"Maaf, pak dokter?" Alana terpaku kepada lelaki jakung memiliki rahang tegas, ber-jas dokter.
"Lain kali hati-hati," peringatnya dingin.
"Alana!" Panggil seseorang di arah belakang.
Alana berbalik dan mendengus sebal melihat Raka yang berlari menghampirinya.
"Gak pagi gak siang ngejar aku terus, ish sebel!!" Alana mengacak rambutnya melihat Raka yang semakin dekat ke arahnya.
Jangan lupa dokter tampan itu, ia terkekeh melihat tingkah Alana yang sangat menggemaskan di matanya.
Alana mengambil ancang-ancang untuk berlari, sebelum berlari ia menangkup kan kedua tangan di dpan dada. Dan meminta maaf kepada dokter tampan itu.
"Sekali lagi saya minta maaf pak!" Ucap Alana sambil berlari.
Dokter itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alana dan melanjutkan langkahnya.
Raka terus mengeluarkan sumpah serapahnya, melihat Alana yang berlari setelah melihatnya.
"Hosh, hosh," nafas Alana terengah-engah, saat sampai di kursinya.
"Ngapa lu? Eh ***** minum gua itu!" Mata Nadia terbelak ke arah Alana, karena tanpa seizin nya langsung meminum minumannya.
Alana menyengir tak berdosa. "Nanti Alana ganti sama lemon tea deh," ucap Alana seraya mengangkat dua jari membentuk huruf 'V'.
"Bener ya lo?" Tanya Alana memastikan.
Alana mengangguk menyetujui.
"Hallo epribadeh!" Teriak Rika di depan pintu.
"Kalo datang itu ucapin salam!" Tegur Surya si ketua Kelas.
"Ya maap, gua ulang deh," Rika kembali ke arah pintu mengulangi tingkahnya yang tadi.
"Assalamualaikum temen-temen!" Ucap Rika.
"Wa'alaikumsalam!" Ucap Kelas IPA 1 serempak.
"Nah good," ucap Dana mengacungkan kedua jempol nya.
"Ck," decak Rika.
"Woy Al, diem-diem bae, ngopi ngapa!" Rika meletakan tasnya di samping kursi Alana.
"Ngapa muka lu tegang gitu sih Al?" Tanya Nadia.
"Ini semua gara-gara Rika! Harusnya aku gak sekolah hari ini!" Muka Alana memerah, matanya berkaca-kaca menahan tangis.
Rika menggaruk tengkuknya dan mengangkat alisnya kearah Nadia seolah bertanya 'gimana ini?' Nadia mengangkat bahunya acuh.
"Ya maaf Al, gua cuma pengen lu gak phobia sama suntikan lagi". Ucap Rika memegang bahu Alana.
Alana menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya. Rambutnya menutupi seluruh wajahnya Alana.
KRINGG.
Bel tanda masuk sudah berbunyi, jantung Alana berdebar sangat kencang. Hari ini adalah hari terburuk baginya.
Tak lama kemudian, pintu kelas di ketuk oleh seorang suster yang membawa peralatan suntik.
"Assalamuallaikum," ucap sang suster. Tak lama kemudian pintu kelas terbuka dan muncullah dokter tampan.
"Selamat pagi semuanya," ucapnya.
"PAGI!" jawab para murid keras, ralat hanya anak perempuan yang membalas nya dengan semangat.
Nadia berbalik badan dan memberi kode kepada Rika untuk membangunkan Alana.
Rika menyenggol bahu Alana membuat sang empunya terusik dan mengangkat wajahnya.
Alana mengucek matanya dan kaget ketika melihat suster dan dokter. Darahnya tiba-tiba membeku, badannya panas dingin ketika melihat sang suster menusukan jarum ke vaksin.
Alana menelan ludah kasar, ah! Rasanya Alana ingin menghilang sekarang.
