidak masalah penting ada pekerjaan tambahan, semangat ya"

Masih Menggunakan baju hitam putih Rere memasuki restoran, sudah rame dan mungkin pekerjaan sudah menunggunya dialams sana. Sebelum kerja ia menemui kasir dulu.

"Mbak Rere langsung saja keruangan kemarin Interviuw disana akan diberikan arahan dan baju kerja ya" Ternyata kasir disaan sudah tau tanpa menunggu lama REre langsung ketempat yang dikatakan kasir itu.

"Terimakasih mbak" ujar Rere.

Tok.. Tok...

"Masuk"

REre segera masuk, orang yang berbeda dari sebelumnya sedang menunggu Rere. "Selamat sore Rere, selamat bergabung direstoran ini semoga betah ya" orang itu menyalam Rere.

"Terimakasih pak"

"Ini baju kerjamu, sekarang kamu ganti bajumu disana ada toilet, selesai ganti baju saya aakn tunjukkan tempat kerjamu"

Krek...

Tanpa mengetuk pintu, seorang laki-laki tampan menggunakan jas hitam dan celana senada memasuki ruangan itu. "Selanat sore pak Marvin!"

"Sore" jawab Marvin dingin.

"Rere, kenalkan ini pak Marvin boss kita. Dia pemilik restoran ini"

"Saya Rere pak karyawan bar disini" Rere menglurkan tangannya tapi tidak dialas Marvin.

Marvin melanjukan jalannya menuju salah satu rruangan yang ada diruangan itu. Laki-laki yang bersama Rere saat ini membisikan sesuatu "Boss kita sedikit dingin, tidak perlu diambil hati"

"Hehe iya pak, saya paham" jawab Rere lalu berjalan menuju toilet untuk mengganti bajunya.

Didepan toiet ia bertemu dengan Matvin boss dingin yang dikatakan laki-laki bernama rio barusan.

Rere memilih untuk menduluankan Marvin masuk kedalam toilet. "Cepat ganti bajumu!"

"Bapak duluan saja pak"

"Kok kamu yang ngatur saya? Ganti bajumu dan bekerjalah tidak perlu bermuka dua didepan saya, kamu pasti idak jauh dari karyawan lain, baiknya Cuman didepan saya saja"

Belum juga bekerja Rere sudah dapat omelan yang tidak jelas dari atasannya. Namun ia mencoba tenang pekerjaan ini sangat ia butuhkan dan ia harus banyak sabar menghadapi bossnya itu.

"Malah bengong, buruan!!" bentak Marvin.

"Maf... Maaf pak" Rre pun segera masuk kedalam toilet, tidak lama setelahnya Rere sudah keluar dari toilet dan Marvin masih berdiri disana dengan wajah yang tidak bersahabatnya.

"Rio, siapa yang menginterview wanita ini? Apa tukang cuci piring bisa seperti ini? Dia sepertinya lelet dalam bekerja"

"BU Krisda pak Marvin"

"Besok suruh dia melapor pada saya, rekrut karyawan kok macam begini" omel Marvin lalu masuk kedalam toilet dan membanting pintu toilet dengan kencang.

"Astaga!!!" Rere memegangi jantungnya karena terkejut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!