Episode 5 : Tak Mengenalnya

Episode 5 : Tak Mengenalnya

Note: Di episode 1 kemarin othor salah untuk nama Dion ya, Dion ada di story lain, disini namanya Erwin.

Back to story

"Dari mana kamu, win?"

"Jalan-jalan, Mah."

"Jalan-jalan? Perasaan daritadi senyam-senyum gak jelas, kenapa?"

Ibu nya tentu saja heran. Melihat putra bungsu nya yang sendari tadi tersenyum aneh.

"Ketemu cewek aneh, Mah."

"Aneh gimana?"

"Lucu pokoknya."

Ibu nya hanya bisa menggelengkan kepala.

"Mah, apa gak salah aku nikah muda gini?"

Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Erwin. Diri nya merasa heran dengan jalan pemikiran orang tuanya, apa yang membuat ke-dua nya ingin menikah kan nya?

Helaan nafas berat terdengar dari mulut sang ibu. Dalam hati nya, ia tidak rela harus mengikat putra bungsu nya dengan pernikahan. Apalah daya ia hanya bisa mengikuti kemauan suami nya.

"Biar kamu dewasa, Win. Maaf ya, Mamah gak bisa lakuin apa-apa."

Raut penyesalan dan rasa bersalah begitu tercetak jelas di wajah wanita paruh baya dengan hijab syar'i itu. Erwin memeluk tubuh ibunya, se bejad apapun diri nya. Tak kuasa ia melihat raut penyesalan itu.

"Iya, gakpapa kok, Mah. Aku cuma tanya aja."

Ibu nya tersenyum. Mengusap lembut kepala putra nya.

"Yaudah, sana ganti baju. Kita kesana sekarang."

***

Dua puluh menit berlalu, akhirnya Tasya tiba di rumah mewah nan megah nya. Ia memarkirkan mobil sembarangan dan memberikan kunci itu pada penjaga di kediaman nya.

Ia langsung melangkah masuk ke kamar. Beruntung rumah sepi, entah kemana orang tua nya pergi.

Saat Tasya sedang memilih pakaian di lemari nya. Tiba-tiba saja seseorang masuk, dan menarik perhatian Tasya.

Ia menoleh dan mendapati ibu nya di ambang pintu, tak ia hiraukan. Ia kembali mencari pakaian untuk ia kenakan saat ini.

"Kamu udah pulang, Nak?"

Suara ibu nya terdengar lembut. Akan tetapi, Tasya tidak terlalu peduli.

"Udah. Ada apa?"

"Kamu pakai ini, Ibu tunggu di luar."

Seketika tangan Tasya berhenti bergerak. Ia melirik pakaian yang ibu nya simpan di atas tempat tidur nya.

Ia berjalan menghampiri dan meraih pakaian yang masih terbungkus plastik itu. Ia buka, dan melihat dengan jelas pakaian apa yang sedang ia pegang.

Sepasang kebaya putih dengan corak yang begitu indah dengan bawahan rok yang begitu serasi. Tangan nya bergetar memegang pakaian itu, kaki nya mulai lemas dan tak kuat lagi menopang beban nya.

Ia jatuh terkulai lemas di lantai. Tatapan nya begitu kosong seolah tak ada kehidupan lagi untuk nya. Terkadang ia berharap jika diri nya ini akan tenggelam dalam kapal. Dan berharap terhanyut dalam kelam agar kisah pilu nya hilang.

Kecewa mirip seperti bangkrut. Bangkrut nya jiwa karena terlalu banyak membeli harapan dan ekspektasi. Ia hapus paksa air mata itu, bangun dari duduk nya dan segera memakai pakaian itu.

Tak membutuhkan waktu lama, Tasya telah selesai. Tanpa ia ketahui, di depan gerbang kediaman nya sebuah taksi berhenti.

Seorang pria muda dengan garis wajah bak dewa yunani turun dari taksi itu. Dengan balutan jas hitam yang membuat nya berkharisma.

Beralis tebal, hidung mancung, mata se tajam elang, dan bibir berwarna merah muda yang begitu indah dipandang. Serta, jangan lupakan pahatan sempurna ciptaan Tuhan itu.

Itulah penampilan Erwin saat ini. Di susul kedua orang tua nya yang berjalan di belakang nya.

