Ulang Tahun
Hari ini ulang tahunku.
Tidak ada yang spesial di hari itu
Tidak ada perayaan, tidak ada kue, tidak ada hadiah, tidak ada ucapan, apa lagi perayaan.
Kami adalah keluarga sederhana,,,
Ya .... sederhana.
Walaupun Ibu adalah seorang Guru Pegawai Negeri Sipil dan Bapak adalah seorang Guru Ngaji. Untuk menghidupi kelima anaknya tidaklah mudah. Apalagi sekarang kedua Abangku sedang duduk di bangku perkuliahan.
Walaupun begitu,, semangat Ibu Bapak sangatlah tinggi,,,
"Kalian nak..... Sekolah benar-benar, jangan sampai bikin malu orang tua, apa lagi sampai Ibu atau Bapak dipanggil oleh guru untuk datang ke sekolah gara-gara kesalahan kalian". Pesan Ibu lembut sambil menggoreng peyek di dapur.
Aku, Kakak dan Adikku diam tertegun, sembari menunggu peyek-peyek itu terjun berserakan ke dalam tempayan. Setelah dingin,, dan minyaknya diserap oleh kertas koran yang berada dibawah peyek itu berada.
Aku segera memasukkannya satu persatu ke dalam plastik lalu Adikku menimbang peyek tersebut per plastik agar sama beratnya setiap plastiknya. Sedangkan Kakakku bertugas menutup plastik itu dengan api lilin sampai rapat agar tidak mudah masuk angin.
Setelah selesai menggoreng peyek, Ibu langsung membuat Es Lilin. Kami juga ikut membantu Ibu untuk membuat es lilin agar bisa diperjual belikan kepada anak-anak tetangga dan juga anak-anak yang belajar mengaji di Balai Pengajian Ibu Bapak.
Ibu dan Bapak sangat bersemangat dalam mencari nafkah. Semata-mata hanya untuk kami anak-anaknya.
Itulah keseharianku ketika berada di rumah.
Saat malam tiba,,, Shalat Maghrib selesai kami tunaikan. Segera ku ambil mushab kecilku. Ku lafazkan dengan Tartil hingga beberapa lembar, lalu ku ambil tas sekolahku. Mulai ku keluarkan satu persatu buku pelajaran di hari Jum'at, dan memasukkan buku pelajaran untuk hari Sabtu besok.
Terlintas kembali dalam pikiranku kejadian di sekolah Pagi tadi. Tersenyum sendiri.... Bahagia merasuk ke kalbu....
"Hei.... sudah kerjakan PR mu???? Senyum-senyum sendiri". Tepuk tangan si Kakak di pundakku sambil mengeluarkan suara melengking di telingaku. Membuyarkan lamunanku.
"Apaan sih kak.... gagetin orang aja...". Jawabku dengan cepat.
"Habisnya senyum-senyum sendiri,,, apa hal gerangan ... cerita dong...." Pancingnya kembali.
"Itu.... Laki-laki cipit....". Jawabku kembali.
"Oh.... Si Dayat.... kenapa lagi dia?". Tanya si Kakak.
Kakakku mengenal si Dayat, karena tahun lalu saat dia duduk di kelas 3 SMP, Aku duduk di kelas 1 SMP yang sama dengan Kakak. Dan sejak kelas 1 sampai kelas 2, Dayat masih menjadi Ketua OSIS di sekolah kami. Dan Kakak tahu,, Kalau Adiknya menjadi Sekretaris OSIS dadakan.
"Tadi Dek Ria disorakin sama teman-teman karena kutip uang sumbangan bersama Dayat,, masa kami dibilang pasangan serasi...". Jawabku sembari memonyongkan bibirku lalu tersenyum malu.
"Lahhhhh..... padahal senang tu". Kata kakakku.
Dia tahu, kalau aku suka sama Dayat. Dan dia tahu kalau Dayat itu adalah laki-laki pujaan hati semua siswi di sekolahku.
Sabtu Pagi
Pagi-pagi sekali Aku sudah bangun,, selesai mandi dan shalat subuh, langsung ku kenakan baju sekolah pramukaku yang tergantung di belakang pintu kamar ku.
Dengan santai ku melangkah menuju ruang makan untuk sarapan. Di atas meja sudah terhidang sarapan pagi nasi goreng kampung dan telur dadar yang sudah di potong-potong juga teh manis buatan Ibu. Aku, Kakak dan Adik perempuanku bersama-sama sarapan pagi.
Selesai sarapan segera Aku menyambar uang saku yang sudah di letakkan Ibu di atas kulkas. Setiap pagi, dengan rapi Ibu sudah meletakkan uang saku kami selama di sekolah nanti. Dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai kebutuhan anak-anaknya.
"Pergi ya Bu" Pamitku dengan semangat.
"Iya...". sayup-sayup terdengar suara Ibu yang masih berkemas di dalam kamarnya karena mau pergi ke Sekolahnya juga tempat dimana Beliau mengajar dan Adikku bersekolah.
Sedangkan Kakakku cukup dengan berjalan kaki 1 km, dia akan sampai di sekolahnya.
Dengan sigap dan bersemangat, ku kayuh sepeda miniku yang berwarna hijau menuju ke rumah Liani.
Sesampai di rumahnya, Liani sudah berdiri menunggu jemputanku. Lalu dia langsung mengambil alih duduk di depan dan aku duduk di belakang dia memboncengiku hingga sampai ke sekolah.
Sepeda telah diparkir dengan rapi. Kami berdua berjalan pelan menuju ke kelas.
"CAAAAA.......". Seseorang mengagetkan kami dari balik pintu kelas.
"Astaghfirullah.....". Serentak suara kaget Aku dan Liani sambil geram melihat Dayat dan Rizki di belakang pintu kelas.
Dan mereka pun tertawa terbahak-bahak tanda kemenangan dan bahagia sukses mengagetkan kami.
Aku dan Liani duduk di atas kursi dengan meja yang sama sambil mengelus-elus dada dengan mata tajam ke arah mereka.
Tidak ada siswa lain di kelas selain Aku, Liani, Dayat dan Rizki.
"Kalau copot jantung kami gimana???". Ketusku....
"Maaf .... Sengaja....". Jawab Rizki Abang kembarannya Dayat dengan nyengir.
"Hei.. Dayat... sejak kapan kamu memakai Peci di kepalamu???". Tanya Liani kaget.
Peci adalah topi khas untuk ibadah shalat atau bisa dikenakan untuk keseharian seseorang yang digunakan oleh Laki-laki yang beragama Islam.
Muka Dayat berubah menjadi merah menahan malu. Lalu dia langsung keluar kelas tanpa menjawab pertanyaan Liani.
"Kenapa dengan Adikmu Rizki???". Tanyaku.
"Rahasia.....". Jawabnya dengan sedikit mengecilkan suaranya seperti orang berbisik. Lalu dia berlalu mengikuti Adiknya.
Aku dan Liani saling pandang memandang karena diselimuti oleh kebingungan.
**Terima kasih banyak untuk para sahabat yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membaca, memberikan jempol, memberikan komentar dan memberikan point serta menjadikan favorit atas novel ini. Pasti penasaran ya.... Gimana kelanjutan ceritanya.... Ikuti terus ya sahabat...
🤗🤗🤗
🙏🙏🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
W⃠🦃𝖆𝖑𝖒𝖊𝖎𝖗𝖆 Rh's😎
Like
2021-01-24
0
🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖
Waah bertambah dong umur ria, dayat ganteng kaan
2020-11-03
0
zhafa
semangat kak 😘😘😘😘
2020-10-29
0