Eps 4

Nastabala tertutup mega hitam, remang-remang sang rembulan muncul dengan sinar redupnya. Desiran angin malam berhembus menyapu area kulit.

"Cakra," cemas Alvaro melihat ke arah jalanan kosong. Belum ada tanda-tanda kemunculan temannya hingga sekarang, sekilas ia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, pukul sepuluh malam.

"Al mereka sudah datang!" seru Nolan semangat, sorot sinar lampu menyala terang, berasal dari dua sepeda motor ninja yang masih beradu, Cakra dan Bara saling berusaha salip menyalip satu sama lain, sangat sengit.

"AYO CAK!" teriak Alvaro kepada Cakra yang kurang sedikit lagi mencapai garis finis. Lalu yah, akhirnya pertandingan balap liar telah selesai, ditutup dengan kemenangan seorang Cakra, si Raja kebisingan malam bersama kuda hitamnya.

Seluruh anggota BLACK DRAGON yang berada di sana, seketika berlari mengerumuni Cakra dan mengucapkan selamat kepada anak itu. Mereka semua merasa bangga, memiliki leader yang hebat seperti dia.

Sedangkan Bara, dia harus rela menerima kekalahan. Marah bercampur kesal menjalar begitu cepat, Bara mendorong sepeda motor ninja abu-abu itu sampai jatuh. "Ah!" bentaknya.

"Bara!" panggil Cakra dengan nada sinis, di depan Bara, Cakra menggoyang-goyangkan kaki kirinya, mengisyaratkan kepada laki-laki itu agar segera menepati janjinya.

"Kiss time baby," sambung Cakra meminta Bara membungkuk kan badan, sepatu sneaker hitam sudah siap untuk mendapatkan ciuman kasih dari Bara.

Amarah Bara semakin memuncak, ditambah lagi sikap Cakra yang sangat menyebalkan. Laki-laki itu bingung harus berbuat apa, sudah kalah harus menerima konsekuensi pula, harga dirinya seperti sedang dipertaruhkan sekarang.

"Bos," Reza, wakil ketua geng TIGER tigak tega melihat kondisi pemimpinnya itu saat ini, kepala Reza menggeleng, dia tidak setuju kalau sampai Bara mencium sepatu Cakra untuk membayar kekalahannya. Hal itu pasti akan sangat-sangat menghancurkan reputasinya sebagai ketua.

Bara mengedipkan matanya kepada Reza, sebagai pertanda kalau semuanya akan baik-baik saja. Dengan rasa ragu tubuh Bara mulai membungkuk, senyuman puas terbit di bibir Cakra, ini adalah sebuah pertunjukan paling menghibur dalam sejarah hidupnya.

"Cepetan dong! Lama banget lo," belungsang Cakra sudah tidak sabar.

"Gua akan selalu mengingat hal ini Cakra, gua bakal bikin lo membayar dua kali lipat," batin Bara dendam, rahangnya mengeras.

Sedikit demi sedikit tubuh Bara mulai menurun, kurang sedikit lagi wajahnya akan mendekati sepatu milik Cakra. Namun //BUGH// tendangan keras langsung Cakra berikan pada muka Bara.

Hingga membuat anak itu terpental, membentur tanah. "Kelamaan sampah," sarkasme Cakra menatap jijik ke arah Bara, ujung bibirnya robek sebab terbentur aspal.

"Ck, orang modelan kayak gini kalian pilih jadi ketua?" remeh Cakra ia ditujukan pada semua anggota TIGER. "Pantesan geng lo cupu," sambungnya dan dibalas tawa remeh oleh geng BLACK DRAGON.

"Ini semua salah lo Bar, lo sudah memilih lawan yang salah. Dengan cara lo nantangin gua, sama aja lo bunuh diri," pungkas Cakra kembali dingin. Lalu memerintahkan pada semua anggota BLACK DRAGON, untuk meninggalkan lokasi.

"Buset dah, lo masih simpen gambar anak kecil itu Cak?" tawa Alvaro melihat secarik kertas bergambar setengah kupu-kupu tersimpan di dalam joke motor Cakra.

"Iyah, emang kenapa?" tanya Cakra sembari melepaskan jaket geng BLACK DRAGON yang semula ia kenakan, dan meletakkannya ke dalam joke motor. Kedua sudut bibir Cakra mengembang sempurna, coretan gambar sederhana itu bagaikan sihir ajaib.