'Eh dokternya cakep banget gile,'
'Calon masdep gua ya Allah,'
'Halalin aku bang!'
Begitulah cemoohan anak perempuan.
"Baiklah, nama kaka Dr. Dava . Salam kenal," ucap dokter yang bernama Dava itu
"Hai dokter," ucap serempak.
'Eh itu kan yang aku tabrak tadi,' batin Alana.
"Baiklah, kakak akan menyebutkan namanya satu persatu, sesuai absen," ucap Dava.
'Duh! Nomor absen aku kan ke 5. Bunda alana takut,' ucal Alana dalam hati.
"Ahmad fauzi,"panggilnya, fauzi langsung duduk di tempat yang di sediakan untuk melakukan penyuntikan.
"Selanjutnya, Asyifa Fitriyani,"
"Andrean,"
"Ardelia Silvia,"
"Alana putri zahra?" panggil Dava.
Alana mematung di tempatnya.
"Alana putri? Maju,"ulang nya.
Rika menyenggol bahi Alana membuat sang empunya bangun dari lamunannya.
Dengan langkah berat Alana maju, ia menelan ludah melihat jarum suntik yang sedang di-lap oleh sang suster.
Ia duduk di kursi, jantung nya berdegup sangat kencang.
"Loh kamu kan yang nabrak saya tadi?"
Alana mengangguk lemah, pikirannya berputar saat ia menabrak dan menciumi dada bidang dokter ini. Malu? Tentu Alana sangat malu.
"Oh jadi nama kamu Alana?"
Alana menelan ludah nya kasar dang mengangguk, saat Dava sedang mengoleskan alkohol di bawah bahu Alana.
Alana memejamkan matanya.
"Jangan tegang," ucap Dava.
Dava mulai mengarahkan jarum suntik ke tempat yang sudah ia beri alkohol.
"Aaaaaaaa," teriak Alana, padahal jarum belum menusuk kulitnya.
Keadaan kelas seketika hening, Rika dan Nadia meringis melihat Alana.
"Eh saya belum mulai," Dava berbicara, hampir saja gendang telinganya pecah akibat teriakan Alana.
"Pak saya takut," cicit Alana.
"Kamu takut di suntik?" tanya Dava.
Alana mangangguk.
"Jangan takut, rumah kamu di mana?" tanya Dava sambil mengarahkan jarum suntik ke lengan Alana.
"Di jalan kenangan," jawab Alana.
"Owh, nomor rumah?," tanua Dava, sambil menusukam jarum suntik ke lengan Alana. Tentu saja Alana tidak sadar.
"12," jawab Alana.
"Nah sudah selesai,"
Alana terbelalak, dan tidak yakin bahwa dirinya sudah di suntik.
"Se..... Se rius?" tanya Alana.
Dava mengangguk.
"Gak sakit ka,?" tanya Dava.
"Ternyata masih ada ya anak SMA yang takut dengan jarum suntik, malu sama anak SD" lanjutnya seraya terkekeh.
"Ish! Nyebelin," ucap Alana lalu bangkit dari tempat duduknya, dan langsung duduk di samping Rika. Dava terkekeh geli melihat Alana kesal.
'Kenapa gua seneng ngeliat dia? Sadar Dav, malem nanti lu mau ketemu calon istri,' ucapnya dalam hati, ' JL. Kenangan no rumah 12,lumayan dapet no rumah nya,'. Lanjutnya seraya tersenyum tipis.
"Pak dokter silahkan si lanjutkan," ucap sang suster.
Dava tersentak kaget, dan langsung melanjutkan tugasnya.
"Aduh sakit," ringis Alana, kali ini tak pergi ke kantin. Pasalnya sejak sesi penyuntikan tadi selesai Alana meringis kesakitan.
"Tahan Al," ucap Rika yang sedang mengompres bekas suntikan Alana.