'Anjayyy, gak salah berhenti kan ni taksi? Rumah kek istana aja, gak salah gue mau jadi mantu orang yang punya ni rumah?'

Erwin membatin. Menatap takjub rumah mewah yang ada di depan nya saat ini. Hingga ia tersadar dari lamunan nya karena tepukan di pundak nya.

"Kamu kenapa, Win?"

"E-eh, gapapa Pah."

Ia tersenyum kikuk sambil menggaruk kepala nya yang tak gatal. Tiba-tiba, dari arah dalam seorang penjaga menghampiri.

"Dengan keluarga bapak Herman?"

"Iya, betul."

"Mari pak, silahkan masuk. Sudah di tunggu."

Mereka pun melangkah masuk ke dalam kediaman itu. Erwin semakin di buat takjub, tak hanya halaman rumah ini yang terlihat mewah, ternyata bagian dalam rumah ini lebih wah.

"Wah, selamat datang, Pak Herman."

Dari arah dalam, Erwin melihat pria yang seumuran dengan Ayah nya. Di samping pria itu, ada wanita yang seumuran juga dengan ibu nya.

"Ayo silahkan duduk."

Wanita itu mempersilahkan Erwin dan kedua orang tua nya untuk duduk. Lantas, Erwin menjatuhkan bokong nya di sofa empuk yang baru seumur hidup ia duduki.

"Apa ini Kak Erwin?"

Pria itu bertanya sambil melirik Erwin. Erwin yang paham langsung menyalami pria itu dan memperkenalkan diri nya.

"Erwin, Om."

"Hahah ganteng ya, kayak papah nya dulu."

Seketika mereka tertawa bersama. Kedua orang tua Tasya begitu senang melihat Erwin yang mudah berbaur. Mereka tidak salah lagi memilihkan Erwin untuk menjadi suami Tasya.

Takh!Takh! Takh!...

Derap langkah kaki seseorang yang menuruni tangga menghentikan tawa mereka. Mereka melihat ke arah tangga, dan mendapati bidadari yang baru turun dari kahyangan.

Tasya terlihat begitu cantik. Dengan kebaya putih khas pengantin yang ia kenakan, polesan make up tipis itu semakin membuat nya terlihat elegant.

Erwin yang melihat nya di buat terpesona. Ia seakan terhipnotis oleh tatapan Tasya, dengan senyum yang menghiasi wajah ayu nya. Akan tetapi, Erwin bisa melihat ke dalam manik mata Tasya.

Senyum nya hanyalah topeng yang Tasya gunakan untuk menutupi kesedihan nya. Erwin tersenyum getir, se terpaksa itukah wanita yang akan menjadi istri nya itu.

Tasya sampai di hadapan orang-orang itu, lekas ia menyapa tamu yang sedang duduk bersama orang tua nya itu.

"Yasudah, bagaimana kita mulai ijab kobul sekarang?"

Seketika, ucapan Ayah Tasya membuat Tasya terdiam kaku. Ia melirik pria yang tidak jauh dari diri nya berada.

Ini adalah pertemuan ke dua dengan pria itu, setelah tadi ia bertemu dengan nya di Koridor apartemen. Ia menampilkan senyum manis nya, baru dua kali ia bertemu. Dan pria itu akan menjadi suami nya.

Bahkan, Tasya belum tahu siapa nama pria yang akan menjadi suami nya itu. Sungguh ia hanya bisa pasrah. Ia sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ia lah berharap kepada manusia.

Tasya duduk bersebelahan dengan Erwin. Kain putih nan tipis itu di pasangkan di kepala kedua nya. Pernikahan yang begitu sederhana dan hanya di hadiri dua saksi, menjadi pernikahan yang tak pernah kedua nya impikan ataupun bayangkan.

Erwin menjabat tangan pria paruh baya di depan nya yang tak lain adalah penghulu. Ia menarik nafas nya dalam dan menghembuskan nya secara perlahan.

Setelah ini, keduanya akan menjalani hidup dengan babak baru. Perubahan akan terjadi, mulai dari status hingga ke seharian hidup.

...

Terpopuler

Comments

MeiiiiiiiiiiiUhuyyyyy💐💐

MeiiiiiiiiiiiUhuyyyyy💐💐

Author favorit pertama ku...

2023-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!