Dewa

Hati Gita seketika bergetar ketika mendengar nama Dewa. Dia merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Jika awalnya Gita sering mengumpat jika membahas pria itu, kini dia justru merasa rindu.

"Kenapa? Apa hati kamu semakin terasa sakit?" tanya sang Dokter.

"Ti_ti dak Dok, saya hanya ... saya hanya sedang merindukan seseorang." tukas Gita sambil terus memegangi hatinya.

"Rindu? Pada siapa? Apa pihak Rumah Sakit perlu menghubungi dia?" Dokter itu kembali bertanya.

"Entahlah Dok, dia pasti tidak akan mau datang ke sini karena kita saling membenci. Tapi entah mengapa aku begitu merindukan dia? Apa mungkin karena dia adalah kekasih dari pemilik hati ini?" ungkap Gita dengan tatapan mata kosong.

Dokter itu diam sejenak, lalu beberapa detik kemudian dia kembali bersuara,

"Ini bukan masalah medis, jadi kami tidak bisa memberi obat atau tindakan apapun."

"Iya Dok, saya mengerti. Kapan saya boleh pulang Dok?" tanya Gita.

"Jika kondisi anda sudah pulih dalam dua hari lagi, maka anda sudah di perbolehkan pulang. Tapi jika dalam dua hari kondisi anda masih belum pulih, maka anda masih perlu di rawat lagi." Wanita berjas putih itu memberi penjelasan.

"Baik Dok, terima kasih." sahut Gita sambil mengatupkan kedua tangannya menghadap ke Dokter.

Tiga hari kemudian ternyata kondisi kesehatan Gita sudah membaik, dan hal itu membuat dia di perbolehkan untuk pulang dengan tetap melakukan pengobatan rawat jalan pasca operasinya. Satu tempat yang ingin di tuju Gita ketika sudah keluar dari Rumah Sakit adalah makam sahabatnya Dini.

"Din, kenapa harus kamu yang pergi dari dunia ini? Harusnya aku. Jika aku pergi, maka tidak akan ada hati yang terluka dan merasa kehilangan, tapi jika kamu yang pergi, semua merasa terpukul.

Terima kasih ya Din, kamu udah mendonorkan hati untukku. Jika saja kamu tidak mendonorkan hatimu untukku, mungkin saat ini makam kita akan berdampingan Din..." ucap Gita sambil meneteskan air mata. Gadis yang terbiasa terlihat tomboi dan acak acakan itu ternyata juga bisa rapuh jiwanya.

Dia duduk lama di dekat makam sahabatnya. Dia sampaikan keluh kesah yang dia alami, termasuk juga getaran yang dia rasakan tentang Dewa.

"Din, apa karena kamu adalah pemilik hati ini, sehingga aku merasa rindu kepada Dewa? Padahal kamu tahu kan, jika aku dan Dewa bagaikan air dan minyak yang selalu berlawanan, tapi mengapa sekarang aku merasakan getaran lain? Jawab aku Din, aku masih butuh kamu. Kamu adalah satu satunya sahabat baikku...." Gita menumpahkan tangis di bawah batu nisan sahabatnya yang telah mendonorkan hati untuk dirinya.

Hari semakin gelap, Gita bangkit dari duduknya dan beranjak meninggalkan makam Dini. Dengan langkah berat dia berjalan pulang hingga akhirnya di tengah tengah perjalanan, dia kembali merasakan getaran lain di hatinya yang terasa begitu menusuk.

"Astaga, Dewa. Kenapa aku begitu merindukan kamu?" ucap Gita sambil memejamkan mata.

Gita berusaha menahan perasaan yang ada di hatinya, tapi dia tidak mampu. Malam itu dia memberanikan diri untuk mendatangi Dewa, kekasih almarhum sahabatnya.

Tok..tok...tok...

Gita mengetuk pintu rumah Dewa. Tak lama kemudian, keluarlah sosok tubuh pria yang selama ini di rindukan Gita.

"Dewa?" sapa Gita dengan mata berkaca kaca.

"Ngapain kamu ke sini? Pergi sana ! Kamu sudah membunuh Dini ! "

Degh,

Satu tudingan dari Dewa semakin menyayat hati Gita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!