"Kok aneh ya, gua abis di suntik biasa aja gak bengkak, kenapa yang Alana bengkak dan badannya langsung panas?" Nadia menempelkan tangannya di kening Alana yang mulai panas.
"Alana, ke UKS yuk," sudah berulang kali Rika dan Nadia membujuk Alana untuk beristirahat di UKS tapi Alana selalu menolak.
Alana melipat tangannya dan menyembunyikan wajahnya di lipatan sikunya.
"Gua beli makanan dulu deh, lu mau nitip gak Nad?" Rika banhkit dari kursinya dan mengambil dompetnya di dalam ransel nya.
"Gua nitip siomay sama es heruk deh, traktir tapi,"
"Idih kebiasaan lu, Al lu mau nitip gak?" tanya Rika.
Dibalik lipatan tangannya Alana menggeleng.
"Udah beliin dia bubur sama air putih aja," putus Nadia.
Alana tak menggubris, Rika melangkahkan kaki keluar kelas, menuju kantin.
"Rik, Alana mana?" tanya Raka di stand penjual bubur.
"Sakit," ucap Rika dingin pantas saja ia jomblo karena selalu cuek ke semua laki-laki
"Kok bisa, itu bubur buat Alana kan? Sini biar gua bawain,"
"Eeh," Raka langsung mengambil bubur dan air putih di tangan Rika.
"Dit, Can, gua duluan. Gebetan gua lagi sick," ucap Raka sambil menepuk bahu kedua sahabatnya.
"Sukses bro!" Ucap Dito, dan di acungi jempol oleh ican.
"Permisi," ucap Raka di depan pintu IPA 1.
Nadia mengalihkan pandangannya dari heandphone ke arah Rika dan Raka.
Rika memberi isyarat kepada Nadia untuk keluar. Nadia mengangguk mengerti.
"Gua keluar dulu," ucap Rika dan di agguki oleh Raka.
"Alana," ucap Raka mengusap pucuk kepala Alana.
Alana mengangkat kepalanya, dan tersentak kaget melihat Raka di hadapannya.
"Ra k ka?"
Alana mengangguk dan menerima bubur itu dan tersenyum kearah Raka
"Makasih," Alana melahap bubur itu.
"Raka mau?" tawar Alana
"Udah kamu lanjutin aja," tolak Raka, padahal perutnya sangat lapar.
"Kalau gua jadi si Alana udah gua terima itu si Raka," geritur Nadia.
Intan memutar bola matanya malas.
"Terus Nando lu taro mana?"
"Hehe, Nand tetap jadi yang pertama kok,"
"Kok lu kuat sih LDR-an?" tanya Rika.
"Jarak bukan penghalang, juatru jarak buat nguji seberapa besar kesetiaan kita," jawab Nadia.
"Bijak juga lu yah kancil," ucap Rika terkekeh.
"Ck! Gua bucin salah, bijak salah. Buang aja dede ke rawa-rawa bang!" ucap Nadia lebay, Rika membuat muka seolah-olah ingin muntah.
KRINGG!
Bel masuk sudah berbunyi.
"Aku pamit ya," ucap Raka kepada Alana.
"Sekali lagi makasih," ucap Alana.
Raka mengangguk dan pergi meninggalkan Alana.
Semua anak IPA 1 masuk ke kelasnya, dan menyiapkan buku pelajaran.
Selang 10 menit guru mata pelajaran Fisika datang.
"Selamat siang anak-anak," ucap Pak Rian selaku guru mata pelajaran Fisika.
"Siang pak," ucap anak-anak.
"Baiklah bapak akan melanjutkan pelajaran kemarin, buka buku paket halaman Dua belas,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Manga1
seru
2024-01-29
0
Krisna New
masih saya pantau..hmm
2020-11-24
1
Julita Jokohael
aduh ngakak di eps ini thor.Dava kesempatan dlm kesempitan rupanya.hahaha.semangat ya author kece.sehat selalu.
2020-10-16
1