Bab IV Proses Menerima Lamaran

Sore beranjak, malam pun tiba. Elah tidak juga mau keluar dari kamarnya. Tidak mandi sore itu. "Puti, aku takut". Ujarnya kepada kucing kesayangannya.

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Abah dan ibu beraktifitas di dalam seperti biasa, hanya tidak mau makan, bukan karena tidak lapar karena tidak ada yang di makan. Ibu tidak masak. Hanya memakan kue kering yang tersisa di meja dapur.

"Abah, ibu". Elah memanggil dengan suara pelan. Dengan bergegas keduanya menemui Elah di kamar.

"Ibu sama Abah sama lihat masih ada laki-laki itu". "Iya". Jawab keduanya. "Dimana kamu ketemunya sama dia"." Itu Bu, laki-laki yang ketemu di warung bakso yang pernah ibu ceritakan".

"Ooooh, tuuuh kan, apa ibu bilang, Abah juga curiga kamu di apa-apain kaan?".

"Ibu jangan berfikir macam-macam, Elah enggak di apa-apain Bu". "Terus itu mau ngapain kesini?". "Malah mau melamar kamu, dan mau menikah sama kamu, tadi sudah ngomong sama Abah."

"Tidak ibu, jangan Abah, Elah enggak mau". Elah menangis sejadi-jadinya.

"Sudah.... Jangan menangis, ibu sama Abah malu, apa kata tetangga nanti".

Abah bertambah bingung. Apa yang harus di lakukan. Sarung yang di pakai sudah naik ke atas lutut. Gelisah.

Ibu beranjak dan melihat situasi ke depan rumah. Laki-laki kribo masih ada di kursi depan.

"Masuk sini," ujar ibu mempersilahkan laki-laki kribo masuk.

Dengan perasaan senang ia memasuki rumah, rambut kribo nya hampir nyangkut di pintu rumah. Ibu yang melihat kejadian itu, hampir tertawa terbahak-bahak, namun di tahan.

"Baru kali ini ada laki-laki yang main ke rumah dengan keadaan seperti ini". Ibu tidak habis fikir, "mimpi apa aku semalam... ?, kenapa Elah harus bertemu dengan laki-laki kribo ini". Ibu masih saja bergumam dalam hati.

*******

"Heemmm, ehhmmmm .... Siapa nama kami rambut kribo?". Abah memulai pembicaraan.

"Nama saya sidiq pake 'Qiyu'.." menjabat dan mencium tangan Abah. Rambut kribo sidiq menyentuh kumis Abah.

"Hacissss... Haccciiisss... Haccciiiss, Abah bersin tiga kali, ya... Yaa, bapak kamu siapa? Aslinya dari mana?". Abah terus mencecar pertanyaan kepada sidiq tentang keluarga dan keturunannya.

"Hahaha.... Hahahaha... Abah tertawa terbahak-bahak, bisa saja kami sidiq, ok. Abah terima lamaran kamu, nanti Abah yang akan menceritakan semuanya sama Elah, Abah yakin Elah pasti mau menikah sama kamu.

Suara tawa Abah terdengar ke kamar Elah. Elah dan ibu sontak bangun dari ranjang Elah. Puti pun terjatuh dari pangkuan Elah.

"Ibu, Abah kenapa?" Elah bertanya dan mulai timbul penasaran.

"Kita ke luar yuk," ujar ibu.

"Tapi Elah takut Bu..".

" Enggak kan ada Abah sama ibu, kalau rambut kribo itu bertingkah ibu lapor RT atau RW sekalian, biar di urus ke kantor polisi sekalian". Jauh ibu memberikan pandangan kepada Elah.

Pintu yang terkunci perlahan di buka, ibu di depan, Elah mengikuti dari belakang.

Abah yang menyadari keduanya langsung menyambut ceria. "Sini, Bu. Elah juga sini duduk". Dengan menepuk-nepuk kursi untuk di duduki oleh Elah dan ibu.

Ibu duduk di sebuah kiri Abah, Elah di sebelah kanan Abah. Tepat di pinggir sidiq. Karena enggak ada lagi tempat selain di sebelah sidiq.

"Elah, anak ini namanya sidiq pake 'Qiyu'. Dengan nada dalam Abah melafalkan huruf Q. "Abah sudah menerima lamaran sidiq, dan kamu harus menerimanya juga.