"Gila ini anak," batin Alvaro heran, setiap kali Cakra memandang benda tersebut selalu saja tersenyum tanpa alasan. Terkadang Alvaro berpikir, kalau temannya itu sudah tidak waras.

"Halah, gambaran jelek kayak gitu suka banget lo Cak, sini gua lihat!" sahut Alvaro hendak merebut secarik kertas tersebut, namun dengan cepat langsung dijauhkan oleh Cakra.

"Berani lo pegang kertas ini sedikit saja, gua pastikan satu jari lo patah," kecam Cakra mengerikan.

"Hehehe, bercanda kali Cak, gitu amat lo sama temen sendiri, selow aja bro," balas Alvaro tersenyum kaku, menepuk beberapa kali punggung Cakra, bulu kuduknya merinding. Asal kalian tahu saja, apapun yang dikatakan Cakra adalah wajib, jadi wajar saja kalau Alvaro sampai takut.

"Kalau jari gua patah, entar gua gak bisa tawuran lagi dong. Emang gambar itu dari siapa sih? Orang spesial lo yah?"

"Hm, lebih dari itu," gumam Cakra sangat pelan, sangking lirihnya bahkan Alvaro tidak dapat mendengarnya.

Tatapan mata Cakra semakin menelisik ke dalam, memori-memori indah di dalam pikirannya kembali berputar.

...-Flash back-...

Di sebuah perumahan Cemara, yang hampir seluruh bangunannya berlantai dua. Rumah bercat kan biru putih dengan sebuah mobil hitam terparkir di depan gerbang, seorang anak kecil berkaos dinosaurus merengek tanpa henti, sembari menggandeng tangan sang Bunda.

"Huwaaaa Bunda, jangan kelja Bunda, jangan tinggalin Cakla, Cakla masih mau main sama Bunda," rengek Cakra yang pada saat itu masih berusia lima tahun, dan belum fasih melafalkan huruf R.

"Cakra sayang Bunda harus kerja, nanti kalau gak kerja Bunda gak bisa dapet uang dong, katanya Cakra mau beli mainan," balas Nyonya Manda berusaha membujuk putra bungsunya itu.

"Huft tapi kan udah ada Papa, Papa sudah pintel cali uang, ngapain bunda ikut-ikutan, bilang aja gak mau main sama Cakla," sebal Cakra bersedekap dada.

"Bukan begitu sayang, di rumah juga sudah ada Bi Fana sama kak Aden."

"Kak Aden sibuk belajal teyus, Bi Fana juga Cakla ajak main pelang-pelangan gak mau."

Nyonya Manda dibuat heran, ternyata anak laki-lakinya ini pintar juga dalam berdebat. "Huh," helanya mengelus dada. "Ya sudah, Bunda janji pulang nanti kita main bareng deh, terserah yang Cakra mau."

"Benelan Bunda?!" tanya Cakra kembali bersemangat.

"Iyah," angguk Nyonya Manda.

"Oke," ciuman hangat mendarat di kening mungil Cakra, Bunda melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam mobil.

"Ih gitu aja sedih, cengeng kamu," ledek gadis kecil bersurai hitam, dengan pita merah bertengger cantik di kepalanya. "Aku ditinggal Mama Ayah aku pergi kerja gak nangis," sambungnya kepada Cakra.

"Cakla gak cengeng!" tolak Cakra membentak, bibirnya mengerucut.

"Hihi, maaf yah aku cuma bercanda aja kok, sini ayo main bareng!" ajaknya membujuk Cakra, menggandeng tangan mungil laki-laki itu dan mengajaknya ke sebuah gazebo dekat sana.

"Kita main gambar-gambaran yuk!" ujarnya dengan selembar kertas dan pensil, jari-jemari imutnya mulai menari-nari.

"Woah kamu jago gambal," cengang Cakra.

"Haha iyah dong."

...-Flash back off-...

Senyuman merekah masih tersemat di bibir Cakra setelah selesai mengingat kenangan manis itu. "Apa lo masih ingat tentang gambar ini Senja? Semuanya masih belum selesai," batin Cakra, benar gadis kecil yang dia maksud adalah Senja.

...°•••CAKRASENJANA•••°...

Terpopuler

Comments

fransisca brahara

fransisca brahara

owlh

2023-05-20

1

Fauriga Azora

Fauriga Azora

Jangan lah macam itu, kasian

2023-05-01

0

Fauriga Azora

Fauriga Azora

Saya tidak teggaaa, 🥺

2023-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!