Tiga orang duduk saling berhadapan. Zaniah yang sudah bisa berbicara akhirnya membuka suaranya.
"Papahmu dulu pernah lupa ingatan. Mamah sangat takut jika ingatannya kembali, Danny. Sebelum kejadian waktu itu, Papahmu sudah tidan mencintai mamah lagi. Mamah sangat takut jika semua kembali ingatannya dan mamah akan di buang seperti dulu. Dokter mengatakan efek sakit kepala yang sering di derita papahmu ada pengaruhnya dari kejadian di masa lalu."
Danita dan Danny saling pandang saat mendengar ucapan Zaniah barusan. Pelan Danny mendekatkan dirinya pada sang mamah. Di usapnya punggung wanita itu dengan penuh kasih sayang.
"Mamah jangan takut. Danny yakin Papah tidak akan berbuat seperti itu lagi. Selama ini kalian hidup baik-baik saja. Tidak ada alasan untuk Papah bersikap acuh pada mamah. Mungkin dulu pikiran Papah masih sangat mudah kacau, sedangkan saat ini kalian sudah begitu lama bersama dan pasti tahu baik buruknya pasangan."
Benar apa yang di katakan Danny barusan, Zaniah dan Firhan sudah hidup bersama sekian tahun dan semuanya baik-baik saja. Tanpa siapa pun tahu jika semua itu tidak mungkin terjadi tanpa kehadiran Danny di tengah-tengah keluarga mereka.
"Iya Tante...semua pasti baik-baik saja. Tante harus semangat. Sudah ada Danny yang bersama kalian. Pasti Om akan berpikir dua kali untuk mengacuhkan tante. Danny pasti bisa lindungi mamahnya." Kini Danita pun juga turut mengusap punggung tangan Zaniah.
***
Keesokan paginya, Lillia tampak sarapan bersama Anna. Makan dengan tempe goreng serta sayur tauge. Hanya itu menu yang bisa mereka santap satu hari ini. Lillia memasak hanya di pagi hari dan di makan sampai malam. Satu kata pun tak pernah Anna lontarkan ada sang ibu.
"Bu, Anna boleh nggak lanjutin sekolah?" tanyanya menatap sang ibu usai meletakkan sendok di atas piring.
Ketakutan saat berbicara membuat Lillia terkekeh. Sebab dari dulu ia bahkan sangat mendukung anaknya melanjutan sekolah.
"Kamu itu kalau mau sekolah kenapa setakut itu bicaranya? Daftarlah, An. Di kabupaten sana kan ada kampus yang lumayan bagus. Siapa tahu kamu bisa jadi guru di sini nantinya." tuturnya memberi semangat pada sang anak.
Anna menggelengkan kepala. Bukan tak ingin mengikuti kata sang ibu, namun ia punya tujuan sekolah di kota besar untuk bisa mengejar perkembangan pelajaran. Ia memiliki mimpi yang tinggi hingga saat ini masih belum bisa terwujud.
"Anna mau sekolah di kota X, Bu. Di sana kampusnya bagus-bagus. Anna mau sekali sukses di sana dan bawa ibu tinggal di sana. Hidup kita akan jauh lebih baik dari ini, Bu." Sontak Anna kaget melihat ekspresi sang ibu yang kaget. Lillia meletakkan sendok di atas piring dengan segera dan terdiam beberapa saat.
"Waktu sudah hampir siang. Ayo segera berangkat ke kebun." pintahnya tak lagi merespon ucapan Anna. Lillia sangat takut mendengar nama kota yang menjadikan hidupnya benar-benar hancur. Ia ingin semua tetap baik-baik saja tanpa ada orang masa lalu yang mengusik hidupnya.
Meski tanpa ia sadari saat ini Anna sedang dalam pengawasan orang yang termasuk dalam anggota keluarga di masa lalu Lillia.
"Bu, apa ibu tidak mengijinkannya?" tanya Lillia menahan tangan sang ibu yang hendak membawa piring ke dapur.
"Buang jauh-jauh mimpimu itu, An. Kita hidup dengan tenang di sini itu sudah sepatutnya kita syukuri. Kamu pikir orang hidup di kota hatinya tenang? Tidak semua yang mereka rasakan kamu bisa melihatnya." Anna bingung mendengar ucapan sang ibu.
Bahkan ia sadar setiap katanya begitu hati-hati ia ucapkan. Namun, Lillia ternyata begitu marah padanya saat ini sampai meninggalkannya lebih dulu ke kebun.
"Apa ada yang salah dengan ucapanku yah?" gumam Anna berpikir sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Juli Ana
wahhh jangan jangan dia itu adik mu...
2023-04-03
0
Erina Situmeang
bukan ucapanmu ann yg salah tp masa lalu ibu yg menghalangi
2023-02-15
0