Elah yang kaget melihat laki-laki dengan celana cutbray di depan matanya, perlahan memalingkan wajah. Namun, ternyata laki-laki itu sudah ada tepat di hadapannya.
"Mau kemana?".
Elah tidak menjawab hanya sedang berusah menghindari, sambil mencari celah di jalan yang sempit bagaimana bisa berlari, berjalan saja hanya bisa di lewati satu orang. Karena berpapasan posisinya.
"Enggak usah takut kemarin-kemarin waktu di tukang bakso galaknya minta ampun. Lantas kenapa di sini jadi pendiam". Seolah-olah sedang dalam keadaan mujur laki-laki tersebut menyunggingkan senyuman.
Elah tidak melihat senyuman itu, padahal senyumannya manis sekali. Elah hanya tertunduk.
" Kufikir kita tidak akan bertemu lagi setelah kamu menumpahkan bakso ku". Elah memberanikan diri menjawab, masih dengan posisi menunduk.
Dalam hati Elah kapan laki-laki udik itu akan pergi, sepertinya ada semut yang mulai menjalar ke atas kakinya.
"Mungkin kita jodoh kali... Makanya kita ketemua lagi".
"Amit-amit jabang bayi, jangan berharap yah!". Elah mulai menancap gas bicaranya.
"Jangan begitu nanti di pertemuan selanjutnya aku pasti melamar dan meminang kamu langsung ke orang tuamu".
"Berani sekali, bawa orang tuaku". Elah mulai menatap mata laki-laki udik yang tidak tahu siapa namanya.
"Saya berani".
"Hey ... Kamu enggak bakalan tahu di mana rumahku, rumahku jauh enggak Bakalan ketemu, awas jangan macam-macam main ke rumahku. Di rumahku ada anjing galak". Ujar Elah.
Bukannya takut malah tambah berani laki-laki udik menantang Elah.
"Siapa takut, besok malam, aku mau main ke rumah kamu, buat melamar kamu langsung".
"Eit... No.. no... No... Gak bisa!. Sembrono sekali main-main di undang juga enggak".
"Marah nya sudah cantik, apalagi kalau tersenyum". Goda laki-laki udik menggoda Elah.
"Enggak ada senyum-senyum. Awas minggir aku mau lewat. Nanti Abah sama ibu ku sibuk mencari-cari ". Dengan tangan yang sigap, Elah langsung mendorong laki-laki udik tersebut, sehingga terjatuh ke tanah.
Elah lewat begitu saja tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
"Dasar, kenapa siih harus ketemu dia lagi, sebel-sebel.... Sebeeeeel banget". Tanpa di sadari Elah sudah berada di depan pintu rumahnya.
"Ada apa, datang-datang sebel,sebel,sebeeeeel.. ibu meniru gaya Elah. Rupanya ibu sudah memperhatikan Elah dari depan rumah.
"Ibu, kenapa Elah sebel, itu tuh tadi pas mau kesini di jalan yang setapak Elah ketemu laki-laki yang numpahin bakso Elah. Elah kan jadi nya sebel.. mau makan bakso enak enggak jadi, mana antriannya panjang dan lama. Bakso mang Udin waktu itu ramai pengunjung, bakso yang siap di makan malah ke senggol sama dia. Mana udik gitu. Pokoknya Elah sebel, sebel banget". Sambil nyerocos Elah masuk ke kamarnya.
"Hati-hati nanti kamu jatuh hati" ibu menguntili Elah dari belakang.
"Amit-amit ibu jangan begitu ngomongnya, kalau jadi kenyataan giman? Ibu sama Abah mau punya menantu udik!".
Bruk... Pintu kamar Elah di tutup. Pintu kamar Elah engsel nya tinggal satu, yang bagian bawah sudah copot.
Ibu bengong di depan pintu yang hampir jatuh. " Elah hati-hati dasar itu engsel pintunya satu udah copot, eeh malah di tutupnya begitu. Nanti copot kamar kamu enggak ada pintunya. Terus nanti laki-laki udik itu tiba-tiba ada di depan kamar kamu gimana?".
Elah yang sudah masuk ke kamar dan bersiap untuk rebahan, bangkit kembali dan mendatangi ibu yang masih ada di balik pintu kamar Elah.
