Musyawarah

Aminah membawa bakwan goreng, yang baru saja dimasak olehnya. Azizah tadi berkutat di dapur membantu, begitupula dengan Qiyna.

"Eh, menurut kamu enak tinggal di panti asuhan atau di sini?" tanya Qiyna.

"Sama saja si menurut aku." jawab Aminah.

"Iya, seperti rumah sendiri." ujar Qiyna.

"Ini karena kebersamaan, yang membuat terasa seru. Kita sudah terbiasa mandiri tanpa orangtua kandung, tentu bukan masalah lagi." jawab Azizah.

Ustadzah Oki mengetuk pintu, sambil membawa buku-buku. Alesha membukakan pintu, lalu menghadap gurunya sambil tersenyum.

"Itu buku apa ustadzah?" tanya alesha, dengan antusias.

"Ini adalah sebuah buku yang berisi hadits lengkap. Silakan kalian baca dulu, nanti sore Ibu akan menjelaskannya." jawab ustadzah Oki.

Ustadzah Oki pergi, setelah selesai dengan kepentingannya. Alesha memberikan buku kepada teman-temannya, agar mereka mendapatkan masing-masing.

"Aku ingin tidur sebentar deh untuk istirahat. Aku lelah banget rasanya." ujar Alesha.

"Ya sudah, tidur saja. Nanti aku bangunin kok." jawab Qiyna.

Ustadzah Oki mengetes satu persatu kemampuan mereka, siapa yang paling cepat mempraktikkan pembacaan hadist. Lagi dan lagi, yang pertama dapat nilai terbaik adalah Alesha.

"Alesha, tepat sekali yang kamu jelaskan." ucap ustadzah Oki.

"Iya, terima kasih ustadzah Oki." jawabnya.

Saat ingin mengumandangkan adzan Ashar, malah mikrofon masjid hilang. Tidak tahu siapa pelaku yang telah mengambilnya, yang jelas pengurus pondok pesantren sedang mencari bukti melalui CCTV.

"Siapa yang mengetahui tangan panjang yang telah mengambil mic masjid, tolong hubungi kami selalu pengurus." ucap ustadzah Naila.

"Baik Ibu ustadzah." jawab Alesha dan santri lainnya.

Ibu Ziy menyuruh santriwati baru untuk merapatkan saf barisan. Salat dilaksanakan dengan lancar, tanpa adanya gangguan. Soal kekhusyukan, ada dalam hati masing-masing.

Usai salat dilaksanakan, mereka pergi ke ruang serbaguna. Di sana ada sebuah musyawarah, terkait dengan sistem belajar mengajar.

"Siapa yang bisa memberikan sebuah pendapat, apakah di asrama juga memerlukan pembelajaran khusus, yang dipimpin langsung oleh wali kelas?" tanya ustadzah Oki.

"Bu, menurut saya, hal tersebut bisa dilakukan sebelum para santri tidur. Misalnya, diperlukan melatih kebiasaan membersihkan tempat tidur, wudhu terlebih dulu, lalu membaca doa. dalam hal ini jika tidak diawasi, bisa aja ada yang melupakan sunnah." Alesha mengemukakan pendapat, secara terus terang.

Ustadzah Oki menyetujui pendapat Alesha, dan akan menerapkan peraturan tersebut. Alesha kembali ke asrama bersama dengan teman-teman lainnya. Waktu tidak terasa sudah malam, waktunya diawasi hafalannya.

"Setelah hafalan tengah malam, kalian baru boleh tidur." ujar ustadzah Oki.

"Baik ustadzah." jawab semuanya serentak.

Keesokan harinya, Wahji dihukum karena bangun kesiangan. Dia disuruh menimba air dari sumur, menuju ke sebuah wadah mandi. Bak besar telah disiapkan dengan membentang, ditambah lagi jerigen plastik kosong.

"Ayo yang semangat, tidak boleh lemah. Laki-laki adalah tulang punggung, dia akan menjadi tulang punggung." ujar ustadz Farid.

"Iya Pak ustadz." jawabnya, dengan semangat berkobar.

Ustadz Farid melihat wajah lelahnya. "Ayo Nak, masih kuat tidak."

"Iya Pak, masih sanggup kok." jawabnya, dengan datar.

Teman-teman Wahji segera pergi, takut dibebankan hukuman juga jika sempat tertawa. Kalau tidak kepergok si tidak mengapa, kalau ketahuan itu yang menjadi masalah. Ada berapa di antara mereka yang sempat mengintip. Jelas-jelas mereka tahu, hal tersebut tidak boleh dilakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!