Perintah dari sang boss akhirnya kini Anna sampaikan pada sang ibu saat sore hari ia pulang ke rumah. Sepanjang hari Lillia sibuk mencari Anna di kebun namun tak juga menemukan keberadaannya. Dan kini hari sudah petang, keduanya baru bertemu di depan rumah. Lillia yang sibuk mengambil jemuran baju pun kaget mendengar ucapan sang anak. Jika pemilik kebun yang sudah memberi perintah, maka siapa pun tentu tidak akan bisa menolaknya termasuk sang ibu.
"Bagaimana, Bu?" tanya Anna melihat Lillia terdiam membisu.
"Hah? bagaimana apanya, An? Kalau Pak Tegar yang bicara apalagi katamu dia bilang harus sanggup, yah ibu tidak bisa berbuat apa-apa, An. Toh pekerjaannya juga tetap di sini itu lebih baik. Dari pada kamu setiap hari panas-panasan di kebun di villa pasti lebih adem." sahut Lillia mempertimbangkan semuanya.
Dengan begitu Anna akan jauh dari godaan di lingkungan desa. Memiliki paras yang cantik, Lillia sedikit kesulitan melindungi anaknya dari banyaknya penduduk desa yang memuja sang anak.
Kini Lillia bekerja di tempat yang tertutup dan sedikit bertemu orang. Itu akan lebih aman pikirnya.
"Yang penting semua pekerjaan harus di lakukan dengan hati. Biar Pak Tegar senang dan kamu bisa nyaman kerja sama beliau." Anna mengangguk.
Keduanya bergegas membersihkan diri untuk segera makan malam.
Di tempat yang berbeda, Danny tengah tersenyum-senyum sendiri memikirkan wajah wanita yang membuatnya terpanggil untuk segera ke desa itu lagi. Hingga kehadiran sang papah tidak ia sadari saat itu. Firhan mengernyitkan kening.
"Ada apa dengan Danny, Mah? Danita sudah berhasil membuatnya jatuh cinta?" tanya Firhan menebak. Setahu mereka selama ini hanya Danita satu-satunya wanita yang begitu gigih menginginkan Danny. Dengan segala perjuangan sampai ia susah payah menjadi asisten Danny.
"Mamah rasa bukan itu, Pah. Danny masa ada rasa sama Danita? Mereka masih seperti biasanya kok." celetuk Zaniah yang paham bagaimana sang anak menganggap Danita selama ini.
Melihat bagaimana wajah Danny berseri-seri saat berbaring di sofa, rasanya Firhan tak kuasa menahan diri dari rasa kepo. Ia pun memegang lengan Danny pelan.
"Eh Papah." Ia pun terlonjak kaget.
Firhan yang melihat tingkah sang anak hanya menggelengkan kepala. "Siapa yang bikin kamu seperti ini, Danny?" tanya Firhan penasaran.
Gugup Danny salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Pelan ia menampilkan deretan giginya yang putih.
"Papah sama Mamah punya kriteria menantu nggak sih?" ia bertanya demi memastikan bagaimana pendapat sang mamah dan papah tentang seorang menantu. Ia takut jika kedua orangtuanya ternyata tidak menyukai selera wanitanya.
Zaniah menoleh pada Firhan dan begitu juga sebaliknya. "Bukan Danita kan, Danny?" tanya Zaniah.
Danny menggeleng. "Dia wanita sederhana, Mah. Wajahnya seperti mamah lembut, teduh, senyumnya begitu manis." Membicarakan sosok Anna, Danny sampai memandang ke langit rumah megah itu. Bayangannya pada wajah cantik gadis desa tak bisa di sembunyikan lagi. Jatuh cinta yang Danny rasakan sungguh membuat Zaniah geli melihatnya.
"Kalau dia gadis baik-baik dan mencintaimu dengan tulus, perjuangkan. Mamah dan Papah tidak memiliki menantu kriteria apa pun. Yang terpenting anak kita bahagia, iya kan sayang?" Firhan merangkul pinggang Zaniah erat.
Mendengar itu tentu saja Danny merasa sangat bahagia sampai ia memeluk kedua orangtuanya erat.
"Makasih yah, Mah, Pah." serunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments