Aku pun segera berjalan menuju tempat yang di tunjuk Bu Riri tadi.
"Haii, namaku bella," sapaku.
"Iya, nama saya Stella," jawabnya sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Semoga kita bisa menjadi teman baik yah," kataku lagi.
"Iya, tapi kamu nggak malu mempunyai teman sepertiku?" Tanya nya.
"Hah malu? Malu kenapa coba? Kita kan sama-sama manusia jadi buat apa malu?" Tanyaku balik.
"Iya sih, tapi aku hanyalah anak penjual bakso jalanan."
"Emang kenapa? jual bakso itu haram yah? sampe-sampe nggak ada yang mau temenan sama kamu?" Tanyaku dengan cepat dia menggelang menandakan bahwa jawabannya itu tidak.
***
Kriingg....(anggap aja bel)
"Eh udah bel tuh, ke kantin yuk!" ajak Ku.
"Nggak deh, kamu aja yang ke kantin."
"Loh kok gitu sih?" tanyaku.
"Kamu aja yah yang ke kantin."
"Iya deh."
Aku pun segera ke kantin, tak lama kemudian aku pun sampai dan langsung memesannya.
"Mbak beli bakso nya dua yah, sama jus jeruk nya juga dua," ucapku.
"Iya neng, tunggu bentar yah."
"Iya mbak."
Tak lama kemudia baksonya udah selesai di sajikan di dalam mangkuk, dan siap untuk di santap.
"Ini neng."
"Iya mbak makasih yah," ucapku sambil memberikan uang lima puluh ribu untuk membayarnya.
"Loh neng ini kebanyakan."
"Nggak papa kok mbak, sisanya untuk mbak aja."
"Makasih yah neng kalau begitu semoga kebaikan neng di balas yah."
"Amin, makasih yah mbak."
"Iya sama-sama neng."
Aku sudah tak membalas perkataan ibu itu, karena aku langsung ke kelas untuk menemui Stella.
***
"Stel ke taman yuk," ajak aku.
"Ayuk."
Kami berdua pun segera ke taman.
***
"Nih buat kamu!" ucapku sambil memberikan semangkuk bakso dan segelas jus jeruk.
"Ini beneran buat aku?" Tanya nya memastikan.
"Iya itu buat kamu."
"Makasih yah bel."
"Iya sama-sama."
Kami pun segera memakan bakso itu, dan aku pun melihat wajah Stella yang sangat lahap memakan bakso.
"Enak Stel?"
"Iya pake banget malah, ini tuh sama banget rasanya sama yang di buat almarhum Ayahkku."
"Hah almarhum? Ayah lo udah meninggal?"
"Iya, dia meninggal saat aku masih duduk di bangku kelas satu SMP."
"Ohh maaf yah Stel."
"Udah nggak papa kok."
"Yaudah kita lanjut makan aja deh, ceritanya entar aja."
***
Kami pun melanjutkan makan bakso, setelah beberapa menit akhirnya kami telah selesai menyantap bakso itu. Setelah selesai kami pun segera mengembalikan mangkuk yang kami pakai makan bakso tadi, tapi tiba-tiba Stella melihat siswa-siswi sedang berkumpul di depan papan informasi.
"bel itu kenapa yah? Kok siswa-siswi pada kumpul di sana semua?" Tanya nya padaku tapi aku hanya menjawab dengan mengangkat bahu menandakan bahwa aku tak mengetahuinya.
"Ya udah kalau gitu, kita pulangin dulu mangkuknya, lalu kita lihat," ucapnya.
"Iya deh."
Kami pun segera mengembalikan mangkuknya.
"bel gue tunggu di sini yah."
"Iya, tunggu bentar yah gue balikin mangkuknya dulu."
"Iya."
Aku pun segera berjalan menemui mbak penjual bakso tadi untuk mengembalikan mangkuknya. Tak membutuhkan waktu lama akhirnya aku kembali menemui Shella.
"Udah?" Tanya nya.
"Iya."
"Yuk kita lihat."
"Ayuk."
Kami pun segera berjalan ke depan papan informasi, dan untungnya para siswa-siswi sudah bubar, jadi kami tak perlu menunggu antrian untuk melihat sesuatu yang di tempel di papan informasi.
"bel cepetan dong, kebetulan juga para siswa-siswi udah pada bubar."
"Iya bawel."
"Ehh ini beneran akan mengadakan lomba ini?" Tanya nya sambil menunjuk tulisan yang bertuliskan 'Vokal' di papan informasi itu dengan tatapan yang tak percaya.
"Loh kok ekspresi lo kek gitu?" tanyaku.
"Iya, soalnya ini sekolah nggak pernah ngadain lomba selain lomba olahraga."
"Hah, beneran lo?" tanyaku kaget.
"Iya."
"Ehh minggir lo." Ucap seseorang dari belakang.
Kami pun segera berbalik dan ternyata itu adalah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments