"Diem," lirih Juan seolah tidak ingin gadis yang diseretnya itu tahu akan rahasianya. Amara hanya mengerucutkan bibir membalas.
Hilmi menunjuk tangan Juan yang masih menggenggam erat lengan Amara. "Itu apa? Kenceng amat pegangannya," ledeknya.
Juan sontak tersadar dan langsung melepas genggamannya.
"Nah, berarti gue boleh dong kenalan sama Amara juga." Hilmi mengedikkan alisnya seolah memberi isyarat.
"Lo mau gelut?" balas Juan seolah menantang saudara kembarnya itu. Satu tangannya hendak mencengkeram kerah seragam Hilmi, tapi urung saat Amara menahannya.
"Set-set! Ini sekolah, Ju," sahut gadis itu. "Kalo lo dipanggil BK bisa berabe ntar!"
Hilmi melipat kedua lengannya di depan dada sambil tersenyum kepada adik kembarnya itu.
"Tuh, dengerin," ledeknya. "Gue juga di sini mau sekolah dan temenan. Bukan mau gelut."
"Lo ini, ya ...." Tangan Juan terangkat lagi, tapi urung kembali karena Amara malah menariknya menjauh dari Hilmi.
***
"Abis ini kita langsung cabut lagi," ucap Juan ketika ia dan Amara sampai di rumah sepulang sekolah.
"Ke mana, Tuan Muda?" tanya Amara seolah meledek pemuda itu dengan memanggilnya 'Tuan Muda'.
Juan lantas menatap Amara. Kedua tangannya terangkat, lalu menjepit kedua pipi gadis itu seketika.
"Cot-cot-cottt ...."
"Dua kali lagi lo ikut-ikutan kayak dia, gue usir lo dari sini," kata Juan ketus seraya melepas jepitan tangannya di pipi Amara.
Gadis itu merengut. Pipinya yang bersemu merah itu diusapnya beberapa kali.
"Lagian Hilmi, kan, kakak lo. Aneh sih sama kakak sendiri kayak musuh bebuyutan gitu," omelnya.
Juan sontak mengangkat dua buah jarinya tepat lima senti di depan wajah Amara. "Dua kali," desisnya.
"Ish, mau lo apa sih? Jadi laki enggak usah kaku gitu kenapa?!"
Juan hendak mengangkat satu jarinya lagi, tapi urung saat mendengar suara yang datang dari pintu utama rumah.
"Assalamu'alaikum."
Amara berbalik dan memandang seorang pemuda yang baru saja masuk rumah itu. Matanya nampak berbinar.
"Eh, Hilmi," ucapnya sambil melambaikan tangan.
Juan lantas mengerucutkan kening. Telunjuknya mengarah kepada saudara kembarnya itu.
"Siapa yang nyuruh lo ke sini?" tanyanya ketus.
Hilmi tersenyum tipis. "Papa," ucapnya enteng. "Tadinya gue enggak mau nyusahin lo, tapi Papa maksa supaya gue tinggal seatap sama lo."
Pemuda itu lantas menatap ke arah Amara. "Amara ngapain di sini?"
Amara hendak menjawab, tapi Juan justru menahan lengannya seolah memberi isyarat supaya dirinya bungkam.
"Bukan urusan lo," jawab Juan seraya berlalu sambil menggandeng tangan Amara.
Kepala gadis itu masih saja menatap Hilmi. Ia melambaikan tangan sejenak sebelum Juan memutar balik kepalanya supaya menghadap ke depan.
***
"DNA adalah kumpulan materi genetik yang satuan molekulnya disebut nukleotida. Nah, setiap nukleotida itu terdiri atas basa nitrogen, gula deoksiribosa, dan gugus fosfat."
Amara membaca setiap materi yang ada di buku biologinya. Ia melirik ke arah Juan yang tengah mengerjakan tugas sejenak. Pemuda itu fokus sekali sampai tidak melihat ke arahnya lagi.
Gadis itu tersenyum dan berdeham sejenak, membuat Juan meliriknya sekilas. Ia melanjutkan lagi membaca materi biologi itu.
"Basa nitrogen DNA selalu berpasangan antara kelompok purin dan pirimidin. Basa purin yaitu Adenin dan Guanin, sedangkan basa pirimidin yaitu Sitosin dan Timin. Nah, kalo di rumah ini penghuninya ada tiga orang sekarang, kira-kira yang saling berpasangan siapa, ya?"
Juan lantas menghentikan aktivitas menulisnya. Ia tidak melirik ke arah Amara, tapi gadis itu tahu benar kalau Juan berhenti mengerjakan tugas karena ucapannya barusan. Dirinya terdiam, berusaha menahan tawa.
Tiba-tiba saja Hilmi datang dengan membawa beberapa buku dan alat tulis ke ruang tengah tersebut.
"Gue ikutan, ya? Enggak ngerti pelajarannya sampe di materi apa kalo di sekolah kalian," katanya sembari duduk di karpet yang berdekatan dengan Amara.
"Sini gue aja yang kasih tahu." Amara menyerobot buku milik Hilmi, sementara Juan melihat ke arah mereka detik ini.
Juan menghela napas sejenak, sebelum melanjutkan kembali aktivitasnya.
"Biologi mah sampe sintesis protein, Hil," ucap Amara sambil membuka buku biologi yang dipegangnya, lalu memberikannya kembali ke Hilmi.
"Emang sintesis protein apaan itu?" tanya Hilmi. "Kayaknya udah jauh banget materinya."
"Hehe. Guenya yang kecepetan belajar sampai situ udahan." Amara meringis, lalu beranjak membuka buku paket yang dipegangnya. "Sintesis protein itu proses pembentukan protein yang melibatkan DNA dan RNA. Materi genetiknya biasanya pasang-pasangan gitu—"
"Kayak orang, ya, bisa pasang-pasangan?" celetuk Hilmi menyela ucapan Amara.
Amara lantas terdiam. Matanya melirik ke arah Juan yang masih sibuk menulis dengan tampangnya yang terlampau serius itu. Lebih serius dibandingkan lima menit sebelum Hilmi datang tadi. Gadis itu meringis membalas celetukan Hilmi.
"Iya ... hampir mirip gitu sih," katanya.
Hilmi sesekali melirik Juan yang tidak meresponsnya. "Eh, tapi, kan, kalo enggak salah sintesis protein ada dua tahapan, ya? Apa tuh namanya?" tanyanya pada Amara sambil masih melirik Juan.
"Transkripsi dan translasi," jawab Amara.
"Wah, kayak orang, ya, ada dua tahapan juga."
Amara mengerutkan keningnya. "Apa aja emang?"
"Tahap satu PDKT, tahap dua jadian."
Juan lantas memutar bola matanya usai mendengarnya. Sementara Amara tertawa membalas ucapan Hilmi, pemuda itu segera menutup bukunya dan pergi dari ruangan tersebut.
"Eh, Ju, mau ke mana?" tanya Amara. Pemuda itu tidak merespons dan berjalan terus ke arah kamar.
"Kenapa tuh bocah?" tanya Hilmi.
"Biasalah, kalo lagi pening emang suka gitu dia," jawab Amara amat santai. "Lanjut enggak ini?"
"Eh, iyalah. Gue belum paham bagian ini nih."
Amara segera mengajarkan bagian materi biologi yang tidak dimengerti oleh Hilmi. Pemuda itu sesekali melirik ke arah kamar Juan yang pintunya tertutup itu dengan sesuatu yang tengah dipikirkannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Yem
sama hilmi aja Amaranya.. 🤭
2023-03-02
1