Stella sahabatku memang berasal dari kota ini. Tapi dia memilih untuk tinggal berpisah dari orang tuanya. Dia mau menikmati hidupnya dan dia bekerja di sebuah Kedai Kopi.
"Iya Stella 2 menit lagi, aku hampir selesai." Ucapku.
Walaupun sebenarnya aku masih mau membaca beberapa jam lagi, tapi aku menutup buku ku dan pergi ke kamarnya.
"Tolong bantu aku memilih sebuah gaun." Ucap Stella.
"Memangnya kau mau pergi ke mana? Apa mau berkencan?" Tanyaku padanya.
"Kita akan pergi ke sebuah bar." Balas Stella.
"Kita mau pergi?" Tanyaku lagi.
"Iya, kita akan pergi." Balas Stella.
"Tidak... tidak. Aku tidak akan pergi kemanapun." Ucapku padanya.
"Tidak, kau harus ikut denganku." Ucap Stella.
"Tolong Stella, aku harus masih belajar. Aku hanya datang kemari untuk memeriksa dirimu." Balas ku kepadanya.
"Oh ya ampuun Eva, demi Tuhan ini sangat penting bagimu untuk menikmati hidup selain dengan belajar. Ngomong-ngomong kau selalu belajar setiap hari. Jadi jika kau melewati belajar malam ini itu tidak akan terlalu bermasalah kan." Ucapnya.
"Stella..." Ucapku.
Aku tahu bahwa hari ini aku tidak bisa menang darinya. Jadi mau tidak mau aku harus ikut dengannya.
"Baiklah tapi kita mau pergi ke mana?" Tanyaku.
"Aku tidak menyangka kau akan setuju dengan begitu mudah." Ucapnya tertawa.
"Karena aku tahu hari ini kau tidak akan membiarkan aku untuk lepas darimu." Ucapku.
Aku lalu duduk di tempat tidurnya.
"Jadi kita mau pergi ke mana?" Tanyaku lagi kepadanya.
"Kita akan pergi ke sebuah bar bernama 'Star Night'." Ucapnya padaku.
"Tapi aku tidak punya gaun yang cocok untuk pergi ke bar" Ucapku.
Dia lalu menatapku.
"Kapan lemari ku akan membantumu?" Ucap Stella dan membuka lemarinya tanpa bertanya kepadaku.
Kami memang sahabat baik, jadi tidak ada hal yang membuat kami bersikap begitu formal. Kami bisa saling meminjami pakaian satu sama lain.
Aku lalu memilih sebuah gaun tanpa pundak dengan lengan yang panjang.
"Aku akan menggunakan yang ini." Ucapku pada Stella.
"Ummmm... pilihan yang tepat sayang." Ucap Stella seraya berkedip ke arahku.
"Iya.... Iya, tentu saja." Ucapku yang ikut tertawa.
Aku lalu berganti pakaian dan mengenakan pakaian itu. Aku memilih untuk membiarkan rambutku tergerai di punggungku. Aku menggunakan sedikit eyeliner dan maskara. Aku menyukai mataku yang menurutku mataku ini sangat indah dengan bentuk almond dan aku suka untuk membuatnya terlihat jelas. Kemudian aku menggunakan lipstik berwarna merah nude.
"Ya sempurna." Ucapku melihat pantulan diriku di cermin.
Setelah itu aku mengambil ponselku dan langsung melakukan selfie di cermin. Aku kemudian pergi ke arah kamar Stella. Stella sudah tampak mengenakan sebuah gaun berwarna merah yang seksi dengan menampilkan lekuk tubuhnya terlihat begitu sempurna.
"Mamamia....." Ucapnya menggodaku.
"Apa?" Balas ku tertawa.
"Kau akan membuat semua pandangan tertuju kepadamu hari ini. Kenapa kau harus menyembunyikan lekuk tubuhmu itu? Tubuhmu itu jauh lebih sempurna." Ucap Stella.
Dia memang benar. Aku menghabiskan sepanjang waktuku untuk belajar, tapi aku selalu berolahraga. Aku berolahraga selain untuk kebugaran, aku juga ingin membuat bentuk tubuhku tetap seksi.
"Aku tidak mau mendapatkan perhatian dari para lelaki hidung belang itu. Kau bisa menyimpannya sendiri." Ucapku tertawa.
Setelah itu, kami berdua pun tertawa bersama dan kemudian keluar dari kamar kami.
Kami masuk ke dalam mobil dan tiba di sebuah bar.
Kami pun masuk ke dalam bar itu. Hari ini bar itu begitu ramai dengan orang-orang yang datang. Kami akhirnya bisa masuk ke dalam dan mendapatkan tempat duduk di sudut ruangan. Kami memesan minuman dan mulai menikmati musik yang ada.
"Hei aku akan pergi." Ucap Stella kepadaku.
"Kau mau pergi ke mana?" Tanyaku kepadanya.
Dia memperlihatkan kepadaku ke arah seorang pria yang tampak tergoda kepadanya. Aku pun tertawa dan menganggukkan kepalaku.
Aku lantas duduk sendirian dan menikmati kesendirianku. Aku tidak pernah bosan dengan diriku sendiri kemudian aku tiba-tiba merasa seseorang datang dan duduk di sampingku. Saat aku melihat ke arahnya, aku hampir saja menumpahkan minumanku.
Dia pria yang begitu tampan. Maksudku dia seperti model yang ada di cover majalah. Matanya begitu indah dan memiliki bulu mata yang lentik. Dia tidak melihat ke arahku, tapi aku hampir melihat dari ujung kepala sampai kakinya.
Dia begitu tinggi mungkin 180 cm lebih dan dengan pakaian yang dia gunakan, aku bisa membayangkan otot perutnya yang six pack. Dia lantas melihat ke arahku dan aku langsung mengalihkan pandanganku.
Aku bisa melihat dari sudut mataku bahwa dia masih melihat ke arahku. Aku merasa begitu gugup. Maksudku kenapa dia terus menatapku seperti itu? Apa mungkin karena aku bisa membuat dia sedikit tertarik padaku.
Jujur saja, aku memang sedikit tertarik padanya. Tapi aku begitu hebat dalam mengontrol perasaanku. Jadi meski aku ingin untuk melihat ke arahnya sekali lagi, tapi aku tidak melakukannya.
Tiba-tiba dia menjulurkan tangannya ke hadapanku dan memperkenalkan dirinya sendiri.
"Hai aku Stefan." Ucapnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments