Mirna menuju ke warteg yang kemarin. Dimana ia mendeteksi dan menangkap Surya dan selingkuhannya di warteg itu. Lalu mengejarnya dan bertabrakan dengan polisi tampan itu. Kini, ia berniat untuk menuju ke kantor polisi itu, meminta bantuan atas kasus Yumne dan Johana ini. Tak lupa ia membawa alat-alat canggihnya.
Mirna menggunakan angkot ke sana. Sesampainya ia di sana, Mirna menuju ke kantor polisi yang tak jauh dari kantornya Surya. Begitu sampai, Mirna meminta izin pada penjaga kantor polisi itu untuk masuk. Awalnya Mirna di tolak mentah-mentah dan diusir cukup kasar oleh penjaga itu seperti pengemis.
"Tapi ini penting, Pak! Saya benar-benar sedang butuh kepala polisi saat ini," Mirna memohon dengan halus.
"Sekali tidak, ya tidak. Lagipula kamu itu masih anak sekolah. Pasti akan berbuat yang tidak-tidak disini. Sudah, sana pergi! Kembali ke sekolahmu!" balas penjaga itu mulai marah.
Tak ada pilihan lain. Mirna menunjukkan identitasnya dirinya yang tersimpan di dompet. Ia berikan siapa dirinya sebenarnya pada penjaga kantor polisi itu.
"Mungkin anda kenal saya atau ayah saya?" tanya Mirna sambil menunjukkan kartu identitasnya.
Penjaga itu melihat. Ada identitas ayahnya juga. Penjaga itu mulai terkejut bukan main.
"Jadi...anda putri kandungnya Pak Zukonio Setyawan?" tanyanya tak percaya.
"Ya. Itu ayah saya. Asli, nggak kaleng-kaleng. Detektif swasta terkemuka di Javabirna ini. Anda tahu beliau, bukan?" jawab Mirna tegas.
Penjaga itu mengangguk dengan gemetar takut.
Ya, memang itulah nama ayahnya Mirna. Ibunya bernama Siti Mai. Dulu, ibunya Mirna juga terkadang membantu ayahnya Mirna, yaitu sebagai mata-mata pelaku kejahatan pembunuhan. Dalam kasus pembunuhan saja, sedangkan ayahnya dalam kasus lainnya. Seperti penculikan, pemerkosaan, dan sebagainya. Karena di Javabirna, kasus pembunuhan adalah kasus paling misterius dan sulit di pecahkan.
Penjaga kantor polisi itu akhirnya mengizinkan Mirna masuk. Dan ia mulai memanggilnya 'Dek Mirna', sebagai nama panggilan Mirna yang terkenal dalam menggantikan jasa almarhum ayahnya.
Tapi saat masuk, Mirna merasa kebingungan. Ia tak tahu tentunya dimanakah ruang kepala polisi. Karena ini pertama kalinya Mirna masuk ke kantor polisinya langsung. Biasanya jika butuh bantuan atau memanggil polisi bahwa pelakunya telah ia tangkap, Mirna memanggil polisinya, bukan ke kantornya dengan membawa pelaku kejahatannya.
"Dimana sih ruang ketuanya?" tanya Mirna sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung. Bimbang.
Butuh bantuan, Mirna bertanya pada seorang polwan yang lewat. Ia menanyakan dimana ruang kepala polisinya.
"Oh...nyari ruang Pak Rizki, ya? Di lorong kanan, belok kiri. Nah, di pintu pertama sebelah kanan itu ruangannya," jawab polwan itu.
Mirna mengangguk paham dan berterima kasih pada polwan itu. Ia pun langsung bergegas keras ke sana. Begitu sampai, Mirna mengetuk pintu. Tapi setelah di ketuk, tak ada jawaban dari dalamnya.
Sampai lewatlah seorang polpri melihat Mirna. Ia pun bertanya, "Sedang apa, Dik?"
Mirna menengok dan menjawab, "Saya...mau bertemu Pak Rizki. Kepala polisi negeri ini."
"Oh...Pak Rizki sedang patroli, Dik. Ada keperluan apa?"
"Tidak apa-apa. Apakah masih lama?"
"Tidak. Sebentar lagi juga datang."
"Oh...baik. Terima kasih."
Polpri itu mengangguk dan pergi. Mirna jadi nyaris menyerah. Ia pun melihat arlojinya. 10 menit lagi waktu istirahat sekolah selesai. Tapi ia tak peduli jika melewatkan satu mata pelajaran sekolahnya.
Ketika hendak pergi, ia pun bertemu dengan polpri tadi. Dan polpri itu menunjukkan Pak Rizki yang Mirna cari. Alangkah terkejutnya Mirna.
Ternyata, Rizki yang dimaksud adalah polpri tampan yang Mirna tabrak kemarin. Tak Mirna sangka. Polpri tampan masih berusia muda yang Mirna tabrak kemarin ternyata bukanlah polisi biasa. Dialah justru kepala polisi di negeri Javabirna ini.
"Oh...Dek Mirna ini. Mau ketemu saya, 'kan?" tanya Rizki dengan senyuman.
Mirna masih melihat tak percaya.
"Hebat! Sudah tampan, masih muda, jadi kepala polisi lagi!"
Rizki mengerutkan keningnya. Ia jadi heran melihat Mirna yang jadi membeku. Rizki melambai-lambai tangannya, lalu membuatnya terkejut. Mirna jadi kaget betulan.
"Eh, iya Pak Rizki," kata Mirna sambil mengelus dadanya.
Rizki menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dan ia pun membawa gadis itu ke ruangannya.
...°°°...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments