Di hari Minggu, Mirna membantu Bu Eka di rumah. Ia mencuci piring, menyetrika, sampai mengepel lantai. Untuk menyapu, itu bagian neneknya. Bu Eka juga merapikan tempat tidurnya dan cucu satu-satunya. Walaupun sudah berusia senja, namun Bu Eka masih memiliki tulang-tulang kuat untuk melakukan semua itu. Entah apa yang dilakukannya semasa mudanya. Mungkin saja, beliau sangat rajin berolahraga, sehingga tulang-tulangnya masih bisa sekuat besi.
Sampai akhirnya, Mirna kedatangan tamu. Itu adalah tetangganya yang bernama Marisa. Gadis muda yang sudah menikah. Usia pernikahannya baru 2 sampai 3 bulan. Ia ternyata bertemu dengan Bu Eka, yang membukakan pintu untuknya.
"Eh, Neng Marisa!" seru Bu Eka menyapa.
Marisa tersenyum. Gadis berusia 22 tahun itu tersenyum dan bertanya, "Mirna-nya ada, Nek Eka? Saya mau ketemu!" (para tetangga memang memanggilnya Nek Eka).
"Mirna ada. Sebentar ya, saya panggil dulu!"
Bu Eka meminta Marisa untuk masuk. Dan segera dipanggillah Mirna. Mirna saat itu tengah menyetrika baju. Mirna segera mematikan setrika karena kedatangan tamu.
Mirna menemui Marisa yang duduk di ruang tamu.
"Eh, Mbak Marisa!" seru Mirna sambil duduk di sebelahnya.
"Iya nih, Mir. Ada waktu nggak kamu bantu saya? Saya lagi butuh bantuan kamu," balas Marisa dengan wajah cemasnya.
"Minta bantuan apa, ya?"
"Sini!"
Marisa menjawab dengan berbisik cukup lama di telinga kirinya Mirna. Sampai akhirnya, Mirna menunjukkan respon terkejut.
"Ah, masa Mbak?" tanya Mirna tak percaya.
"Iya. Tapi itu juga baru dugaan saya. Bisa aja Kang Surya itu malah jalan sama wanita lain. Jalan dalam artian kencan gitu," jawab Marisa.
"Baru dugaan, Mbak. Kalau emang bener Mbak Marisa-nya suudzon gimana?"
"Ya biar rasa suudzon saya hilang, kamu selidiki. Benar nggak, suami saya itu selingkuh atau nggak."
"Semoga aja nggak! Saya siap membantu semampu saya."
Marisa mengangguk tersenyum dan berterima kasih pada Mirna. Ia pun mengeluarkan uang untuk bayar Mirna. Uangnya hanya 100 ribu rupai saja. Mirna menerimanya segera.
"Makasih, Mbak! Padahal bayar nanti pun nggak masalah," kata Mirna dengan senang sopannya.
"Sekarang ajalah. Nanti malah jadi hutang. 'Kan kasihan kamunya," balas Marisa.
Mirna tersenyum kecil. Ia pun bersalaman dengan Marisa, tertanda 'deal'. Sepakat juga untuk kerjasama jika Marisa juga dibutuhkan oleh Mirna, jika gadis itu meminta bantuannya. Seperti memberikan informasi tentang Surya, suaminya Marisa.
Marisa pun pamit pulang pada Mirna dan neneknya dengan ucapan salam juga. Mulailah hari itu juga, Mirna harus melaksanakan tugasnya. Namun sebelum itu, ia melihat foto Surya yang Marisa berikan dengan uang bayarannya di dalam amplop coklat.
"Bisa aja ini mantan pacarnya," kata Mirna bergumam.
...***...
Saatnya bertugas!
Gadis itu pergi sendiri dengan sepedanya. Kata Marisa di hari Minggu ini, Surya pergi main futsal dengan teman-teman kantornya. Lapangannya tidak jauh dari komplek perumahan tempat tinggal mereka.
Sudah bisa di selidiki langsung oleh Mirna. Karena ia tahu dimana lapangan itu berada. Jadi, ia tinggal mendeteksi Surya setelah bermain futsal dengan teman-teman kerjanya. Tak hanya menyelidiki apa yang Surya lakukan setelah futsal. Tapi yang patut dipertanyakan adalah:
Benarkah Surya itu bermain futsal, atau justru selingkuh dengan wanita lain?
Mulailah ia melihat lapangan futsal itu saat sudah sampai. Di dalamnya ternyata kosong. Tidak ada siapa-siapa. Tak ada kegiatan orang yang bermain basket atau futsal. Bingung juga mau berbuat apa, sampai Mirna melihat seorang bapak-bapak yang sudah cukup umur sedang menyapu lapangan.
Untuk mendapatkan informasi, Mirna mendekatinya dan bertanya, "Permisi, Pak! Apakah tadi ada yang main futsal di lapangan ini?"
Bapak itu mengerutkan kening, kemudian menjawab, "Nggak ada yang main futsal di sini, Dek. Adanya anak-anak yang berusia masih sekolah SMP gitu. Tapi mereka main basket, bukan futsal.".
Mirna terkejut. Artinya memang sebuah bukti bahwa Surya membohongi istrinya. Mirna melihat jam tangannya. Sekarang jam 9 pagi. Untuk dapat informasi lebih, Mirna menelepon Marisa.
"Halo, Mbak Marisa! Aku mau tahu, Mas Surya itu kalau futsal suka jam berapa, ya?"
Di seberang Marisa menjawab, "Dia futsal jam 7 sampai jam 9. Emang kenapa?"
"Ada di rumah nggak sekarang?"
"Nggak ada. Dia belum pulang."
Bisa saja ini benar kalau Surya telah membohongi Marisa. Ia pun berterima kasih pada Marisa lalu menutup telepon. Mirna kembali bertanya pada bapak tukang sapu lapangan itu.
"Pak! Anak-anak SMP itu, main basketnya dari jam 7?"
Bapak tukang sapu itu menjawab, "Iya. Tapi selalu satu jam, sampai jam 8."
"Ada lagi yang pakai lapangan ini nggak?"
"Ada, tapi nanti sore. Anak-anak SD gitu, pada main futsal."
Sudah terbukti kalau Surya berbohong. Kini ia berterima kasih pada tukang sapu itu. Bapak itu hanya mengangguk dan kembali menyapu. Namun, Mirna belum pergi dari lapangan. Inilah saatnya memakai alat canggih peninggalan ayahnya.
Lensa kontak ia pasangkan pada bingkai kacamatanya. Canggihnya, lensa kontak ini bukan lensa kontak biasa. Lensa kontak ini bisa mendeteksi sidik jari pelaku kejahatan secara langsung. Tak hanya sidik jari, tapi juga jejak kakinya. Jadi tak perlu susah payah menggambarkan sosok pelaku atau memotret sidik jari dan langkah kakinya.
Mirna melihat lagi foto Surya. Dan ia berjalan berkeliling lapangan satu hingga tiga kali. Terdeteksi di kacamatanya dari lensa kontak yang ia pakai. Tidak ada sidik jari serta langkah kaki Surya dengan wanita itu.
Artinya, Surya tidak ke lapangan ini. Terbukti jelas, bahwa Surya berbohong. Sekarang Mirna benar-benar keluar dari lapangan itu, untuk mencari Surya. Selama dalam perjalanan, Mirna mengirim pesan pada Marisa untuk menanyakan Surya.
Surya sudah pulang ternyata. Dengan wajah seperti biasa, seperti orang yang beres berolahraga. Mirna mengangguk paham. Dan ia akan ke rumah Marisa untuk memberikan bukti kalau Surya berbohong.
...°°°...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Laksana mutiara🥀
Canggih bgtt! dah! Lensa mata ini😍 Kira² ada ga ya di dunia nyata?😂😂😂
2023-04-17
1