"Ibu...ibu.... Jangan yah, Elah enggak mau punya suami kayak begitu. Celananya itu bikin ngeri Bu". Elah merinding.
Ibu yang mendengar ucapan Elah berfikir emang celananya kenapa yah? Kok bisa mengerikan begitu?, Aaaah Elah, elah.. kenapa dengan celana laki-laki itu". Ibu terburu-buru menuju dapur mencari Abah, dan mau bercerita tentang laki-laki udik dengan celana mengerikan.
"Abah, Abah, Abah.. kemana si Abah". Ibu tiga kali dan berkali-kali memanggil Abah. Tapi Abah enggak ketemu.
"Aduh kemana lagi itu si Abah?" Ibu beringsutan, kain panjang nya mulai di ambil ujung atasnya lalu di peras oleh kedua tangannya, seolah-olah sedang menjemur baju.
Abah tak jua menampakkan batang hidungnya, ibu yang sibuk dan bertanya-tanya di mana si Abah. "Heran, biasanya Abah ada di dapur sambil duduk di atas dipan sambil memegang kipas" ujar ibu sambil matanya celingukan ke kanan dan ke kiri mencari sosok Abah. Sedangkan Elah di kamar sedang tertidur pulas. Tidur siang yang nyenyak.
Cuaca hari itu panas tidak dingin tidak, nikmat untuk tidur siang. Elah di temani kucing yang ikut terlelap tidur tidak lupa bantal guling bayi, yaa... bantal guling waktu bayi.
******
"Abah, Abah... ibu cari-cari di dapur enggak ada, biasanya kan Abah disini, dari mana, bla... bla... bla...?". ibu enggak berhenti bertanya.
"Ada apa Bu?, pelan-pelan saja ngomongnya, enggak berhenti dari tadi, bagaimana Abah mau menjawabnya". Abah tadi di panggil mang Ujang katanya jala ikannya ada yang mencuri, di simpan di saung, di saung sawahnya. Abah kesitu tadi sebentar, kan malu kita suka pinjem jala ikannya, masa kehilangan kita diam-diam saja".
"Iya, tapi kenapa enggak bilang sama ibu".
"Abah enggak sempat, lagian tadi Abah denger ibu lagi ngobrol sama Elah di kamarnya, lagian rumah mang Ujang kan dekat." "Ya, udah yang penting sekarang Abah udah ada di sini, ibu mau ngomong tentang Elah, katanya tadi ketemu sama laki-laki yang numpahin baksonya". belum sempat ibu bercerita, Abah sudah menyela pembicaraan. "Begitu aja, kirain Abah mah ada apa aja. Elah mah enggak bakalan kaget ketemu sama laki-laki mah, setiap hari juga banyak laki-laki yang main ke rumah kita.
"Sssssttttt..... sssttt... ibu memberikan isyarat jari telunjuknya di tempelkan di tangan Abah yang mau menguap. Kontan saja Abah kaget dan hampir saja ibu terkena pukulan Abah.
"Ibu... ibu kenapa siih?.. itu telunjuk ke mulut Abah. Abah kan kaget Bu, hampir saja ibu kena pukulan Abah".
"Abah... Abah, ibu belum beres bercerita udah motong pembicaraan saja".
"Ada apa yang sebenarnya". Meski tidak jadi menguap Abah penasaran atas sikap ibu.
"Kata Elah, laki-laki itu udik terus celananya mengerikan". ibu mengecilkan suaranya dengan pelan ketika berkata 'mengerikan'.
"Abah matanya menjadi terbelalak dengan tiba-tiba, setelah ibu mengatakan 'mengerikan'.
"Elah nya mana sekarang" Abah menanyakan keberadaan Elah.
"Elah ada di kamarnya".
"Addddddduuuuuuh, ibu... ibu...."
"Kenapa Abah.....?" ibu menjadi kaget.
"Elah enggak kenapa-napa, berdarah atau terluka, atau menangis pas datang ke rumah?". Abah was-was.
"Enggak Abah, hanya bilang sebel... sebel... sebeeeeelll banget". itu kata-kata yang ibu dengar pas mau masuk rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments