18

...Happy Reading...

.........

........

.......

Previously...

"Lo tunggu aja joe, gue bakalan ngerebut semuanya lagi. Gue bakalan ngerebut semua yang harusnya jadi milik gue sedari dulu,"

Emily berkata seperti itu seraya menghapus air matanya yang bahkan sudah mengacaukan riasannya sambil berlalu pergi meninggalkan jocelyn yang terdiam mematung.

▪︎▪︎▪︎▪︎

Sudah empat hari berlalu semenjak pertengkaran antara jocelyn dan emily terjadi, kini keduanya bahkan tak saling berbicara terhadap satu sama lain.

Sebenarnya jocelyn sudah berusaha untuk meminta maaf dan memperbaiki semuanya dengan emily, tapi tampaknya emily benar-benar tidak bisa memaafkannya

Bahkan kedua orang tua mereka sudah mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka dan hanya mendapatkan nihil tanpa hasil.

Seperti saat itu, kedua orang tuanya menyiapkan dinner untuk mereka berdua, agak keduanya berbaikan.

Tapi yang terjadi malah emily yang menikmati makanannya dalam diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Dan sekarang, saat jocelyn berniat kembali ke manhattan. Emily bahkan tak keluar untuk mengantarnya.

Walaupun biasanya ia juga akan begitu. Tapi dulu, emily akan berdiri di pintu dan melihat kepergian jocelyn. Namun sekarang, bahkan batang hidungnya tak tampak seharian ini.

"Sudah. Jangan dipikirkan, saat kau kembali lagi nanti, dia sudah baik-baik saja" ucap ibunya guna menenangkan putri bungsunya

"Tapi bu.."

"Kau berangkat sekarang saja, lagipula ini sudah sore. Untuk masalah emily, ayah akan berbicara dengannya nanti"

Ucapan itupun pada akhirnya hanya diangguki oleh jocelyn, ia sudah tak bisa membantah lagi

💸💸💸

Disinilah sekarang jocelyn berada, di sebuah kursi yang terletak di lobby kantor yang kemungkinan besar  di kemudian hari akan menjadi tempatnya bekerja.

Ia meremas kedua tangannya gugup, hari ini, tepat seperti yang dijanjikan. Ia akan melakukan interview setelah berkas yang diajukannya dinyatakan lolos.

Keringat dingin membasahi dahi dan telapak tangannya, ia gugup.

Untuk kesekian kalinya, ia juga menelan salivanya paksa, benar-benar takut sekiranya ia akan gagal dalam tahap interview.

Jantungnya semakin berdetak ta beraturan kala mendengar namanya dipanggil ke dalam

Ia menghembuskan nafasnya pelan, kegugupan menguasai dirinya sepenuhnya, ia semakin tak bisa mengendalikan peluhnya.

"Permisi, pelamar yang bernama jocelyn Richards harap segera masuk" perempuan yang kira-kira berumur 26 tahun itu kembali mengulangi kalimatnya

Dengan langkah yang ia paksakan, oa masuk ke dalam ruangan itu.

Terlihat di dalamnya, ada meja panjang yang diisi oleh beberapa petinggi perusahaan dan bagian HRD. Ada setidaknya 6 orang yang sedang menatapnya dengan lekat sekarang.

Jocelyn dipersilahkan untuk duduk di kursi yang telah di sediakan dan selanjutnya yang terdengar hanyalah suaranya yang kian tegas menjawab setiap rentetan pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Waktu berlalu, pertanyaan terakhir kini telah diajukan kepada jocelyn, dan jawaban yang ia lontarkan juga tak kalah menarik perhatian para petinggi perusahaan itu.

"Kami akan menghubungi anda untuk kabar dan informasi selanjutnya"

Begitulah kalimat terakhir yang ia dengar dari orang-orang yang berada di ruangan tersebut sebelum ia akhirnya keluar dan pergi meninggalkan perusahaan itu.

Kini, disinilah ia berada. Di cafe yang letaknya tepat di depan kantor tempat ia mencoba keberuntungan nya tadi

Matanya membelalak kaget tatkala melihat pria yang di tolongnya tempo hari sedang berjalan ke arahnya dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.

Matanya mengerjab tak yakin begitu menyadari bahwa pria yang tadi diperhatikannya kini berada tepat di depan matanya.

Ia mengenakan setelan jas rapi, dengan sorot mata tajam dan dingin seperti biasanya,

Apa ini?

Pria itu dengan gampangnya menarik kursi yang berada tepat di depannya dan menduduki meja yang sama dengannya, membuat bingung wanita itu

Pria itu bahkan tersenyum simpul, melihat jocelyn yang tampaknya hanya bisa melongo tak mengerti

"Kabar lo gimana?" Tanya pria itu sesaat kemudian

Yang ditanya hanya bisa mengerjabkan matanya tak mengerti

'Apa-apaan ini hey' Batin jocelyn

"Lo inget gue?" Akhirnya jocelyn mengutarakan pemikirannya

Sedari tadi ia terus berpikir dengan keras, ia hanya berharap pria ini lupa dengannya dan tak mengusik kehidupan nyatanya.

Tapi tampaknya, pupus sudah harapannya. Ia kembali bertemu dengan pria ini.

"Gue gak mungkin lupa sama orang yang udah nolongin gue" ujarnya datar, lengkap dengan tatapan dinginnya

"Gue juga gak masalah kali, gak diinget sama lo" cicit jocelyn yang tampaknya di dengar oleh pria di depannya

Ya, pria di depannya kini adalah sean. Pria yang tak sengaja ditolongnya saat dalam perjalanan kembali ke apartemennya

Setelah hampir 2 minggu ia tak bertemu pria itu, tiba-tiba saja mereka bertemu dan pertemuan di antara keduanya seolah tak bisa dielakkan.

Jocelyn menyeruput minumannya santai tanpa berniat menawari pria yang sedari tadi terus menatapnya dengan tatapan datar khas miliknya.

"Pakaian lo rapi, baru pulang dari kantor?" Tanya sean setelah cukup lama keduanya duduk dalam suasana yang canggung

Mendengar pertanyaan yang diajukan olehnya, refleks ia melihat ke arahnya dirinya sendiri

Ah. Benar juga, ia baru saja selesai diwawancara tadi

"Enggak, gue baru selesai di-interview tadi. Tuh kantornya yang di depan"

Jocelyn menunjuk ke arah kantor besar yang terletak tepat di depan cafe yang menjadi tempat ia berada kini

"Oh. Kebetulan banget, gue juga kerja disitu"

Uhuk...

Ucapan spontan yang di lontarkan oleh sean, sontak membuat jocelyn tersedak oleh minumannya sendiri.

Ia menatap pria di depannya tak percaya, lalu beralih ke arah pakaian yang dipakainya. Pantas saja pria itu mengenakan jas di jam segini

"Lo, kerja disitu?" Jocelyn mengulangi pertanyaannya, menunggu jawaban untuk membenarkan apa yang di dengarnya barusan

"Iya. Gue bossnya" ujar sean kelewat santai

Oke. Jocelyn sudah tak bisa lagi mengontrol ekspresi wajahnya. Ia benar-benar dibuat cengo hari ini.

Gue harus kabur dari sini secepat mungkin sekarang!

Jocelyn tersenyum, dan tanpa aba-aba ia pergi meninggalkan cafe itu dengan tetap menitipkan uangnya di atas meja tersebut.

Sedangkan sean, hanya tersenyum simpul melihat kelakuan jocelyn yang menurutkan malah terlihat menggemaskan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!