EPS. 3

"Saya tidak akan membunuh siapapun tanpa sebab, apalagi gadis bodoh itu." Jawab Lauden setelah bertarung hebat dengan logikanya.

"Tapi apa yang dikatakan oleh ibuku itu ada benarnya, Lauden! jika wanita itu tidak kita bunuh hal ini akan berakibat buruk bagi klan kita, " timpal Lethia.

Kembali lagi para anggota pertemuan menganggukkan kepala mereka kompak.

Lethia yang sudah menjabat sebagai menteri pertahanan selama dua periode ini bukan lagi pertama kali mengeluarkan perintah demikian kepada mereka yang telah melihat keberadaan vampir. Namun, pada kasus ini ia sedikit kewalahan karna pelakunya adalah Lauden, keponakan sekaligus putra mahkota kerajaan.

"Baiklah, saya akan membunuhnya hanya jika dia menyebarkan identitas saya. Tapi jika sebaliknya, saya tidak perlu membunuhnya lagi, bagaimana?" tawar Lauden.

Melihat betapa inginnya orang-orang di ruangan ini untuk membunuh Lucy membuat sesuatu didalamnya bergejolak untuk melindungi.

"Bukankah pangeran kita sangat lucu? dia sangat menyukai darah tetapi menolak untuk membunuh gadis itu," ujar salah satu dari pria yang duduk di kursi peserta bagian kanan Lauden.

Celetukan yang pria itu dengungkan menimbulkan cekikan dari peserta lain.

"Apa yang membuatmu terasa berat untuk membunuh gadis itu? apakah kami juga yang harus mengeksekusinya untuk mu, begitu?" cecar Orpheus.

"No!" teriak Lauden.

"Jika kamu tidak bisa mengangkat pedangmu terhadap gadis itu, baiklah. Aku yang akan turun tangan.

"Bukan itu maksud saya, Uncle."

Entah kenapa perasaan Lauden tiba-tiba resah hingga kata-kata yang keluar dari bibirnya terbata-bata.

"Lalu, bagaimana maksudmu?" Kali ini Delila, Si nenek tua yang bertanya.

"Bagaimana saya bisa membunuhnya jika nama dan tempat tinggalnya saja saya tidak tahu," Jawab Lauden.

Tiba-tiba pintu di bagian timur aula terbuka dengan sendirinya. Banyak pasang mata menoleh, kepo. Muncul dua orang yang merupakan klan vampir juga tengah menyeret masuk seorang gadis dengan mata tertutup kain, tangan diikat, dan juga mulut yang disumpal dengan kain kedalam aula.

Gadis itu berontak dengan menggeleng kepala ribut dan menjerit yang sayangnya hanya terdengar seperti gumaman, "Hmm... Hmm..."

Mata Lauden membelalak, melihat siapa yang dibawa oleh dua penjaga kerajaan. Seolah mendapat tontonan menarik, seluruh peserta pengadilan di aula bersorak dan bertepuk tangan ketika kedua penjaga tadi melempar Lucy ketengah-tengah aula. Berjarak sekitar lima meter di depan Lauden berdiri.

"CK, gadis ini lagi!" batin Lauden bergumam.

"See? kamu tidak bisa menghindar lagi dengan dalih tidak mengetahui siapa dan dimana dia tinggal karena kami telah membawanya kemari untukmu. Jadi, lakukanlah tugasmu." Kata Delila.

"Heh! nenek tua, apakah kamu bercanda? untuk apa membawanya kemari, bagaimana jika dia mengetahui lebih banyak tentang kita?" seru Lauden keheranan.

Delila tertawa, "Dia tidak akan pernah tahu jika kita menghabisinya lebih dulu."

Kata-kata yang baru saja Delila ucapkan berhasil membuat tubuh Lauden bergetar. Harus Lauden akui jika dia memang membunuh, tapi. Untuk membunuh orang yang tidak bersalah bukanlah dirinya.

Lauden menatap Lucy yang terduduk didepannya dengan kasihan. Lauden ingat bagaimana polos dan pasrah pandangan Lucy saat ia juga ingin membunuh gadis itu.

"Karena masalah ini kamu yang memulainya, maka kamu juga yang harus menyelesaikannya." Kata Delila.

"Apa maksudmu?" tanya Lauden.

"Kill her!"

Lauden berdiri dengan perasaan yang campur aduk. Antara kasihan, kesal dan marah menjadi satu ketika salah satu dari dua orang yang tadi menyeret Lucy masuk memberikan sebilah pedang. Dengan tangan yang seolah membeku dia menerimanya bak orang bodoh yang tidak tau harus melakukan apa.

"Apalagi yang kau tunggu? cepat habisi dia," Perintah Lethia.

"Pemimpin itu harus bisa melindungi rakyatnya, buktikan sekarang bahwa kamu memiliki kemampuan itu." Tambah Delila mengompori.

"Bunuh dia! Bunuh dia!"

semua orang bersorak agar Lauden segera membunuh Lucy.

"Apa yang salah denganmu, jika kamu memang tidak sanggup mengayunkan pedangmu terhadapnya biar aku saja." Kata Lethia sambil menarik pedangnya sendiri. Baik Lethia, Delila dan Orpheus, suaminya. Merasa bahwa Lauden engan membunuh manusia di depannya.

Lucy merasa ketakutan ketika langkah kaki yang bercampur dengan suara nyaring dari bilah pedang Lethia yang bergesekan dengan lantai. Dia ingin menangis, hatinya ngilu dan jantung yang berdetak kencang. Dia tahu bahwa manusia pada akhirnya akan kembali pada sang pencipta, tapi tidak pernah ia bayangkan takdirnya setragis ini.

.

.

.

.

BERSAMBUNG.!!!

Jangan lupa like, koment, share, vote dan juga ratingnya ya bestie🙏🏻💜

Terpopuler

Comments

R.F

R.F

kenapa tidak kasih judul bab kak

2023-03-10

0

Lee

Lee

Lauden lakukan sesuatu!!..😱😱

2023-02-24

0

A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿

A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿

kebayang gmn takutnya lucy

2023-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!