"Abah, kok bisa!. Elah enggak mau, bukannya Abah mau Adam, atau oni, Hamdi dan yang lain yang mau di jadiin mantu sama Abah, kenapa harus dia". Jari Elah tepat di ujung hidung sidiq yang mancung.

"Pokoknya kamu harus mau" Dengan nada datar Abah menjawab.

Besok lamarannya, keluarga sidiq akan datang besok, lengkap dengan nenek, kakek, bapak, ibu, kakak, adek, keponakan dan saudara-saudara saya dan saudara tiri saya nanti akan datang.

"Banyak sekali", Ujar ibu. "Rumah kita kecil, nanti roboh kalau semuanya ke sini". Ibu mengernyitkan dahi.

"Enggak apa-apa Bu". Saya dan keluarga sudah terbiasa. Sidiq berusaha meyakinkan kepada ibu.

"Apa-apaan ini". Elah menyela.

"Tenang saja, Elah kamu tidak akan menyesal. Si rambut kribo ini pasti akan membahagiakan kamu.". Abah meyakinkan keputusannya. Dan seolah-olah memaksakan Elah untuk segera menyetujui lamaran sidiq.

*****

Lamaran di laksanakan. Tanggal pernikahan di tentukan. Elah menerima dengan pasrah. Laki-laki kribo dengan celana cutbray berhasil menjadi calon suami Elah.

Keputusan Abah, ibu dan Elah membuat tetangga tercengang kaget bukan kepalang.

"Apa yang terjadi, apa mata Elang buta". bi Eneng rumahnya persis di samping Elah istrinya mang Ujang.

"Iya," Bi Iyoh menimpali. "Malah katanya sebentar lagi mau menikah sama laki-laki kribo dengan celana cutbray itu".

Semua tetangga yang tahu tentang kaum adam yang bertandang ke rumah Elah meras heran, kaget dan tidak percaya.

Elah memilih dan menerima lamaran si rambut kribo tanpa gaya Amerika, Jepang dan China.

Semua syarat dan administrasi di terima. Hari Selasa tanggal dua puluh delapan bulan Februari tahun dua ribu dua puluh satu pernikahan di laksanakan. Selang dua hari setalah lamaran yang di ajukan sidiq kepada Abah.

Pada saat lamaran semua keluarga sidiq datang, ramai riuh di halaman rumah Elah, depan rumah tetangga depan, belakang, pinggir pun ikut ramai dengan datangnya keluarga besar sidiq.

Kampung menjadi ramai dengan lamaran yang di laksanakan di rumah Elah. Para kaum Adam yang pernah bertandang ke rumah Elah mendengar kabar lamaran Elah telah di laksanakan membuat patah hati, tidak di sangka dan di nanya. Gadis pujaan mereka telah menentukan pilihannya yang luar biasa. Rambut kribo dengan celana cutbray.

Adam terutama lelaki yang tidak terima dengan keputusan Elah, karena ia menganggap dialah kandidat paling kuat, paling di idolakan oleh Abah.

Namun, ternyata Abah telah berubah fikiran dan menerima lamaran si kribo yang hanya bertandang satu kali saja, sedangkan Adam berkali-kali dengan membawakan hadiah, kado, kue yang istimewa untuk memikat hati Abah, ibu dan Elah.

Oni rupanya mendengar juga tentang lamaran yang sedang berlangsung, awalnya dia mau mengamuk di depan rumah Elah dan akan membubarkan pasukan si kribo, namun Herman temannya berusaha mencegah Oni untuk tidak berbuat onar dan anarki. "malu ih kamu kan anak orang terhormat, masa mau mengamuk di tempat lamaran Elah, apa kata orang nanti". Herman mengingatkan Oni untuk tenang dan menerima kenyataan.

Begitu pun dengan Hamdi, ia hampir saja membawakan parang berukuran panjang untuk membunuh si kribo di hadapan khalayak ramai. Lagi-lagi perbuatan Hamdi di tahan oleh Jaka sahabat karibnya.

...****************...

Episodes
1 Bab 1 Tragedi Bakso Tumpah
2 Bab II Laki-laki Udik Bercelana Cutbray
3 Bab III Baru Bertandang Sekali Langsung Mengutarakan lamaran dan Menikah
4 Bab IV Proses Menerima Lamaran
5 Bab V. Menikah
6 Bab VI Bertandang Ke Rumah Sidiq
7 Bab VII. Masih di Rumah Sidiq, Lalu Pamit
8 Bab VIII Cemburu
9 IX Ngidam dan Melahirkan
10 Bab X. Berlian Sidqia
11 Bab XI Jelita dan Ekornya yang Berguguran
12 Bab XII. Melahirkan Anak Kedua
13 Bab XIII Bertandang Ke Rumah Abah dan Ibu
14 Bab XIV. Menghadiri Pernikahan Mayang
15 Bab XV. Tamu Tak di Undang
16 Bab XVI. Peristiwa Berdarah dan Tidak Terduga Sebelumnya
17 Bab XVII Hadiah Pernikahan Yang Spektakuler
18 Bab XVIII Kerudung Merah Muda Pemberian Ibu
19 Bab XVIII Tamu Istimewa Untuk Bi Inah
20 Bab XX. Kabar Duka dari Kampung Halaman, Ibu merindukan Elah
21 Bab XXI Rindu Abah dan Ibu ( satu tahun setelah abah ibu wafat)
22 Bab XXII. Ayah Cinta Pertama Untuk Anak Perempuannya.
23 Bab XXIII. Buah Delima Untuk Ibu
24 Bab XXIV Kasih Sayang yang Tidak Bisa Tergantikan
25 Bab XXV. Pacar Baru Berlian
26 Bab XXIV. Cinta Bersemi di Pondok Mertua Indah
27 Bab XXVII. Permainan yang Menggaduhkan Suasana Keluarga
28 Bab XXVIII. Bayi Yang Terbuang
29 Bab XXIX. Cinta dan Anugerah
30 Bab XXX. Liontin Emas
31 Bab XXXI. Menua Bersama Sampai Akhir Hayat
32 Bab XXXII. Broken Heart
33 BAb XXXIII. Terlambat Menyadari
34 Bab XXXIV. Pecahan Kaca yang Retak
Episodes

Updated 34 Episodes

1
Bab 1 Tragedi Bakso Tumpah
2
Bab II Laki-laki Udik Bercelana Cutbray
3
Bab III Baru Bertandang Sekali Langsung Mengutarakan lamaran dan Menikah
4
Bab IV Proses Menerima Lamaran
5
Bab V. Menikah
6
Bab VI Bertandang Ke Rumah Sidiq
7
Bab VII. Masih di Rumah Sidiq, Lalu Pamit
8
Bab VIII Cemburu
9
IX Ngidam dan Melahirkan
10
Bab X. Berlian Sidqia
11
Bab XI Jelita dan Ekornya yang Berguguran
12
Bab XII. Melahirkan Anak Kedua
13
Bab XIII Bertandang Ke Rumah Abah dan Ibu
14
Bab XIV. Menghadiri Pernikahan Mayang
15
Bab XV. Tamu Tak di Undang
16
Bab XVI. Peristiwa Berdarah dan Tidak Terduga Sebelumnya
17
Bab XVII Hadiah Pernikahan Yang Spektakuler
18
Bab XVIII Kerudung Merah Muda Pemberian Ibu
19
Bab XVIII Tamu Istimewa Untuk Bi Inah
20
Bab XX. Kabar Duka dari Kampung Halaman, Ibu merindukan Elah
21
Bab XXI Rindu Abah dan Ibu ( satu tahun setelah abah ibu wafat)
22
Bab XXII. Ayah Cinta Pertama Untuk Anak Perempuannya.
23
Bab XXIII. Buah Delima Untuk Ibu
24
Bab XXIV Kasih Sayang yang Tidak Bisa Tergantikan
25
Bab XXV. Pacar Baru Berlian
26
Bab XXIV. Cinta Bersemi di Pondok Mertua Indah
27
Bab XXVII. Permainan yang Menggaduhkan Suasana Keluarga
28
Bab XXVIII. Bayi Yang Terbuang
29
Bab XXIX. Cinta dan Anugerah
30
Bab XXX. Liontin Emas
31
Bab XXXI. Menua Bersama Sampai Akhir Hayat
32
Bab XXXII. Broken Heart
33
BAb XXXIII. Terlambat Menyadari
34
Bab XXXIV. Pecahan Kaca yang Retak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!