Perjalanan melelahkan bergulir tak ubahnya seperti sebuah permainan ular tangga. Siapa yang dulu sampai ke puncaknya maka dialah yang dinyatakan sebagai pemenangnya.
Kedua pasangan manusia beda usia itu telah menepi di halaman rumah keluarga besar Kertapati. Miranda yang baru pertama kali datang kesana tidak banyak bicara tapi bola matanya bergerak luas menjangkau kemewahan rumah Bara yang pernah menjadi sang pujaan hati.
"Mir, masuklah!" Ajak Jonathan datar. Tidak ada senyum sedikit pun yang terbit diujung bibir Pria dewasa itu.
Sebenarnya jika di bandingkan dengan Bara, Jonathan jauh lebih tampan, gagah dan menawan. Dia belum terlalu tua. Tapi untuk ukurannya sebagai seorang laki-laki tentu Jonathan ada dalam fase yang sangat matang sekarang berbeda dengan Bara yang masih polos dan ke kanak-kanakan.
"Om...!" Miranda menahan langkah kaki Jonathan. Perasaan was-was tiba-tiba menghampirinya. Bagaimana jika Jonathan berbohong kalau ternyata Bara tidak keluar negeri dan ada di dalam sana. Miranda pasti tidak akan bisa hidup dengan tenang.
"Ada apa Mir?" Jonathan mencoba membaca apa yang terlihat di kedua manik sayu perempuan belia di hadapannya. "Kau takut bertemu Bara? Dia tidak di rumah. Aku akan mengurus sekolahnya di luar negeri," Sambung Jonathan kemudian yang tidak membiarkan Miranda menjawab apa pun pertanyaan yang menurutnya tidak perlu lagi di jawab oleh Miranda.
Perempuan kecil itu mengangguk faham dan mengikuti lagi kemana Jonathan membawanya sampai mereka berada di sebuah kamar yang sangat luas untuk ukuran dua orang saja.
"Tidurlah disini, cari aku di kamar sebelah jika kamu perlu sesuatu!" Ucap Jonathan lagi.
"A- apa Om, kenapa aku di suruh tidur sendiri?" Miranda setengah mengernyit bingung menatap ke arah Jonathan yang membuatnya merasa menjadi orang paling bodoh sedunia. Bukankan setahunya jika dua orang beda kelamin sudah menikah, mereka akan akan selalu bersatu dalam hal apa pun.
Jonathan balas menatap dalam kearah Miranda yang memang terlalu lugu untuknya. Ia tidak mungkin melakukan apa yang Miranda maksud dengan tidur bersama. Sebab Miranda masih terlalu kecil bagi Jonathan jika harus melayaninya.
"Lupakan Mir, itu demi kebaikanmu!" Ucap Jonathan sebelum akhirnya pria itu keluar dan menutup pintu kembali.
Miranda hanya tercenung dalam lelah tak berkesudahan, hingga air matanya luruh karena tak mampu menahan sesak, "Jadi ini ya rasanya kalau perempuan hamil di luar nikah, aku seperti sampah yang tak berarti di mata semua pria mana pun?" Ucap Miranda kelu.
Tak ada yang bisa di lakukan, Miranda hanya melamun di tepi ranjang seorang diri seperti seorang yang kehilangan semangat hidup. Ia benar-benar tidak tahu mengapa nasibnya jadi sangat menyedihkan seperti ini. Rumah mewah milik Jonathan tak mampu membuat hatinya terhibur sedikit pun. Tempat itu terlalu asing baginya. Bahkan untuk bergerak saja terasa begitu menyiksa hati.
Tak lama seseorang mengetuk pintu, rupanya Jonathan kembali dengan membawa senampan makanan dan minuman yang disuguhkannya diatas meja dekat dengan Miranda.
"Makanlah, bayi itu butuh asupan!" Ucap Jonathan yang melirik sejenak kearah perut Miranda.
Jonathan sendiri bingung bagaimana cara mengakui anak itu. Di sebut anak atau cucu kah olehnya yang benar-benar terjebak dalam situasi gila itu. Bara memang keterlaluan. Seharusnya Jonathan tidak perlu menikahi Miranda jika anak bawangnya itu mau bertanggung jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kecil atau besar tetap aja dia sudah SAH menjadi isteri kamu pak,Harusnya bapak yg udah dewasa,mengayomi yg muda,Bukannya malah bertindak kekanak-kanakan kayak gini,sampai ada drama pisah kamar segala..ckk🤦🤦
2024-10-14
0
ᬊ❣️💕༄₳₣łQ₳ ₳Ⱡ ₳ɎɄ฿ł💞❣️ᬊ
udah lah pak Jonathan biarlah cucumu jadi anak mu....
toh kalo perempuan juga nanti kamu sah sah aja jadi walinya....
2023-02-21
2
buk e irul
ngakak
2023-02-15
2