Kesedihan Farid

Baru saja Tari hendak menyuapkan makan ke mulutnya, tiba-tiba saja Regi bersuara. "Ayah, saya ada urusan penting. Kami harus segera pergi lebih dulu." Sopan dari ucapan namun Regi terkesan sangat tak sopan berucap di saat sang mertua baru saja hendak menyuapkan makan ke mulut.

Sontak Carel Damar menghentikan aksi sarapan dan menutup kedua sendok di tangannya. Ia tatap makanan di depannya berganti pada sang menantu.

"Apa tidak bisa sarapan lebih dulu?" tanya Carel Damar saat melihat pergerakan tubuh sang menantu yang hendak meninggalkan meja makan.

"Ini lebih penting, Ayah." ujar Regi tanpa basa basi.

Semua pun sontak terdiam mendengar ucapan tegas sang menantu dari Carel. Sumpah demi apa pun Carel merasa dirinya tak di hargai oleh menantu untuk pertama kalinya.

Namun, demi menjaga harga diri pria paruh baya itu berusaha tampak baik-baik saja. Ia dengan tenang tersenyum dan berucap. "Baiklah, Ayah tahu pekerjaanmu semua sangatlah penting. Jadi pergilah bersama Tari. Semoga kalian segera memberikan ayah cucu." ujar Carel dengan tenang.

Tanpa ia duga ucapan itu terjawab langsung oleh Regi. "Maaf untuk saat ini sepertinya kami belum bisa, Ayah. Perusahaan sedang sangat membutuhkan perhatian dariku. Jadi aku akan sangat sibuk. Urusan anak bisa lain waktu kami pikirkan. Kami permisi." Regi melangkah tanpa menggandeng tangan Tari.

Keduanya pergi meninggalkan meja makan dengan perasaan campur aduk. Regi yang penuh emosional sungguh tidak bisa berlama-lama dengan keluarga sang istri dimana itu artinya ia harus berusaha bersikap tenang dan baik. Sementara Tari tampak merasa kasihan dengan sang ayah yang tentunya merasa sedih mendengar jawaban sang suami.

Bagaimana pun Regi berkata tanpa menjaga perasaan orangtuanya. Namun Tari tetaplah Tari yang hanya diam setidaknya Regi bicara tidak melewati batasnya.

Setibanya keduanya di dalam mobil yang di kemudikan oleh supir, barulah Tari menatap ke sebelah dimana sang suami berada.

"Jika tidak menginginkan kehadiranku, setidaknya hargai sedikit perasaan kedua orangtuaku. Mereka tidak pantas mendapat penolakan kasar darimu." ujarnya yang sontak membuat Regi menatap padanya. Meninggalkan fokusnya pada tab yang ia pegang.

"Aku hanya bicara apa adanya. Aku tidak suka berbasa basi." jawab Regi dingin.

Nada bicara yang terdengar sangat tegas tanpa bantahan, Tari kini mengerti ia tidak bisa melarang sang suami yang keras. Akhirnya hanya diam menikmati perjalanan pagi itu untuk menuju ke sebuah rumah megah milik Regi.

Kepergian keduanya turut menjadi perhatian oleh keluarga yang di tinggalkan. Tatapan kosong dari seorang Carel Damar membuat Diatmika mengusap lembut punggung tangan sang suami.

"Ayah baik-baik saja kan?" tanya wanita paruh baya itu pada sang suami. Carel mengangguk dan kembali memperlihatkan senyuman di wajahnya.

"Yah. Ayah baik-baik saja dong, Bu. Tari menikah dengan pria mapan dan tepat. Memang itu konsekuensi yang harus Ayah terima. Regi orang penting dan waktunya akan sangat padat." jawabnya sedikit melirik Farid yang menikmati makan pagi itu dengan lahap.

Meski di dalam hati yang terdalam Farid sedih sekali. Sekali saja dirinya tak pernah di pandang oleh sang mertua. Beruntung memiliki istri seperti Ratna yang ceria selalu mampu menghilangkan sedih itu. Ratna mencintai Farid dengan sangat besar.

"Kak Farid masih mau tambah lagi tidak?" tanya Ratna yang sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

Namun, Farid menjawab dengan gelengan kepala saja.

"Sudah cukup, Sayang." jawabnya singkat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!