Ketakutan Zaniah

Tak biasanya Danita yang selalu bersikap lembut di hadapan Danny seketika berubah menjadi singa garang. Ia membulatkan matanya tajam serta tangan yang siap untuk kembali menyerang gadis desa dengan perawakan sangat cantik dan lembut.

Tatapan mata sayu begitu membuat hati Danny bergetar. Inilah sosok yang ia cari selama ini. Tanpa sadar ia pun memiliki kriteria untuk seorang wanita di sisinya. Melihat kekasaran Danita, Danny pun segera melindungi wanita yang tengah berusaha bangkit dari rebahnya.

Di sana Anna tampak mengusap lengannya yang terkena kotoran, tak tega Danny juga turut membantu. Ia meraih telapak tangan Anna seraya menyapu tanah dan debu.

"Ayo aku bantu berdiri. Maaf, aku tidak sengaja. Aku salah laju-laju di sini." Danny menatap dua bola mata Anna yang begitu bening sedikit kecokelatan.

Senyum Anna perlihatkan. Ia tak merasa keberatan sama sekali sampai harus terjatuh sebab bertemu dengan pria bak pangeran sangat mengobati semua sakit yang tidak seberapa itu.

"Terimakasih, tidak apa-apa." Anna sadar jika ia tidak boleh terlalu lama membuang waktu. Jam kerja masih terus berputar jangan sampai ada pengawas yang melihatnya berdiam saja.

Segera Anna berjalan hendak meninggalkan Danny, namun tangannya di genggam cepat oleh pria tampan itu.

"Tunggu!" Danny berusaha menahan kepergian Anna.

Dannita tak tinggal diam. "Danny, biarkan dia pergi. Kita juga harus pergi bukan? Ayo cepat!" kuat Danita menarik tubuh Danny.

Melihat ada kesempatan, Anna pun bergegas meninggalkan mereka di kebun itu. Secepat kilat Danny sudah tak meihat keberadaan Anna yang mungkin tengah berjalan di ladang yang naik turun gunung itu.

Berpisah dalam keadaan masih tak mengenal, rasanya membuat jiwa Danny begitu penasaran. "Aku harus tahu siapa gadis itu. Setidaknya aku harus membawa Danita pergi dari sini. Aku yakin Danita tidak akan tinggal diam jika ada wanita sembarangan mendekati ku." gumamnya sangat peka.

Danita selama ini bukan hanya menjadi teman dan sekertaris. Melainkan ia seperti seorang ibu yang sangat teliti dengan semua orang di lingkungan Danny.

Keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kota dengan mobil milik Danny. Sementara Anna hari itu memutuskan pulang usai pekerjaannya beres semua. Ia di sambut dengan sang ibu yang tengah asik menampi beras hasil panen di kebun tetangga.

Desa yang Lillia dan Anna tempati memang desa yang kaya akan pertanian. Meski tak banyak uang yang mereka dapat, namun semua hasil ladang bisa mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari bahkan sesekali mereka hanya mendapatkan upah dari hasil panen tanpa uang.

"Sudah pulang, An?" tanya Lillia pada sang anak, kembali pandangan wanita itu terarah pada beras.

"Iya, Bu." jawabnya dengan wajah ceria.

Tak biasanya Anna pulang dengan wajah berseri seperti itu. Sebab setahunya Anna adalah wanita yang sangat jarang tersenyum. Ia selalu menundukkan kepala tiap kali bertemu orang termasuk Lillia.

"Kok senyum-senyum begitu? Ada apa?" Lagi Lillia bertanya. Sebab ia sangat penasaran.

"Tidak ada apa-apa, Bu. Anna ke kamar dulu yah mau mandi. Setelah itu Anna akan masak untuk Ibu." Lillia pun tak mengambil pusing sikap sang anak. Ia hanya tersenyum dan melihat kepergian anaknya.

Sementara di kota, Danny bersama Danita baru saja tiba di kediaman megah milik Firhan. Beberapa tahu terus menjalankan bisnis akhirnya Firhan berhasil menjadi pengusaha sukses. Tak jarang ia menghabiskan waktunya berlibur ke luar negeri.

Namun, hal yang aneh beberapa kali terjadi akhir-akhir ini. Seperti malam ini saat kepulangan Danny dari desa untuk meninjau lahan yang di tawarkan seseorang.

"Mah, barusan ada dokter? papah kambuh lagi?" tanya Danny penasaran.

Ia menatap dalam sang mamah yang tampak cemas. Zaniah duduk dengan pikiran kesana kemari. Ia takut melihat sang suami sering merasakan kepala yang pusing bahkan bertanya siapa saja wanita yang berada di keluarga mereka.

"Mamah? Ada apa? Kenapa Mamah ketakutan seperti itu?" Danny mendekati Zaniah yang duduk di sofa. Zaniah pun terlonjak kaget. Ia menatap sang anak dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Segera Zaniah memeluk erat tubuh sang anak melampiaskan kecemasan kala itu.

Danny maupun Danita sama-sama saling menatap penuh bingung. Sejenak mereka hanya diam membiarkan Zaniah melampiaskan emosionalnya.

Terpopuler

Comments

Juli  Ana

Juli Ana

semgata author..

2023-04-03

0

Erina Situmeang

Erina Situmeang

masih ikut alurnya Thor..
semangat💪

2023-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!